Pedoman seorang muslim dalam menghadapi B A D A I F I T N A H

Pedoman seorang muslim dalam menghadapi

B  A  D  A  I      F  I   T  N  A  H

(Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdillah Al-Imaam)

MUKADIMAH

Sesungguhnya Allah telah menjamin untuk memberikan penjagaan terhadap agama Islam ini.Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an , dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(Al-Hijr:9)

Dan termasuk bagian dari penjagaan Allah terhadap agama ini adalah menciptakan para ulama yang kokoh ilmunya yang senantiasa melakukan pembelaan terhadap agama ini . Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Senantiasa ada sekelompok umatku yang tampil di atas al-haq (kebenaran). Tidak akan memudharatkan mereka orang menyelisihi mereka tidak pula yang menelantarkan mereka, hingga datang ketentuan dari Allah (hari kiamat) dan senantiasa mereka di atas kondisi tersebut.”(Muttafaq ‘alaihi dari hadits Tsauban Radhiyallahu Anhu).

PASAL 1.  Pembagian Hati di Saat Fitnah Datang

Dari Hudzaifah Radhiyallahu Anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“ Fitnah-fitnah akan mendatangi hati bagaikan anyaman tikar yang tersusun seutas demi seutas. Maka hati mana saja yang menyerapnya akan ditorehkan padanya satu titik hitam. Dan hati mana saja yang mengingkarinya akan ditorehkan padanya satu titik putih hingga menjadilah keadaan kedua jenis hati tadi, hati yang sangat putih bagaikan batu putih yang sangat licin ,tidak akan ada satu fitnahpun yang akan memudharatkannya selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan hati yang lain adalah hati yang hitam dan kotor, bagaikan gelas yang terbalik. Hati yang tidak mengetahui perkara yang mungkar, kecuali yang mencocoki hawa nafsunya.”(HR.Al-Imam Muslim, nomor 144).

Dan hadits ini merupakan seruan nabawiyah agar kita berusaha untuk menjaga hati-hati kita.Betapa butuhnya kaum muslimin untuk menyambut seruan tersebut dan menggigitnya dengan dengan gigi geraham (memegangnya dengan sekuat-kuatnya.).

 

Pasal 2. Berlindung dari Fitnah adalah Tuntutan Syar’i

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,“Berlindunglah kalian dari fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi.”(HR.Al-Imam Muslim,nomor 2867).

 

PASAl  3 .Menghadapkan Diri Untuk Beribadah adalah Jaminan Keselamatan dari Fitnah

Dari Maqbil bin Yasir Radhiyallahu Anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Beribadah dimasa terjadinya al-harj seperti berhijrah kepadaku.”(HR Muslim,18/392)

Yang dimaksud dengan al-harj adalah pembunuhan dan peperangan serta perkara-perkara yang mendahuluinya seperti ‘ashabiyah(fanatisme), hizbiyah (yakni menjadikan seseorang sebagai prinsip dalam menetapkan sikap loyal dan benci),dan lain-lain.Adapun lafazh ibadah di hadits ini mencakup seluruh jenis ibadah, seperti shidiq(sikap jujur), ikhlas, muraaqabah(merasa senantiasa diawasi Allah), taqwa, wara’(meninggalkan perkara yang berbahaya di akhirat), sabar, sikap tegar di atas kebenaran, menjaga diri untuk terus menuntut ilmu yang bermanfaat serta mengajarkannya; dan masuk didalammnya amalan shalih seperti shalat, puasa, baik di dalam muamalah, dan berakhlak baik. Semua perkara tadi dan yang semisalnya merupakan ibadah.

Seandainya seorang muslim  menghadapkan dirinya untuk beribadah sebagaimana yang diinginkan oleh Allah, niscaya tidak akan tersisa satu waktupun untuk dihabiskan bersama fitnah dan perdebatan. Sesungguhnya benar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau bersabda:

“Dua kenikmatan, di mana kebanyakan manusia lalai dari keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”(HR. Al-Imam Al-Bukhari dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda:

“Bersegeralah beramal shalih dalam menghadapi fitnah-fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita.Di pagi hari seseorang dalam keadaan mu’min, di sore hari sudah menjadi kafir. Di sore hari seseorang dalam keadaan mu’min, di pagi hari sudah menjadi kafir. Menjual agamanya demi mendapatkan sedikit dari perkara  dunia.”(HR.Al-Imam Muslim,2/300,dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu).

 

 

 

PASAL  4. Selamat dari Berbagai Fitnah Merupakan Keutamaan dari Allah Semata

Fitnah yang demikian banyak dengan berbagai jenisnya senantiasa menampilkan bentuk yang baru dari masa ke masa. Setiap muslim yang berpegang teguh dengan agama Allah, setiap waktunya dihadapkan pada berbagai fitnah tersebut. Barangsiapa yang selamat dari fitnah-fitnah tadi, tidak lain sebabnya adalah dua perkara   besar, yaitu keutamaan Allah padanya dan terus-menerusnya taufiq Allah menyertainya.

Maka sungguh sebuah kenyamanan bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah untuk menjauhi berbagai fitnah,  baik fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi.

 

PASAL  5. Berlari dari Fitnah dan Kewajiban Setiap Orang untuk Menetapi Amal Shalihnya

Dari Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya akan terjadi berbagai fitnah. Ketahuilah, sesungguhnya akan terjadi suatu fitnah di mana seorang yang duduk pada saat terjadi fitnah tersebut lebih baik daripada orang yang berjalan (menyambut fitnah). Dan orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari kecil. Ketahuilah, jika fitnah tersebut turun atau terjadi,barangsiapa yang memiliki onta maka berkumpullah(sibukkan dirinya) dengan onta-ontanya, dan barangsiapa memiliki kambing maka sibukkan dirinya kambing-kambungnya, dan barangsiapa memiliki tanah (pertanian) maka sibukkan dirinya dengan tanah pertaniannya.”

(Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu berkata); Salah seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah,bagaimana pendapatmu dengan orang yang tidak memiliki onta, tidak pula kambing ataupun tanah?

Beliau menjawab:

“Dia  dia hendaknya menuju pedangnya, lalu dia pukulkan bagian yang tajam dari pedang tersebut ke batu, kemudian hendaknya dia mencari jalan selamat untuk tidak ikut dalam fitnah tersebut. Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah,telah bukankah aku telah menyampaikan?”

Salah seorang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana seandainya aku dipaksa sampai harus mendatangi salah satu di antara dua pasukan yang berseteru atau salah satu di antara dua kelompok tersebut, kemudian salah seorang memukulkan pedangnya kepadaku (menebasku) atau datang panah yang membunuhku?

Beliau menjawab: “Orang tersebut akan menanggung dosanya dan dosamu, kemudian dia akan menjadi penghuni neraka.”(HR.Al-Imam Muslim,nomor 2887).

Ini merupakan  obat yang sangat agung  dan pemberitahuan kepada manusia tentang perkara yang sangat bermanfaat bagi mereka. Seandainya manusia berpaling dari fitnah dan  menyibukkan dengan amalan mereka, pasti fitnah tidak akan terjadi, baik itu fitnah dalam bentuk demonstrasi ataupun penggulingan kekuasaan, semua ini termasuk fitnah. Betapa agungnya obat yang ada dalam syariat ini, akan tetapi betapa sedikitnya orang yang mau memanfaatkan obat tersebut!

PASAL  6. Melakukan ‘Uzlah(Menjauh dari Manusia) dan Khulthah(Berinteraksi dengan Mereka)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Seorang muslim yang berinteraksi dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik daripada seorang muslim yang tidak mau berinteraksi dengan mereka dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka.”(HR. At-Tirmidzi, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu Anhu)

Adapun ‘uzlah yang diserukan oleh syari’at untuk ditempuhnya ada dua bentuk:

1.’Uzlah yang sifatnya umum dan terus-menerus, yaitu menjauhi kejelekan dan pelakunya. Uzlah jenis ini senantiasa dituntut dari setiap pribadi muslim dan muslimah.Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Seorang mujahid adalah seseorang yang bersungguh-sungguh menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah, sedangkan seorang muhajir (yang hijrah) adalah seseorang yang menjauhi kesalahan-kesalahan dan dosa.”(HR.Imam Ahmad dari Fudhalah bin ‘Ubaid)

2.’Uzlah yang sifatnya khusus, terkait dengan waktu terjadinya sebuah fitnah.Jika datang sebuah fitnah maka seorang muslim diseru oleh syariat ini untuk menjauh dari fitnah tersebut.Dan dalam permasalahan ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Hampir-hampir harta paling berharga yang dimiliki seorang muslim adalah kambing, yang dia menggiringnya di puncak-puncak gunung dan tempat-tempat turunnya hujan. Dia berlari membawa agamanya untuk menjauh dari fitnah.”(HR.Al-Imam Al-Bukhari).

 

 

 

PASAL  7. Sikap Para Shahabat Radhyallahu Anhum dalam Menghadapi Fitnah

Sikap-sikap yang ditempuh oleh pada shahabat Radhiyallahu Anhum dalam menghadapi fitnah adalah sikap yang lurus dan benar. Di antara sikap yang paling nampak adalah ketidakmauan untuk menerima fitnah serta bergabung dalam fitnah tersebut.

Perhatian sikap para shahabat dalam memerangi orang-orang Khawarij(para pemberontak di masa khilafah ‘Ali Radhiyallahu Anhu). Para shahabat bersepakat untuk memerangi para pemberonyak tersebut dan mereka telah melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Hal itu karena hadits-hadits yang memerintahkan untuk memerangi orang-orang Khawarij demikian jelas, tidak ada kesamaran padanya.

Perhatikan pula sikap tanaazul(mengalah) mereka dalam perkara-perkara besar demi meraih keselamatan dari fitnah dan demi keselamatan masyarakat mereka.

Al-Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu Anhuma mundur dari khilafah (dan menyerahkannya kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu Anhuma) sementara beliau orang pantas untuk mengembannya. Sikap beliau merupakan pembenaran terhadap sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Sesungguhnya putraku ini adalah pemimpin. Semoga Allah mendapaikan dengan perantaraannya dua kelompok besar muslimin.”(HR.Al-Imam Al-Bukhari,5/307,dari Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu).

Perhatikan sikap mengalah demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam ini!! Perhatikan sikap tawadhu’(rendah hati) yang luar biasa ini! Al-Hasan Radhiyallahu Anhu mengalah bukan karena sedikitnya pengikut, bukan pula karena merasa hina, akan tetapi beliau lakukan demi menjauhi fitnah.

Perhatian:

  1. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah menahan diri dari membicarakan perkara-perkara yang berkobar di kalangan para shahabat Radhiyallahu Anhum, karena posisi mereka antara dua kemungkinan. Bisa jadi sebagai seorang mujtahid yang tepat dalam ijtihadnya sehingga dia mendapatkan dua pahala, atau sebagai mujtahid yang keliru dalam ijtihadnya dan baginya satu pahala. Sehingga tidak boleh mencela seorangpun di antara mereka.
  2. Prinsip yang dipegang oleh Ahlus Sunnah, bahwa di antara para shahabat yang terjatuh dalam fitnah, mereka lebih mulia dibandingkan generasi yang datang setelahnya, dan kesalahan mereka terkalahkan dan tertutupi oleh keutamaan-keutamaan mereka.

 

Faedah:

Para shahabat Radhiyallahu Anhum yang masuk dalam fitnah sungguh telah menyesali tragedi tersebut. Di antara mereka adalah Ali bin Abi Thalib dan ‘Aisyah Radhiyallahu Anhuma.

Ibnu Tiamiyah rahimahullah berkata: “Sesungguhnya ‘Aisyah tidak berperang dan tidak pula keluar untuk berperang (yakni tragedi Perang Jamal). Beliau keluar untuk mendamaikan kaum muslimin, dan beliau menyangka dengan keluarnya ada kemaslahatan bagi kaum muslimin. Kemudian tampak setelah kejadian tersebut bahwa yang lebih baik adalah adalah sikap tidak keluar. Dan beliau jika mengingat kejadian keluarnya tersebut menangis sampai kerudung beliau basah.

Demikian pula seluruh generasi pendahulu dalam Islam ini, mereka menyesali masuknya mereka ke dalam kancah peperangan di antara muslimin ketika itu.Thalhah, Az-Zubair dan ‘Ali Radhiyallahu Anhum menyesali kejadian tersebut. Tidak ada niatan mereka dalam kejadian Perang Jamal untuk melakukan peperangan. Peperangan tersebut terjadi bukan atas dasar pilihan mereka.”(Minhajus Sunnah An-Nabawiyah,4/316).

Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa ‘Aisyah telah menyesali dengan penyesalan yang mendalam atas kejadian keluarnya menuju Bashrah dan hadirnya dalam Perang Jamal. Beliau tidak menyangka bahwa perkaranya akan sampai pada apa yang terjadi tersebut. Dari ‘Umarah bin ‘Umair, bahwa dia mendengar jika ‘Aisyah Radhiyallahu Anha membaca ayat:

“Dan hendaklah kalian tetap di rumah-rumah kalian……..”(Al-Ahzab :33).Beliau menangis sampai keRudung beliau basah.”

Juga telah diriwayatkan dari  ‘Ali Radhiyallahu Anhu, bahwa beliau berkata: “Seandainya saja aku dimatikan 20 atau 40 tahun sebelum kejadian ini.” Yakni sebelum beliau menyaksikan kejadin Perang Jamal.

Ketika ‘Ali melewati Thalhah Radhiyallahu Anhuma yang sudah dalam keadaan terbunuh, beliau mengusap debu yang ada di wajah shahabatnya tersebut dan menangis.Beliau berkata: “Sangat berat bagiku, wahai Abu Muhammad, meyaksikanmu terbujur dibawah cahaya bintang-bintang di langit seperti ini. Hanya kepada Allah aku mengeluhkan bencana dan malapetaka ini.”

PASAL  8. Ahlus Sunnah adalah Manusia yang Paling Jauh dari Fitnah

Sesungguhnya Ahlus Sunnah telah mendapatkan keyakinan yang kuat dalam hati mereka disebabkan terangnya kebenaran di sisi mereka dan kokohnya kebenaran tertanam di hati mereka, juga kesiapan mereka untuk mengamalkan setiap kebenaran tersebut. Inilah konsekuensi manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah.Karena lafazh “As Sunnah” maknanya adalah beramal dengan seluruh perkara yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan lafazh “Al-Jamaa’ah” maknanya adalah berkumpul di atas kebenaran, beramal dengannya serta berjalan di atas jalan yang ditempuh oleh As-Salaf(generasi pendahulu umat ini).

Khilaf(perselisihan) tidak akan pernah masuk ke dalam tubuh Ahlus Sunnah ditinjau dari sisi manhaj(cara pemahaman agama) mereka. Hanyalah khilaf terjadi dari sisi pribadi mereka disebabkan munculnya kejahatan, kezhaliman dan permusuhan sebagian mereka terhadap yang lainnya. Bisa juga karena sikap terburu-buru dalam perkara yang dibutuhkan adanya ta’anni (kecermatan dan kesabaran), ataupun disebabkan kejahilan terhadap hakikat sebuah perkara yang sampai padanya.

Berbeda halnya dengan ahlu bid’ah dan kesesatan. Sesungguhnya khilaf(perselisihan) yang terjadi pada mereka disebabkan cacatnya manhaj mereka. Bagaimanapun mereka menginginkan untuk sampai pada kebenaran selamanya tidak mungkin akan bisa meraihnya disebabkan manhaj-manhaj yang menympang yang mereka tempuh. Terkadang mereka bersatu dan sepakat, akan tetapi tidak di atas kebenaran. Tidak mungkin mereka akan sampai kepada kebenaran kecuali dengan kembali kepada Al-Kitab dan As-Sunnah menurut pemahaman  salaful ummah.

 

PASAL  9. Fitnah akan Membongkar Orang-orang yang Memunculkannya

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan jagalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kalian.”(Al-Anfal: 25).

Maka perhatikanlah, bagaimana Allah memerintahkan agar menjaga diri dari segala fitnah. Barangsiapa yang tidak mau tunduk kepada perintah-Nya, maka balasannya sebagaimana yang Allah Aza wa Jalla firmankan:

“…….maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa  adzab yang pedih.”(An-Nur: 63).

Demi Allah, demi Allah, sungguh-sungguh kita tidak mampu untuk menghadapi fitnah, tidak pula adzab yang pedih. Maka sungguh mengherankan jika ada seseorang yang berakal, menjerumuskan dirinya kepada suatu perkara yang akibatnya tidak terpuji.

Di dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,beliau berkata bahwa Radulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Sesungguhnya akan terjadi berbagai fitnah. Seorang yang duduk pada saat terjadi fitnah tersebut lebih baik daripada orang yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan. Dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari kecil. Barangsiapa menyeret dirinya kedalam fitnah tersebut, maka fitnah tadi akan membinasakannya.”(Muttafaq ‘alaihi).

Berapa banyak kita menyaksikan orang-orang yang terburu-buru dalam menhadapi fitnah, telah bergeser dari kebenaran.Ketika sebelumnya mereka dikenal sebagai orang-orang yang jujur, sekarang leb ih mengedepankan dujsta. Ketika sebelumnya dikenal sebagai orang yang membela Islam, sekarang telah berubah menjadi orang yang berupaya untuk membela ambisi pribadi. Ketika sebelumnya dikenal sebagai orang yang menjauhi gangguan, celaan dan cacian kepada manusia, sekarang telah berubah menjadi orang yang kegiatannya menjatuhkan kehormatan mereka.

Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam menjaga keselamatan agamamu, wahai muslim!! Jika datang fitnah hendaklah jaga keselamatan lisan dan kalbumu. Bersihkan pendengaranmu. Jangan engkau melakukan perdebatan dalam perkara yang tidak engkau kuasai. Jangan engkau berbicara dalam perkara yang tidak engkau ketahui. Jangan engkau senang mendengar semua berita yang beredar dan dibicarakan, sehingga engkau akan terjatuh ke dalam kekacauan, kebingungan dan keraguan. Wallahul musta’aan.

 

PASAL 10. Haram Mencari-cari Aib Manusia, Terlebih Lagi Para ‘Ulama

Dari Abu Barzah Al-Aslami Radhiyallahu Anhu. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu Anhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Wahai orang-orang yang telah menyatakan keislaman dengan lisannya dan keimanan belum masuk ke dalam kalbunya, janganlah kalian mengghibahi muslimin dan jangan pula menelusuri aurat(aib) mereka. Barangsiapa menelusuri aurat saudaranya muslim maka Allah akan menelusuri auratnya. Barangsiapa yang Allah menelusuri auratnya, Allah akan bongkar walaupun dia berada di dalam rumahnya.”(HR.Al-Imam Ahmad,4/420-421,dan At-Tirmidzi,1/365).

 

PASAL  11. Dosa  adalah Penyakit yang Akan Merusak Persaudaraan Atas Dasar Agama

Dari Anas Radhiyallahu Anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah, kemudian Allah pisahkan di antara keduanya kecuali disebabkan oleh dosa yang diperbuat salah satunya.”(HR. Al-Imam Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad dengan sanad yang hasan).

Perhatikanlah, semoga Allah menjagamu, bagaimana satu dosa menjadi sebab perpecahan di antara dua orang yang saling mencintai? Bagaimana lagi jika yang terjadi adalah sekian banyak dosa? Sama saja dosa itu terjadi dari seorang muslim terkait dengan hak saudaranya ataupun antara dia dengan Rabb-nya.

Ya Allah, betapa bahaya akibat dosa terhadap kami! Wahai Dzat yang Maha Mengetahui perkara ghaib, jauhkan kami dari dosa, mudahkan kami untuk bertaubat dan jagalah kami dari kejahatan jiwa dan hati kami.

Wahai saudaraku, hati-hatilah dalam bermu’amalah dengan saudaramu dari bertindak zhalim, melakukan ghibah, namimah(mengadu domba), buruk sangka, berdusta atas namanya, ataupun engkau menipunya!

Termasuk di antara perkara yang akan menyebabkan permusuhan adalah adanya jalinan kerjasama (perserikatan) dalam urusan-urusan dunia. Bisa jadi sebelumnya mereka saling mencintai, tetapi ketika masuk dalam suatu syirkah(usaha bersama) terjadi permusuhan. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih; dan amat sedikitlah mereka ini.” (Shad :24).

 

PASAL 12. Ketidak Ikhlasan adalah Salah Satu Sebab Gagalnya Seseorang di Tengah Perjalanannya

Al-Imam Ibnu Jauzi Rahimahullah berkata:

“Sesungguhnya hanyalah yang akan terjatuh ditengah perjalanannya adalah orang yang tidak mengikhlaskan amalannya kepada Allah semata.”

Sesungguhnya ketergelinciran ini terkadang menjadi penutup kehidupannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya seseorang melakukan amalan penduduk neraka(amal jelek), sedangkan dia termasuk penghuni jannah. Dan sesungguhnya seseorang melaklukan amalan penghuni jannah sedangkan dia adalah penghuni neraka. Sesungguh nilai amalan tergantung di akhirnya.”(HR.Al-Imam Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu Anhu,nmr.6607, dan Al-Imam Muslim semisalnya nmr.112).

Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullah berkata: “Su’ul khatimah(akhir kehidupan yang jelek) bisa terjadi disebabkan perkara tersembunyi yang masuk kepada seorang hamba, yang tidak terlihat oleh manusia. Bisa jadi dari sisi amalan yang jelek dan yang semisalnya. Sehingga karakter yang tersembunyi ini mewajibkan terjadinya su’ul khatimah(akhir yang jelek) menjelang kematian…..(hingga kepada ucapan beliau): “Sehingga semestinya seorang mu’min merasa takut atas dirinya untuk tertimpa nifaq asghar(kecil), dan sangat mengkhawatirkan penyakit tadi mengalahkan dirinya di saat menjelang akhir kehidupan sehingga mengeluarkan dirinya hingga menjadi nifaq akbar(yang merupakan kekufuran).”(kitab Qala Ibnu Rajab,hlm.151-152).

Aku katakan: “Waspadalah, waspadalah dalam memperhatikan keikhlasan amal untuk Allah pada kalbumu dan pada tingkah lakumu.”

 

PASAL  13. At-Tafaqquh fid-Din (Mempelajari dan Memahami Ilmu Agama

Sesungguhnya di antara keutamaan memahami ilmu agama Allah adalah menempuh jalan yang akan menyelamatkan diri dari berbagai fitnah. Hal yang demikian merupakan karunia ilahi yang diberikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki dari para hamba-Nya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya niscaya Allah jadikan orang tersebut memahami urusan agamanya,”(Muttafaq ‘alaih dari hadits Mu’awiyah Radhiyallahu Sanhu).

Maka jauhilah…, iauhilah….. sikap meremehkan mempelajari ilmu agama!! Sungguh, sebagian ‘ulama ada yang berkata:

“Sesungguhnya Allah mengangkat adzab dari umat ini disebabkan rihlah (perjalanan mencari ilmu) yang ditempuh oleh para ahli hadits.”

Benar. Sesungguhnya keagungan agama Islam terkandung pada setiap ayat dalam kitabullah dan pada setiap hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Umat Islam telah merasakan berbagai musibah. Sedangkan solusi(jalan keluar) dari musibah-musibah tersebut ada di dalam sekian ayat Al-Qur’an atau hadits. Satu ayat atau satu hadits di dalamnya mengandung satu bahkan lebih solusi terhadap permasalahan umut ini. Islam datang telah membawa obat untuk berbagai jenis fitnah. Akan tetapi sangat sedikit sekali orang yang mau berobat.

PASAL 14. Berpegang Teguh dengan Tali Allah

Yang dimaksud dengan tali Allah adalah mengikuti Al-Qur’anul Karim dan As-Sunnah yang suci di atas pemahaman as-slafish shalih.Berpegang teguh dengan keduanya merupakan jaminan keamanan dari kesesatan dan penyimpangan.

Allah Subhaqnahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak  akan celaka.”(Thaha: 123).

Berpegang teguh kepada tali Allah sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah terwujud dengan tiga perkara:

1.Menerima ayat-ayat Al-Qur’anul Karim dan hadits-hadits Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam yang shahih dengan penerimaan yang jujur secara lahir dan bathin. Tidak  ada keraguan sedikitpun dalam menerima ayat dan hadits tersebut. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran , dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(Al-Hijr:9).

2.Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas pemahaman para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik.

3.Pengamalan Al-Qur’an dan As-Sunnah secara lahir dan bathin di atas amalan yang ditempuh oleh para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik. Menjalankan perkara yang terakhir ini lebih sulit dibandingkan dengan dua perkara sebelumnya. Tidak ada yang selamat dari sikap meremehkan ini kecuali segelintir orang dari kalangan hamba yang shalih.

Mengembalikan sikap kepada amalan salaf di saat menghadapi fitnah merupakan perkara yang sangat penting, serta berpegang teguh dengan tiga perkara ini dalam seluruh sisi kehidupan kita akan mewujudkan sikap berpegang teguh dengan kitabullah yang sesungguhnya.

 

PASAL 15. Menyatukan Kalimat Kaum Muslimin Merupakan Prinsip di antara Prinsip-prinsip Ahlus Sunnah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya berpegang dengan jama’ah dan persatuan termasuk dari prinsip agama, sementara perkara cabang diperselisihkan di dalam agama ini termasuk dari cabang-cabang yang tersembunyi. Sehingga bagaimana mungkin menodai perkara prinsip (yakni persatuan) dengan melestarikan perkara cabang(perselisihan)?!”

Beliau Rahimahullah juga berkata: Termasuk perkara paling agung yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali(agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu(di masa jahiliyah)  bermusuh-musuhan, maka dAllah mempersatukan hati kalian, lalu menjadikan kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”(Ali ‘Imran:103-105)

Prinsip yang agung ini –yaitu berpegang teguh dengan tali Allah dan tidak bercerai-berai- termasuk di antara prinsip paling agung yang ada dalam Islam.”

PASAL 16. Kedudukan Para “Ulama Ahli Hadits

Di antara perkara yang harus diketahui bahwa kedudukan ‘ulama ahli hadits dalam agama ini memiliki tingkatan yang demikian agung. Mereka wajib untuk dihormati, diposisikan, dan diambil ilmunya. Barangsiapa yang dipersaksikan oleh para ulama ahli hadits sebagai seorang Ahlus Sunnah, maka dia benar-benar telah meraih martabat yang agung.

Sebagaimana diketahui, bahwa para shahabat seluruhnya di atas martabat yang sama, yaitu Allah telah mensucikan bahkan meridhai mereka. Bersamaan kita bahwa keutamaan-keutamaan dan kekhususan-kekhususan mereka berbeda-beda. Akan tetapi kita tidak boleh menjadikannya sebagai kesempatan untuk mencela para shahabat yang tidak yang tidak mencapai keutamaan-keutamaan sebagaimana yang didapatkan oleh para khalifah yang empat.

Oleh karena itu, para shahabat di sisi Ahlus Sunnah ada pada satu tingkatan,yaitu dihormati dan dimuliakan. Tidak dikenal adanya cercaan terhadap sebagian shahabat atau bahkan seluruhnya kecuali datangnya dari ahli bid’ah dan orang-orang sesat.

 

PASAL  17. Pentingnya Kembali kepada Para ‘Ulama di Saat Terjadi fitnah

Sesungguhnya para ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah manusia yang paling agung dalam menghadang berbagai fitnah, baik yang terjadi di masa lalu maupun sekarang.

Merekalah yang telah menghadang dan mengintai berbagai dakwah bid’ah serta pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Siang dan malam mereka membela kebenaran yang dibawa oleh Al-Qur’an dan As- Sunnah di atas pemahaman As-Salafush Shalih. Sehingga orang yang tidak mau rujuk kepada mereka ada beberapa kemungkinan:

  1. Bisa jadi dia mengatakan bahwa semuanya baik dan di atas kebenaran. Dan orang ini memaksudkan dengan kata “semua”mencakup Ahlus Sunnah, para da’i kebid’ahan dan hizbiyin. Hakikatnya ucapan ini ingin menyamakan antara kebenaran dengan kebatilan.
  2. Bisa jadi dia bergabung dalam salah satu kelompok bid’ah dan hizbiyah, kemudian berusaha untuk memerangi al haq(kebenaran) dan da’wah Allah dan Rasul-Nya.

Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata:

“Seorang ‘alim melihat fitnah ketika fitnah tada datang, sedangkan manusia tidaklah melihatnya kecuali ketika fitnah tersebut nberlalu.”

Berapa banyak ‘ulama yang memperingatkan dari fitnah-fitnah tersebut.  Akan tetapi nasehat mereka tidak diterima, sehingga terjadilah apa yang terjadi dari berbagai musibah yang demikian dahsyatnya.

Akan tetapi yang sering terjadi pada orang-orang yang mencintai kebaikan adalah sikap tergesa-gesa sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada sebagian shahabatnya:

“Demi Allah , sesungguhnya Dia akan menyempurnakan urusan (agama) ini, hingga seorang penunggang kendaraan berjalan sendirian dari Shan’a menuju Hadramaut, dia tidak takut kecuali kepada Allah, sementara srigala di atas kambingnya. Akan tetapi kalian ini tergesa-gesa.”(HR. Al-Imam Al-Bukhari,7/209, dari hadits Khabbab Radhiyallahu Anhu).

 

PASAL  18. Para Penuntut Ilmu adalah Penyambung antara Para ‘Ulama dan Masyarakat.

Sebagaimana diketahui bahwa para penuntut ilmu adalah orang-orang yang menimba ilmu dan bimbingan dari para ‘ulama, dan mereka kembali ke kaum mereka sebagai para da’i dan pengajar ilmu. Barangsiapa yang dipersaksikan oleh para ‘ulama sebagai orang yang baik dan pantas diambil ilmunya, maka sikap yang dituntut dari kita adalah pembelaan dan berbaik sangka kepadanya.

Dan bukan termasuk dari keshalihan(kebaikan) dari para ‘ulama sikap menelantarkan para penuntut ilmu, dan bukan pula merupakan keshalihan para penuntut ilmu yang menyempal dari para ‘ulamanya.

 

PASAL  19. Perlunya Filter(Penyaringan) terhadap Berita yang Tersebar, Terkhusus di Masa-masa Fitnah

Menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk melakukan tatsabbut (crosscheck) dalam menghadapi berita-berita yang tersebar, dan jangan sampai menyampaikan setiap petkara yang dia dengar, serta kewajiban untuk mengembalikan perkara tersebut kepada orang yang memiliki ilmu.

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Seandainya mereka memnyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka(Rasul dan Ulil Amri).”(An-Nisa’ : 83).

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda:

“Bagaimana nasib kalian, jika kalian hidup di sebuah zaman di mana manusia benar-benar diadu-domba, dan tinggallah orang-orang rendahan yang menyia-nyiakan janji dan amanah, sehingga manusia berselisih sehingga keadaan mereka seperti ini.” –Kemudian Rasulullah menjalinkan jari-jemarinya-.Para shahabat bertanya: Apa yang harus kita tempuh, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Ambil yang telah kalian ketahui (dari kebenaran) dan tinggalkan apa yang kalian tidak ketahui.”(HR.Imaam Ibnu Majah,2/3956, dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amir Radhiyallahu Anhu).

Berita-berita yang dinukilkan melalui buletin dan majalah tidak bisa dijadikan sebagai sandaran, karena sumber-sumbernya tidak terpercaya, dan mayoritas penulisnya memiliki pemikiran-pemikiran yang aneh dan arahan-arahan yang menyimpang, kecuali yang dirahmati oleh Allah.

Pembicaraan yang dilakukan oleh orang-orang terpercaya tentang kesalahan-kesalahan Fulan, maka diterima selama tidak bertentangan dengan berita yang lebih terpercaya. Adapun orang tidak yang tidak diketahui ketsiqahannya, maka harus ada penyaringan dan penelitian terhadap berita yang dibawanya untuk bisa diputuskan apakah beritanya diterima atau ditolak.

PASAL  20. Berhias dengan Sifat Sabar

Telah datang dalam hadits Al-Miqdad Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah yang betul-betul dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang berbahagia adalah yang betul-betul dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang berbahagia adalah yang betul-betul dijauhkan dari fitnah. Dan barangsiapa diuji dengan suatu fitnah kemudian dia bersabar, maka sungguh menakjubkan keadaannya.” (HR. Al-Imaam Abu Dawud,4/99).

Yakni: Urusannya sungguh menakjubkan. Bagaimana dia mendapatkan ujian dan bersabar. Berapa banyak orang yang tidak bersabar dan semakin bertambah keluh kesahnya, serta hilang kekuatannya di saat terjadi fitnah!!

Wahai sudaraku muslim, Allah Aza wa Jalla telah berfirman:

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai kebruntungan yang besar.”(Fushshilat:35).

Dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu, beliau berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Tidak ada yang lebih sabar daripada Allah dalam menghadapi gangguan yang didengarnya. Sesungguhnya Dia dipersekutukan oleh manusia dan mereka menjadikan anak bagi Allah, kemudian Allah tetap menjaga mereka dan memberi rezki kepada mereka.”(HR. Muslim,17/284).

Tidaklah seorang muslim menjadikan sesuatu sebagai penolong dalam melawan kedengkian orang yang dengki yang lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan menjadikan dirinya senantiasa di atas kesabaran dan ketakwaan.

 

PASAL  21. Al-Hilm (Sikap Lembut)

Sesungguhnya al-hilm(sikap lembut) merupakan perkara yang terpuji di setiap waktu. Dan sifat tersebut semakin terpuji di saat terjadi fitnah, khususnya jika sikap lembut tadi bergandengan dengan dimilikinya ilmu syar’i.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ketika memuji Al-Asyajj Radhiyallahu Anhu:

“Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat lembut dan hati-hati.”(HR. Al-Imaam Muslim,1/156-157, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu Anhuma).

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: “Sikap lembut merupakan benih ilmu.Jika keduanya (sikap lembut dan ilmu) bertemu maka terlahir kepemimpinan di urusan dunia dan akhirat. Sehingga diraihlah manfaat denganilmu yang dimiliki oleh seorang ‘alim.Jika dua perkara tersebut masing-masing berdiri sendiri, maka hilanglah manfaat dan pemanfaatan ilmu tersebut.”

Al Mawardi Rahimahullah berkata: “Kelembutan termasuk dari akhlak yang paling mulia dan paling berhak dimiliki oleh orang-orang yang berakal, karena di dalamnya terkandung keselamatan harga diri, ketenangan jasad, dan didapatkannya sifat terpuji.”

Wahai sekalian da’i illallah ! Apa beda kalian dengan orang awam jika kalian tidak memiliki sifat lembut, hati-hati, dan tabah? Bukankah Allah Aza wa Jalla telah berfirman kepada Nabi-Nya:

“Jadilah engkau orang yang pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”(Al-Araaf:199).

Bukankah Allah Aza wa Jalla telah berfirman:

“Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fushshilat : 34).

Maka kelembutan dan dan kehati-hatian termasuk dari sifat ‘ulama.

 

PASAL 22. Sifat Ta’anni (Berhati-hati) dalam Memutuskan Hukum di Saat Terjadi Fitnah

Sikap tergesa-gesa merupakan naluri yang Allah jadikan sebagai tabiat pada manusia. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.”(Al-Anbiya’:37).

“Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”(Al-Israa’:11)

Berapa banyak orang yang tergesa-gesa akhirnya menderita kerugian karena tidak berhati-hati dalam menghadapi berbagai perkara.

Ada perbedaan antara sikap bersegera dengan tergesa-gesa.

Bersegera maknanya berusaha meraih kesempatan pada waktunya dan tidak membiarkannya, sehingga jika dia luput akan berusaha mengejarnya. Dia tidak mencari perkara-perkara setelah hilang, tidak pula sebelum datang waktunya. Bahkan jika waktu datangnya dia bersegera untuk mendapatkannya.

Tergesa-gesa maknanya adalah mencari sesuatu sebelum datang waktunya. Yang demikian merupakan kebodohan dan sikap gegabah. Sikap ini termasuk meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, yang akan berujung dengan penyesalan.

PASAL  23.Bersikap Adil dalam Bermu’amalah dan Menhukumi

Adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, sebagai yang dibimbingkan oleh syari’at Nabi Nuhammad Shallallahu alaihi wa Sallam.

Ketahuilah, wahai saudaraku muslim! Sesungguhnya keadilan merupakan sesuatu yang sangat sedikit (susah didapatkan) di tengah kehidupan kaum muslimin di masa ini. Jika engkau mendapati seorang yang adil, maka dia lebih berharga bagimu dibandingkan permata merah.Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap diri kalian sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabat kalian. Jika dia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kalian memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kalian kerjakan.”(An-Nisaa’:135).

“Dan apabila kalian berkata, maka hendaklah kalian berlaku adil.”(Al-An’am: 152).

“Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap suatu kaum, mendorong kalian untuk berlaku tidak adil.”(Al-Maidah:8).

 

PASAL 24. Berupaya untuk Mengenali Pihak yang Mengobarkan Fitnah

Suatu perkara yang ma’lum bahwa tidak ada satu fitnahpun yang terjadi antara seorang muslim dan saudaranya kecuali masuk didalamnya orang yang bukan ahlinya, entah itu karena niatan yang baik maupun niatan yang jelek. Yang dituntut dalam kondisi ini adalah mencari orang-orang yang menjadi penggerak fitnah dan penghalang antara pihak yang akan mendamaikan dengan pihak-pihak yang berselisih. Pihak-pihak yang menjadi penggerak fitnah adalah:

  1. Para setan dari jenis jin
  2. Para setan dari jenis manusia

Adapun para setan dari jenis manusia di antaranya adalah tukang sihir, tukang ramal(Ahli astrologi/perbintangan), orang-orang munafik, para da’i kesesatan, mata-mata, dan yang lainnya.

Orang yang sangat suka mendengar perkataan para setan dari jenis manusia sebagaimana telah disebutkan di atas tadi, golongan inilah yang disebutkan secara tegas didalam Al-Qur’an:

“Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak menambah kalian selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisan kalian, untuk mengadakan kekecauan di antara kalian; sedang di antara kalian ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan perkataan mereka.”(At-Taubah:47).

Oleh karena itu kita ,menyaksikan di saat suatu fitnah terjadi dan mencuat ke permukaan, muncul sekelompok manusia yang sangat bersemangat untuk menyebarkannya, dan seolah menampakkan kecemburuan agama yang tidak ada tandingannya. Sementara mereka tidak dikenal sebagai orang-orang yang memiliki peran-peran agama yang terpuji. Bahkan mereka dikenal sebagai orang-orang yang kacau balau dan semangat dalam meraih dunia. Golongan ini sangat sulit untuk diketahui dan dibedakan kecuali di saat terjadi fitnah. Jika kita memperhatikan perkara tersebut, kita akan tahu siapa yang berada di balik sebuah fitnah.

Adapun kondisi para ‘ulama ketika tidak mengetahui semua musuh, maka yang demikian bukanlah sesuatu yang menjadikan mereka kemudian dicela. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan Allah lebih mengetahui(daripada kalian) tentang musuh-musuh kalian. Dan cukuplah Allah menjadi pelindung(bagi kalian). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagi kalian).”(An-Nisaa’:45).

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kkuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya sedang Allah mengetahuinya.”(Al-Anfal: 60).

Atas dasar ini semua, merupakan perkara yang dituntut dari setiap orang yang berakal agar memiliki sikap hati-hati, sabar dan cermat di dalam memahami bagaimana berkobarnya sebuah fitnah dan siapa yang berada di balik fitnah tersebut.

Setan-setan dari jenis jin dan usaha mereka untuk merusak orang yang beriman.  Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan apa yang diperbuat oleh setan terhadap orang-orang yang beriman. Dalam hadits Jabir Radhiyallahu Anhu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Sesungguhnya setan merasa putus asa untuk bisa diibadahi oleh orang-orang yang shalat di Jazirah ‘Arab. Akan tetapi setan berusaha untuk merusak mereka dengan cara mengadu domba mereka,”(HR. Al-Imaam Muslim,17/291-292).

Adu domba merupakan sebuah pintu yang luas dengan pola-pola yang bermacam-macam, di mana asas semua bentuk adu domba adalah bisikan-bisikan setan. Di antaranya sebagaimana dalam firman Allah Aza wa Jalla:

“Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”(An-Naas : 4-5).

Di antara bentuk adu domba adalah perselisihan.Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan katakankah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”(Al-Israa’:53).

Di antaranya adalah tuduhan dusta. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh manusia bagaikan aliran darah. Dan aku khawatir setan menimpakan prasangka buruk terhadapku pada hati kalian berdua.”(Muttafaq ‘alaih dari Shafiyyah Radhiyallahu Anha).

Di antaranya juga adalah tipu daya. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Maka setan(Iblis) membujuk keduanya (Adam dan Hawa) untuk memakan buah itu dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah pohon itu, sehingga terbukalah aurat keduanya.”(Al-A’raaf:22).

Di antaranya pula adalah sikap tidak peduli, merintangi,  menjauhkan, menyelewengkan dan janji-janji palsu.

Seandainya orang-orang yang beriman memahami berbagai sepak terjang yang dilakukan para musuh Allah terhadap mereka, niscaya mereka akan berhati-hati dan menjaga diri dari musuh tersebut. Akan tetapi kelalaian kebanyakan manusia menjadikan musuh mereka tersebut berhasil menguasai sebagian mereka. Hanya Allah-lah tempat kita meminta agar menjaga kita dari kejahatan jiwa kita dan kejahatan setan serta sekutunya.

Hendaklah kita melazimi dzikir-dzikir pagi dan petang, dzikir menjelang tidur dan bangun tidur serta dzikir-dzikir lainnya. Hendaknya kita menjaga ketaatan kepada Allahdan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagaimana yang diinginkan oleh Allah Aza wa Jalla.

Hendaknya kita memahami berbagai pintu setan dalam upayanya untuk memasuki kita, dan hendaknya kita berusaha sekuat tenaga untuk menutupnya.

 

PASAL 25. Melakukan Pembalasan Karena Pribadi (Balas Dendam)

Di antara penyakit berbahaya yang tersebar di masa fitnah adalah upaya untuk membalas karena kepentingan pribadi dengan berbagai upaya pembenaran yang sangat lemah. Pembalasan karena dendam pribadi merupakan perkara yang akan mengubur persaudaraan, dia akan menelanjangi saudaranya dari seluruh kebaikan, keshalihan dan ilmu yang dimilikinya. Engkau akan mendapati orang tadi siap memusuhi saudaranya dengan sebab yang sangat remeh.

Tidak samar bagimu, wahai saudaraku yang mulia, perbedaan antara membela diri dengan membalas dendam. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak  ada  suatu dosapun atas mereka.”(Asy-Syuraa:41).

“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim, mereka membela diri.”(Asy-Syuraa:39).

Yaitu dengan cara yang adil.

Bahkan bersamaan bolehnya melakukan pembelaan diri, syariat mengajak untuk memaafkan dan bersikap sabar terhadap orang yang melakukan kezhaliman tersebut. Dan yang lebih baik bagi seorang muslim adalah bersabar, jika ternyata upaya membela diri tersebut akan memunculkan fitnah atau menimbah fitnah yang ada. Adapun membalas dendam merupakan tindakan kezhaliman dan melampaui batas. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat tersebut.

 

 

PASAL 26. Cinta Ketenaran Akan Mematahkan Tulang Punggung

Di antara manusia ada yang senang dengan ketenaran sehingga memanfaatkan fitnah sebagai tunggangan untuk mencapai tujuannya tersebut. Hal ini mengandung berbagai kerusakan dimana tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah, entah itu berupa sikap aniaya, dengki, zhalim ataupun dendam. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”(Al-Qashash:83)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:

“Hati-hatilah dari syahwat yang tersembunyi.”Beliau ditanya: Apakah syahwat yang tersembunyi itu? Beliau menjawab:”Cinta kepemimpinan”.

Sedangkan yang kita minta kepada Allah untuk diri kita adalah bagaimana kita menjadi para pemimpin dalam agama ini.Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyhakini ayat-ayat Kami.”(As-Sajdah:24)

Dengan sabar akan tertolak berbagai syahwat, dan dengan yakin akan tertolak berbagai syubhat.

 

 

PASAL 27. Mendamaikan Dua Pihak yang Saling Berselisih

Allah Aza wa Jalla telah memerintahkan di dalam kitab-Nya dan juga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di dalam sunnahnya kepada yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki hubungan. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian memang orang-orang yang beriman.” (Al-Anfal:1)

“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudara kaliaan dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mndapat rahmat.” (Al-Hujurat :10)

Raululullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda;

“Maukah kalian aku kabari dengan perkara yang lebih utama derajatnya dengan puasa, shalat dan sedekah?” Para shahabat menjawab: Tentu saja. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda: “Mendamaikan dua saudaramu yang berselisih. Dan sesungguhnya kerusakan hungan di antara dua saudara adalah haliqah(perkara yang mengikis amalan shalih.” (HR.Al-Imam Abu Daud,5/138, At-Tirmidzi,4/572,dan Ahmad,18/571, dari Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu)

 

PASAL 28 .Keselamatan Kalbu dan Lejujuran Lisan Termasuk Amal yang Paling Utama

Telah datang dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ditanya tentang siapa yang paling utama. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab:

“Setiap orang yang bersih hatinya dan jujur lisannya.” Mereka berkata: Wahai Rasulullah, adapun orang yang lisannya jujur kami sudah paham. Lalu apa yang dimaksud yang hatinya bersih? Beliau nebjawab: “Seseorang yang bertakwa dan suci. Tidak ada dosa dan permusuhan tidak pula dendam dan kedengkian dalam hatinya.”(HR.Ibnu Majah,nmr 4216)

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), kereka bordoa: “Wahai Rabb kami, beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”(Al-Hasyr: 10)

Kebaikan seluruhnya ada dalam perbaikan dan pembersihan hati dari berbagai permusuhan, kezhaliman, kedengkian dan hasad.

PASAL  29. Meninjau Akibat – akibat yang Mungkin Terjadi

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Diwajibkan atas kalian untuk berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian; Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.”(Al-Baqarah:216)

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: “Barang siapa yang benar pengenalan dan pemahaman kepada Rabb-nya, dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dia akan mengetahui dengan yakin bahwa perkara-perkara yang dibenci yang menimpanya dan ujian yang mengenainya mengandung berbagai maslahat dan manfaat yang tidak mungkin bisa dihitung olehnya dan pikirannya. Bahkan maslahat seorang hamba yang ada dalam perkara yang dia benci lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang ada dalam perkara yang dia cintai.”

Beliau Rahimahullah juga berkata : “Tidak ada perkara yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba dibandingkan melaksanakan perintah Rabb-nya walaupun di awalnya perkara tersebut berat baginya. Karena akibat yang didapatkannya seluruhnya adalah kebaikan, kegembiraan, kelezatan dan kesenangan. Walaupun jiwanya tak menyenanginya, tetapi perkara yang diperintahkan itu lebih baik dan lebih bermanfaat baginya. Demikian pula dengan melakukan sebuah larangan. Walaupun hawa nafsunya menyenanginya dan senderung padanya, tetapi seluruh akibatnya adalah kepedihan, kesedihan, kejelekan dan bencana. Dan kekhususan akal adalah kemampuan untuk tabah dalam menghadapi kepedihan sesaat yang akan diiringi dengan kelezatan yang besar serta kebaikan yang melimpah.”

Sampai kepada ucapan beliau Rahimahullah:

“Pandangan seorang yang bodoh tidak bisa menembus antara dasar sampai ke puncak sesuatu. Sedangkan seorang yang berakal dan cerdas senantiasa memandang kepada puncak(tujuan) dibalik tabir-tabir dasarnya. Dia melihat apa yang ada di balik tabir-tabir tersebut dari berbagai tujuan yang terpuji maupun yang tercela.”

Wahai saudaraku muslim, wajib bagimu untuk melihat berbagai akibat dari perkara yang ada di saat engkau akan berbicara dam berbagai perkara. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda.

“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu ucapan, yang dia tidak berusaha mencari kejelasan kebenarannya, dengan sebab itu dia tergelincir ke dalam neraka yang lebih jauh daripada arah timur dan barat.”(Muttafaq alaih dari hadits ‘Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu)

PASAL 30. Bersikap Lembut dalam Seluruh Perkara

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu Anha, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Pelan-pelan wahai ‘Aisyah! Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.”

“Pelan-pelan wahai ‘Aisyah! Wajib bagimu untuk bersikap lembut dan jauhilah sikap kasar dan ucapan yang keji.”

“Sesungguhnya bahwa kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan memperindah keadaannya. Dan tidaklah tercabut dari sesuatu kecuali akan memperburuk keadaannya.”

Dari hadits-hadits tersebut engkau mengetahui bahwa pokok agama kita dibangun di atas kelembutan. Kelembutan akan membuat sesuatu menjadi bagus dan indah. Sedangkan sikap kasar akan membuat sesuatu menjadi jelek dan buruk. Sesungguhnya kelembutan dibangun di atas rasa kasih sayang. Dan tidaklah tersembunyi bagi orang yang berakal bahwa bersikap keras pada tempatnya dengan didasari patokan-patokan syariat merupakan perkara yang dituntut. Bahkan terkadang sikap keras ini merupakan bagian dari kelembutan.

 

PASAL 31. Berani untuk Mengakui Kesalahan dan Ruju’(Kembali) kepada Kebenaran

Ruju’ (kembali) kepada kebenaran merupakan suatu kemuliaan, sedangkan terus-menerus di atas kesalahan merupakan kehinaan.

Telah datang dalam rakyat Al-Baihaqi (10/119), bahwa sesungguhnya ‘Umar Radhiyallahu Anhu telah menulis surat untuk Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallhu Anhu dimana dalam surat tersebut dikatakan:

“Janganlah satu keputusan yang telah engkau putuskan hari ini yang kemudian engkau mengoreksinya kembali dan engkau ditunjuki kepada jalan yang lurus menghalangimu untuk kembali kepada kebenaran. Karena sesungguhnya kebenaran itu sesuatu yang sudah lama,dan tidak ada sesuatupun yang bisa membatalkannya. Sedangkan kembali kepada kebenaran lebih baik dibandingkan terus-menerus di atas kebatilan.”

Engkau mendapati kebanyakan manusia merasa berat untuk kembali kepada kebenaran. Rahasianya tidak lain kecuali aebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullah:

“Jiwa itu bagaikan gunung tinggi yang menghalangi perjalanan menuju Allah. Setiap orang yang berjalan, tidaklah dia berhasil melewatinyan kecuali akan sampai kepada tujuannya. Akan tetapi ada yang merasakan berat, ada pula yang merasakan ringan dalam melaluinya. Dan sesungguhnya perjalanan tersebut akan mudah bagi orang yang Allah mudahkan.

Sementara pada gunung tersebut ada lembah-lembah, jalan, bukit-bukit, jurang-jurang, duri-duri, tumbuh-tumbuhan, dan para begal(penjahat yang menghadang setiap orang yang lewat di jalanan). Terlebih lagi bagi orang-orang yang berjalan di malam hari. Maka dia harus memiliki bekal iman dan lentera keyakinan yang dinyalakan dengan minyak ke-tawadhu-an. Jika tidak, dia akan terhenti disebabkan penghalang-penghalang tersebut, di mana penghalang-penghalang tadi begitu kuat bagi mereka dalam menghalangi mereka dari perjalanan tadi.

Sesungguhnya kebanyakan orang yang menempuh perjalanan tadi, berbalik arah ketika tidak mampu melintasi perjalanan tadi, berbalik arah ketika tidak mampu melintasi dan mencebur ke dalam cobaan yang ada dalam perjalanan yang ada dalam perjalanan tersebut. Sementara setan berada di puncak gunung tersebut, memperingatkan dan menakut-nakuti manusia agar jangan mendaki gunung tersebut. Sehingga bertemulah antara beratnya pendakian gunung tadi, duduknya setan di puncak gunung tadi yang berusaha menakut-nakuti manusia, serta lemahnya tekad dan niat orang yang ingin melintasinya, yang mengakibatkan terputusnya dan kembalinya orang yang berusaha untuk menempuhnya tadi. Orang yang selamatadalah yang dijaga oleh Allah.

Setiap kali si pendaki tersebut mendaki, semakin keras teriakan, peringatan dan ancaman dari orang yang berusaha memutuskan perjalanan tersebut. Jika dia terus berusaha untuk menempuhnya hingga sampai di puncak gunung tersebut maka berbagai ketakutan itu akan berbalik menjadi keamanan, dan di saat itu perjalannannya menjadi mudah dan hilanglah seluruh penghalang serta beratnya melintasi perbukitannya. Dia akan melihat jalan yang akan ditempuhnyya begitu lebar dan aman yang akan menyampaikannya ketempat-tempat persinggahan dan peristirahatan. Sehingga untuk sorang hamba sampai pada kebahagiaan dan kemenangan harus ada kekuatan tekad, kesabaran, keberanian jiwa, serta kekokohan hati untuk meraihnya.

Dan disebabkan tidak adanya ketundukan jiwa dengan ketundukkan yang sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya, menjadi sulit bagi mereka untuk kembali kepada kebenaran . Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka dengan sepenuhnya.”(An-Nisaa’:65).

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.”(Al-Ahzab:36)

 

Pasal 32. Berhenti pada Batas-Batas dan Patokan-patokan Syar’i

Kecintaan kepada Seorang Muslim

Rasululah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah kalian akan masuk jannah sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman (dengan sempurna) sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perkara yang jika kalian melakukannya akan saling mencintai? Tebarkan salam di antara kalian!”(HR.Al-Imaam Muslim,2/227, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu)

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya.”(Muttafaq Alaih dari hadits Anas Radhiyallahu Anhu)

Kecintaan kepada seorang muslim harus dilandasi karena Allah Aza wa Jalla. Juga kecintaan tersebut harus sesuai dengan kadar kebaikan yang ada pada seorang muslim. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:

“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.”(Dikeluarkan oleh Ibnu Syaibah,7/229, dari hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu)

Kasih Sayang kepada Seorang Muslim

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”(Al-Fath:29)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Allah tidak meletakkan rahmat-Nya kecuali pada orang yang penyayang.” Para shahabat berkata: Kami semua menyayangi wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab:”Bukanlah yang dimaksud penyayang jika salah seorang di antara kalian menyayangi temannya.Tetapi yang diinginkan adalah menyayangi semua manusia.”(Dikeluarkan oleh Abu Ya’la ,7/250, dari hadits Anas Radhiyallahu Anhu)

Kasih sayang kepada kaum muslimin harus diikat dengan patokan-patokan syar’i. Termasuk kesalahan,terkadang sebagian manusia menyayangi satu orang dan menzhalimi masyarakat banyak. Allah Aza wa Jalla berfirman ketika menjelaskan tentang para pezina:

“Maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kalian untuk (menjalankan) agama Allah, jika kalian beriman kepada Allah, dan hari akhirat.”(An-Nuur:2)

Kebencian kepada Seorang Muslim

Hukum asal pada seorang muslim adalah ridha kepada saudaranya seislam. Akan tetapi dibolehkan terjadi kemarahan kepadanya karena Allah, dan harus dengan patokan-patokan syar’i.

 

 

Pertolongan dan Pembelaan kepada Seorang Muslim

Telah datang dalam hadits Anas Radhiyallahju Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi  wa Sallam b ersabda:

“Tolonglah saudara yang menzhalimi atau yang dizhalimi!” Seseorang berkata: Wahai Rasulullah, Aku akan menolongnya jika dia dizhalimi.Lalu bagaimana aku menolong orang yang berbuat zhalim?” Beliau menjawab:  ”Engkau menghalanginya dari kezhalimannya.”(Muttafaq Alaih)

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan janganlah kamu menjadi penantang (orang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.”(An-Nisaa’:105)

“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.”(An-Nisaa’:107)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata: “Orang yang dizhalimi yang dalam posisi di atas kebenaran, yang tidak meremehkan ilmunya, maka diperintahkan untuk bersabar. Jika dia tak bersabar, maka dia telah meninggalkan perkara yang diperintahkan.” Firman Allah Aza wa Jalla:

“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosapun atas mereka,”(Asy-Syuraa:41)

akan tetapi dipersyaratkan dua persyaratan berikut ini:

  1. Kemampuan untuk melakukan pembelaan diri tersebut.
  2. Tidak melempaui batas dalam melakukannya.

Pujian Terhadap Seorang Muslim

Al-Qur’an dan As-Sunnah penuh dengan pujian dan sanjungan terhadap seorang muslim. Seorang muslim dipuji karena kejujurannya kepada Allah, takutnya kepada-Nya, kezuhudan dari dunia, kekokohan diatas kebenaran, dan perkara-perkara lainnya. Akan tetapi pujian ini harus ditempuh dengan patokan-patokan syar’i sebagaimana berikut ini:

  1. Orang yang memberikan pujian mengucapkannya dalam rangka ibadah, bukan dalam rangka menjilat.
  2. Pujian tersebut berdasarkan kenyataan yang ada pada orang yang dipuji. Adapun pujian yang tidak sesuai dengan kenyataan merupakan kedustaan.
  3.  Pujian tersebut diucapkan di saat dibutuhkan, bukan terus-menerus.
  4. Hendaknya memperhatikan sisi kemaslahatan orang dipuji. Jika pujian tadi akan menyebabkan orang yang dipuji terjatuh dalam sikap ‘ujub(bangga diri), maka dia tidak dipuji di hadapannya. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda kepada seseorang yang sedang menuji seorang lelaki(dihadapan lelaki tersebut):

“Celaka kamu, kamu telah mematahkan leher temanmu.” (Muttafaq ‘alaih dari hadits Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu)

Ta’ashshub(fanatik) ketika Bersengketa dengan Seorang Muslim

Sesungguhnya sikap fanatik ketika bersengketa dengan seorang muslim merupakan dosa besar dan peninggalan jahiliyah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Apakah kalian menyeru dengan seruan jahiliyah, sementara aku masih berada di tengah kalian? Tinggalkan seruan jahiliyah tersebut, karena sesungguhnya hal itu adalah perkara yang busuk.”

Su’uzh Zhann (berburuk sangka) terhadap Seorang Muslim

Berburuk sangka merupakan perkara yang dilarang oleh syari’at. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda:
“Jauhilah berburuk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta ucapan.”(HR. Al-Imaam Al-Bukhari,10/593, dan Imaam Muslim,16/92)

Bahkan Allah Aza wa Jalla telah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.”(Al-Hujurat:12)

Terdapat perbedaan antara su’uzh zhann(buruk sangka) dengan ihtiraaz(jaga-jaga).Berburuk sangka kepada seorang muslim adalah penuhnya hati dengan sangkaan-sangkaan jelek terhadap manusia, sampaipun saudaranya seislam, sehingga meluap pada lisan dan anggota badannya berupa fitnahan, celaan, tuduhan, hinaan dan kebencian terhadap saudaranya seislam. Padahal yang disyari’atkan adalah berbaik sangka kepada sesama muslim selama yang nampak dari seseorang adalah kebaikan dan keshalihan. Sedangkan sikap jaga-jaga adalah kehati-hatian dari terjatuh ke dalam perkara yang dibenci dari Fulaan atau Fulaan yang lainnya bersamaan hukum asalnya tidak adanya sikap tadi.

Kekhawatiran Al-Imaam Al-‘Allaamah Al-Waadi’i Rahimahullah terhadap Da’wah ini

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam pembukaan khutbah-khutbah beliau sering mengucapkan: “Dan kami berlindung dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amal-amal kami.”

Jiwa kita bagaimanapun baiknya, keadaannya tetap ternacam oleh kejelekan. Ini,demi Allah, merupakan waktu untuk kita aib-aib dan dosa-dosa kita, jika kita memang termasuk dari orang-orang yang berusaha untuk menjaga agama yang agung ini.

Asy-Syaikh Rahimahullah mengetahui berapa banyak musuh da’wah ini, baik musuh dari dalam mupun dari luar. Akan tetap sama sekali bahaya mereka tidak akan pernah lebih berbahaya dibandingankan dengan penyelewengan orang-orang yang berdiri di atas da’wah ini. Maka hendaklah setiap kita menuduh diri kita masing-masing, dan menimbang dengan ucapan dan perbuatannya yang nampak maupun yang tersembunyi dengan timbangan syar’i. Wallahul musta’an.

 

PASAL 33. Bahaya Mata-mata terhadap Da’wah- Semoga Allah Menhancurkan Mereka-

Allah telah mengharamkan tindakan memata-matai(untuk mencari-cari kesalahan) kaum muslimin dalam firman-Nya:

“Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain.”(Al-Hujurat:12)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Jangan kalian mencari kesalahan-kesalahan orang lain, dan jangan pula mengorek-ngorek berita tentangnya.”

Mata-mata merupakan musuh agama dan da’wah kita. Bukanlah ucapan kami bertujuan menuduh manusia dengan tuduhan sebagai mata-mata tanpa indikasi-indikasi yang jelas, akan tetapi seruan agar semuanya tersadar dan tergugah.

 

PASAL 34. Di antara Patokan dalam Al-Jarh wat Ta’dil (Kritikan dan Pujian)

Orang yang melihat realita kehidupan kaum muslimin akan melihat bahwa banyak di antara mereka yang men-jarh(mengkritik) atau men-ta’dil(memuji), bersamaan berbeda-bedanya perkara yang yang dikritik dan dipuji. Dengan sebab itu muncul celaan pada kehormatan manusia dan masuk dalam kancah menjatuhkan kehormatan mereka. Yang demikian merupakan kezhaliman yang sangat besar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Sesungguhnya riba yang paling besar dosanya adalah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang benar.”(HR.Al-Imaam Abu Dawwud,5/123)

Allah telah menakdirkan adanya para ‘ulama hadits yang meletakkan kaidah-kaidah ilmu hadits ini. Sehingga para ahli haditslah yang berhak meletakkan kaidah-kaidah al-jarh wat ta’dil dengan patokan-patokannya. Mereka adalah orang-orang yang menguasai medan ini dan para tokohnya. Sehingga hampir-hampir engkau tidak mendapati jarh ataupun ta’dil yang benar dari selian mereka. Dan senantiasa pada setiap masa ada ‘ulama hadits yang memiliki keahlian dalam men-jarh dan men ta’dil, seperti bapak kami dan guru kami Muqbil bin Haadi Al-Waadi’i, Al-‘Allamah Al-Abani, dan Ibnu Baaz-rahimahumullah.

 

PASAL 35. Perbedaan antara Para ‘Ulama dan Orang-orang yang Menyerupai Mereka

Perbedaan ini sangat penting unrtuk diketahui agar manusia bisa diposisikan sesuai dengan kedudukannya, dan agar para ‘ulama benar-benar dijadikan rujukan di saat terjadi berbagai fitnah.

Dan orang-orang yang menyerupai ‘ulama terkadang berusaha untuk memutuskan jalan yang menghubungkan manusia dengan para ‘ulama. Tidaklah engkau mendapati satu masapun kecuali manusia mengeluhkan keberadaan golongan yang pura-pura berilmu ini.

Ilmu Hazm rahimahullah berkata:

“Tidak ada penyakit yang lebih berbahaya terhadap ilmu dan pemiliknya dibandingkan orang-orang yang masuk ke dalam ilmu sementara mereka bukan ahlinya. Karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bodoh dalam keadaan menyangka diri mereka berilmu. Mereka melakukan kerusakan dalam keadaan memposisikan diri mereka sebagai orang-orang yang melakukan perbaikan.”(Kitab Siyar wal Akhlaq,hlm,91)

Sebagian ulama berkata:

“Ilmu itu ada tiga jengkal. Barangsiapa yang baru masuk dalam jengkal yang pertama maka dia akan takabbur(sombong). Barangsiapa yang telah masuk dalam jengkal yang kedua maka dia akan tawadhu’(merendah).Dan barangsiapa yang telah masuk ke dalam jengkal yang ketiga maka dia akan tahu bahwa dirinya tidak tahu.”(Dari Hilyah Thalibil ‘Ilmi,hlm 198)

Sebagian ‘ulama yang lain berkata:

“Seandainya seseorang yang tidak berilmu mau diam sampai orang yang berilmu berbicara, niscaya fitnah akan selesai.”

Siapakah Orang-orang yang Menyerupai Para ‘Ulama tersebut? Di antara mereka adalah:

  1. Para pemikir dan ahli tsaqafah(budaya).

Kebanyakan pemikir kosong dari ilmu syari’at Islam. Hendaknya mereka kembali kepada para ‘ulama Islam. Adapun ahli tsaqafah, mayoritas mereka menampilkan simbol-simbol Islam secara global, sementara berbagai pemikiran dan pendapat yang disusupkan ke dalam Islam telah ,menutupi simbol-simbol tersebut. Maka waspadalah dari terperdaya oleh mereka. Kalaupun di antara mereka melakukan tindakan perbaikan dalam satu perkara, sesungguhnya mereka telah melakukan pengrusakan dalam sekian bayak perkara.

  1. Para khatib dan pemberi nasehat.

Mereka berada pada posisi terdepan dalam menjaga perbatasan Islam, seandainya mereka mencukupkan diri dengan yang mereka kuasai dan ilmui. Akan tetapi kebanyakan mereka memposisikan dirinya pada kedudukan para ‘ulama. Tidakkah semestinya mereka mengetahui kadar diri-diri mereka?

  1. Para Penulis.

Umat Islam juga telah diuji dengan banyaknya para penulis di masa kita ini yang menulis berbagai tulisan di koran-koran dan majalah-majalah. Mereka menulis berbagai tulisan dan berusaha untuk menanduk gunung-gunung menurut sangkaan mereka. Setiap kali datang suatu kejadian mereka telah mendahului para ‘ulama untuk memberikan komntar, saran pandang, dan solusi permasalahan menurut persangkaan mereka. Sungguh benar apa yang telah disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Sesungguhnya menjelang hari kiamat akan datang tahun-tahun yang penuh dengan tipu daya. Orang yang jujur didustakan dan sebaliknya pendusta dibenarkan beritanya. Orang amanah dianggap pengkhianat, sedangkan pengkhianat dianggap sebagai orang yang amanah. Di masa itu para ruwaibidah berbicara.” Rasulullah ditanya: Apa yang dimaksud ruwaibidah? Beliau menjawab: “Orang-orang rendahan yang berbicara tentang urusan umat.”(HR. Al-Imaam Ahmad dalam Musnadnya.3/220)

 

PASAL 36. Perbedaan antara Ucapan yang Disampaikan untuk Orang-orang Khusus dan yang Disampaikan untuk Keumuman Manusia

Sesungguhnya termasuk di antara perkara yang harus dipahami oleh orang-orang yang yang menegakkan da’wah ilallah adalah perbedaan antara ucapan yang disampaikan untuk orang-orang khusus dan yang disampaikan untuk keumuman manusia. Karena yang dituntut adalah agar manusia diajak berbicara dalam perkara yang mudah dipahami oleh mereka. Oleh karena itu “Ali bin Abi Thalib  Radhiyallahu Anhu berkata:

“Berbicaralah kepada manusia dengan perkara yang mereka mengerti! Apakah kalian ingin agar Allah dan Rasul-Nya didustakan”(HR.Al-Imam Al-Bukhari,1/272,secara mu’allaq(tanpa sanad)

 

PASAL 37. Perbedaan antara Hajr(Boikot) yang Disyari’atkan dengan Hajr yang Dilarang.

Ini merupakan permasalahan yang sangat besar manfaatnya, jika diterapkan sesuai dengan yang semestinya. Sebaliknya akibat-akibatnya sangat berbahaya jika diterapkan tidak di atas patokan-patokan syar’i.

Sedangkan hajr sebatas dzatnya adalah perkara yang disyari’atkan berdasarkan penunjukkan Al-Qur’anul Karim atas perkara tersebut. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka.”(An-Nisa’:140)

“Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).”(Al-An’aam:68)

Dan di antara dalil dari As-Sunah adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Seorang yang berhijrah adalah yang meninggalkan perkara yang Allah larang darinya.”(HR. Al-Imaam Al-Bukhari dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash Radhiyallahu Anhuma)

Al-Hajr terbagi menjadi dua:

  1. Hajr karena hak Allah
  2. Hajr karena hak hamba

Adapun hajr karena hak Allah adalah meninggalkan perkara-perkara yang jelek dan para pelaku kejelekan, sama saja pelakunya sampai pada tingkatan mubtadi’(ahli bid’ah) ataupun hanya sekedar pelaku maksiat.

Sedangkan hajr karena hak hamba, yang demikian itu diijinkan oleh Allah, seperti dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya (se-Islam) di atas tiga malam, di mana keduanya bertemu yang satu berpaling dan yang lainnyapun berpaling.”(Muttafiq ‘alaih)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Hajr(pemboikotan) terkadang bisa menjadi obat bagi orang yang di-hajr jika tidak dipadatkan obat yang selain ini. Dimana penggunaannya tidak boleh melebihi kadar dan tata cara yang telah ditetapkan oleh syariat sehingga justru akan membinasakan orang yang diobati, jika memang yang diinginkan dengan hajr tersebut adalah memperbaikinya bukan membinasakannya.”(Zadul Ma’aad, 3/578)

 

PASAL 38. Perbedaan antara Jidal (perdebatan) yang Disyari’atkan dengan Jidal yang Dilarang

Allah Aza wa Jalla telah berbicara kepada Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Salam dalam firman-Nya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”(An-Nahl:125)

Dan Allahpun telah berbicara kepada kaum mu’minin dalam firman-Nya:

“Dan janganlah kalian berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka.” (Al-‘Ankabuut:46)

Adapun patokan-patokan suatu debat dengan cara yang baik adalah sebagai berikut:

  1. Yang diinginkan oleh orang yang berdebat adalah pembelaan terhadap al-haq(kebenaran), dan memberikan petunjuk kepada orang yang didebati.
  2. Orang yang mendebat harus di atas ilmu dan pemahaman yang benar terhadap ilmu tersebut.
  3. Orang yang mendebat harus berpegang dengan adab-adab syar’i, seperti berakhlak baik, sabar, lembut, dan akhlak terpuji yang lainnya.

Adapun perdebatan yang dilarang adalah kebalikan dari patokan-patokan yang telah disebutkan di atas, di mana hakikatnya adalah perdebatan yang dilakukan atas dasar kezhaliman, permusuhan, kebodohan, kedustaan, cacian, laknat, menang-menangan dan memutuskan kebaikan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Tidaklah suatu kaum menjadi tersesat setelah sebelumnya mereka di atas hidayah kecuali karena mereka senang berdebat.”(HR.Imam At-Tirmidzi dalam Jami;nya)

Perdebatan dengan cara-cara yang menyelisihi syari’at merupakan naluri yang ada pada manusia. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.”(Al-Kahfi:54

Tidak ada yang selamat dari sifat tersebut kecuali yang Allah selamatkan,

 

PASAL 39. Perbedaan antara Khilaf(Perselisihan) yang Dibolehkan dengan Perselisihan yang Dilarang

Perbedaan ini sangat penting untuk dipahami dan dijadikan sebagai pegangan.

Kelompok-kelompok yang dihukumi oleh Ahlus Sunnah yang dulu maupun yang sekarang sebagai kelompok bid’ah dalam agama dan merupakan hizbiyah (pengotak-kotakan umat) merupakan perselisihan yang tercela dikarenakan bertentangan dengan satu prinsip atau lebih di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan kelompok-kelompok tersebut tidak akan kembali kepada sunnah kecuali dengan meninggalkan perkara yang telah mengeluarkan sunnah tersebut dari mereka. Macam-macam perselisihan yang masyhur ada tiga:

  1. Ikhtilaafut Tadhaadh (Perselisihan yang berseberangan dengan nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah)
  2. Ikhtilafut Tanawwu’, dimana jenis ini termasuk bagian dari syari’at (seperti perbedaan bacaan do’a istiftah, do’a ruku’, do’a sujud dan yang semisalnya).
  3. Ikhtilaful Afham (perbedaan yang terjadi dalam pemahaman terhadap nash). Yang demikian dibolehkan dengan dibatasi patokan-patokan syar’, di antaranya:
    1. Orang yang menyelisihi harus berjalan di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah secara ilmu dan amalan.
    2. Tidak muncul darinya penyelisihan yang banyak terhadap perkara yang dipegangi oleh Ahlus Sunnah.
    3. Keharusan baginya merujuk kepada kebenaran jika telah nampak kesalahannya
    4. Dia termasuk ahli ijtihad (mujtahid)

Suatu keharusan bahwa patokan-patokan tersebut dibawah pandangan para ‘ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

 

PASAL 40. Manhaj Nabawi Mengajak untuk Menyelesaikan Perselisihan yang Terjadi di Awal Kemunculannya

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mengajari kita bagaimana cara menutup pintu-pintu perselisihan dan menyelesaikan perselisihan yang terjadi. Di antaranya adalah hadits yang datang dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu Anhuma. Beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda dalam keadaan beliau menahan rasa sakit parah yang menjadi sebab wafatnya:

“Datangkan aku sebuah kitab, yang aku akan tuliskan kitab tertsebut sebagai wasiat untuk kalian, dengan itu kalian tidak akan tersesat sepeninggalku.” Maka para shahabatpun berselisih. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Menyingkirlah kalian dariku. Tidak sepantasnya kalian berselisih di sisiku.”(HR.Al-Imaam Al-Bukhari)

Al-Imaam Al-Bukhari rahimahullah telah meriwayatkan dari Jundab Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Bacalah Al-Qur’an apa yang akan bisa merekatkan hati kalian. Jika kalian berselisih maka tinggalkan perselisihan tersebut.

Jika perselisihan ditinggalkan tanpa upaya pengobatan, maka akan merebak kejelekannya dan akan membesar bahayanya, dan akan masuk pada perselisihan tersebut orang-orang yang tidak pandai menyelesaikan, tidak bisa memperbaiki, bahkan justru merusak.

 

PASAL 41 Cara Munaazharah (Dialog/Debat) yang Benar

Al-Imaam Al-‘Allamah Muhammad bin Ibrahim Al-Wazir Al-Yamani rahimahullah telah berkata memberi jawaban kepada gurunya:

“Dan sungguh As-Sayid- semoga mengokohkan beliau- telah meninggalkan untuk kita kaidah yang agung yang merupakan asas dalam munaazharah serta prinsip dalam muraasalah(surat-menyurat), yaitu:

1.menyebutkan ucapan lawan bicara dengan persis sebagaimana yang diucapkan.

2.kemudian mulai melihat ucapan itu untuk dibantah satu persatu.

Hal ini merupakan perkara yang tidak dilalaikan oleh seorang ahli dirayah pun dalam berbagai disiplin ilmu serta pembahasan tentang hakikat serta ketekunan untuk mempelajari detil-detil kandungannya. Hanyalah terjadi perbedaan madzhab para ahli kritik dalam perkara tersebut. Mereka terbagi dalam dua madzhab:

MADZHAB PERTAMA : Mendatangkan ucapan lawan debat secara persis, dan menghindar dari tuduhan adanya perubahan atau pengurangan. Inilah madzhab yang diridhai di sisi para tokoh cabang-cabang ilmu nazhari dan para imam uslub (pola-pola) perdebatan. Ketahuilah bahwa meninggalkan ucapan lawan debat merupakan kezhaliman yang nampak dan tindakan aniaya yang nyata. Karena sesungguhnya dia berbicara agar ucapannya dibandingkan dengan ucapan lawan bicaranya dalam wadah timbangan pemikiran dan perbandingan dalam medan perdebatan. Karena sesuatu yang sendirian (tanpa pembanding) akan menang dalam timbangan walaupun ringan, dan akan menang dalam medan perlombaan walaupun lemah. Ini semua dilakukan jika lawan bicara memiliki ucapan yang terjaga dan pilihan yang pantas untuk diurai dan dibantah. Maka termasuk bagian dari keadilan adalah menerangkan ucapannya dan membawakan lafazh ucapannya. Adapun jika lawan bicara sama sekali tidak diatas satu madzhab, atau dianggap dia di atas madzhab itu, atau dituduhkan padanya dengan suatu ucapan yang tidak dia katakan, maka yang demikian adalah kezhaliman di atas kezhaliman, dan kegelapan di atas kegelapan.

MADZHAB YANG KEDUA : adalah membawakan pendapat-pendapat lawan bicara secara makna. Dalam madzhab ini terkandung adanya unsur kezhaliman. Karena lawan bicara terkadang telah memilih lafazh dan memperhatikan ungkapan dalam pendalilannya yang dia ridhai untuk menjelaskan maksud ucapannya yang dipilih untuk cara pendalilannya. Sedangkan susunan-susunan pembicaraan demikian p;ula tingkatan-tingkatan bentuk kalimat berbeda-beda. Sementara setiap lafazh memiliki makna sendiri-sendiri, dan susunan kalimat merupakan kendaraan orang-orang yang berdebat. Orang yang bertarung tidak ridhai dengan tombak pendek yang bukan senjatanya. Tidak pula akan ridha orang yang meninggikan bangunan bukan di atas pondasinya. Bersamaan di antara maksud terbesar adanya dialog adalah memutuskan ‘udzur(alasan) kawan.

Dan menukilkan ucapan lawan debat harus diambil dari sumber yang terpercaya di sisi para ‘ulama.

 

 

PASAL 42. Perbedaan antara Nasehat dan Celaan

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Nasehat adalah perbuatan ihsan terhadap yang engkau nasehati dengan menunjukkan sikap sayang, kasihan, dan kecemburuan. Yang demikian merupakan perbuatan kebaikan yang murni..Dan yang menjadi keinginan dari orang yang menasehati adalah mengharap wajah Allah dan ridha-Nya, serta berbuat ihsan kepada makhluk-Nya, sehingga dia akan berusaha bersikap selembut mungkin dalam mencurahkan nasehatnya dan tabah dalam menghadapi gangguan serta celaan orang yang dinasehatinya…

Adapun orang yang mencela adalah seseorang yang tujuannya adalah menghinakan, merendahkan, dan mencela orang yang dia cela dan dia caci dengan gambaran seorang yang menasehati. Dia akan mengatakan : “Wahai pelaku perbuatan ini dan itu!” (sampai pada ucapan beliau):

“Dan di antara perbedaan antara orang yang menasehati dengan orang yang mencela adalah seseorang yang menasehatimu dengan orang yang mencela adalah seseorang yang menasehatimu tidak akan memusuhimu jika kamu tidak menerima nasehatnya …dan akan mendoakanmu ketika tidak dihadapanmu, tidak pula menyebut aib-aibmu, tidak pula membeberkannya. Adapun orang mencela maka kebalikan dari sifat-sifat tersebut.”

Aku katakan: Tidak tersembunyi bagi seorang muslim bahwa asas memperbaiki orang-orang yang diajak bicara adalah nasehat kepada mereka, berdalilkan dengan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Agama ini nasehat.” Kami bertanya: Untuk siapa, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin muslim dan seluruh muslim.” (HR.Al-Imaam Muslim dari hadits Tamim Ad-Dari Radhiyallahu Anhu)

 

PASAL 43. Perbedaan antara Munaafasah(Berlomba-lomba/Bersaing) dan Hasad

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Munaafasah adalah bersegera untuk mendapatkan kesempurnaan yang engkau lihat dari selainmu, kemudian engkau berusaha untuk mendapatkannya sehingga engkau bisa setingkat dengan orang tersebut atau bahkan bisa melampauinya. Yang demikian itu termasuk dari kemuliaan diri, ketinggian cita-cita dan keagungan kedudukan.Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya manusia berlomba-lomba.” (Al-Muthaffifin:26).

“Adapun hasad merupakan akhlak jiwa yang tercela dan rendah, yang tidak ada di dalamnya semangat untuk meraih kebaikan. Sehingga karena kelemahan dan kerendahannya dia akan mendengki terhadap siapa saja yang mendapatkan kebaikan dan pujian, dan dengan sifat itu pula dia akan merasa senang jika orang lain berada dibwahnya.”

Maka terhadap orang-orang yang hasad kepadamu hendaklah engkau lawan kedengkian mereka dengan bertakwa kepada Allah. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”(Ali “Imran:120)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Jagalah (syari’at) Allah, pasti Allah akan menjagamu.”(HR.Al-Imaam At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma)

 

PASAL 44. Perbedaan antara Kemuliaan Diri dan Keangkuhan

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Adapun kemuliaan diri adalah penjagaan diri dari segala sifat yang rendah dan hina serta keserakahan yang akan memutuskan leher orang-orang yang memiliki kedudukan. Dengan sifat tersebut dia akan menyayangi dirinya dari terjerumus ke dalam perkara-perkara yang mencelakakan tadi.

Berbeda halnya dengan seorang yang angkuh. Sesungguhnya keangkuhan ini merupakan akhlak yang terlahir dari salah satu di antara dua perkara, yaitu ‘ujub(kagum) terhadap diri dan sikap meremehkan orang lain. Maka terlahirlah dari dua perkara tadi sikap angkuh.

Adapun sifat yang pertama,(Yaitu menjaga kemuliaan diri) terlahir dari dua sifat yang mulia, yaitu memuliakan diri serta mengagungkan pemiliknya dan tuannya(yaitu Allah).Dengan itu hamba tadi merasa dan hina (dihadapan_Nya).

Pokok dari semua itu adalah kesiapan jiwa dan pertolongan dari pembela dan kekasihnya (yaitu Allah) pada jiwa tersebut. Jika luput darinya kesiapan jiwa dan pertolongan Allah, maka luputlah darinya seluruh kebaikan.’

 

PASAL 45. BENIH- BENIH KEBAIKAN

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Mencari ilmu adalah benih keimanan.Jika keimanan bertemu dengan pencarian ilmu tadi maka akan membuahkan amalan shalih.

Berbaik sangka kepada Allah adalah benih perasaan butuh kepada-Nya.Jika keduanya bertemu akan membuahkan terkabulnya doa.

Rasa takut adalah benih kecintaan. Jika keduanya bertemu akan mewariskan kepemimpinan dalam agama. Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(As-Sajdah:24)

Benarnya sikap mencontoh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merupakan benih keikhlasan. Jika keduanya bertemu akan membuahkan diterima dan diperhitungkannya amalan.

Amal adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka akan terwujud kemenangan dan kebahagiaan. Jika terpisah satu dengan yang lainnya tidak akan memberi manfaat apa-apa.

Kelembutan adalah benih ilmu.Jika keduanya bertemu maka pemiliknya akan meraih kebaikan dunia dan akhirat, dan akan terwujud pemanfaatan ilmu dari orang ‘alim. Jika salah satu terpisah dari yang lainnya maka akan hilang manfaat dan pemanfaatan ilmu tersebut.

Kesungguhan adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka pemiliknya akan meraih kebaikan dunia dan akhirat, dan akan mendapat puncak tertinggi darin aetiap posisi yang mulia. Maka tertinggalnya seseorang dari kesempurnaan-kesempurnaan tadi bisa jadi karena tidak adanya ilmu, bisa jadi pula karena tidak adanya kesungguhan.

Niat yang baik merupakan benih sehatnya akal. Jika tidak ada niat yang baik maka hilang seluruh kebaikan. Jika keduanya ( niat yang baik dan akal yang sehat) bertemu maka akan diraih kemenangan dan bagian yang banyak. Jika tidak ada maka yang didapatkan adalah kehinaan dan kerugian.

Jika didapati suatu kecerdasan tanpa adanya keberanian, maka hal itu msrupakan sifat penakut dan kelemahan.Jika ada keberanian tanpa didukung dengan kecerdasan maka yang ada kekacauan dan kerusakan

Kesabaran adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka seluruh kebaikan pada pertemuan keduanya

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

“Jika engkau ingin melihat orang yang berilmu tetapi tidak punya kesabaran maka lihatlah dia. Dan jika engkau ingin melihat orang sabar tetapi tidak punya ilmu maka lihatlah dia. Dan jika engkau melihat orang yang sabar dan berilmu,itulah orang yang berbahagia.”

Nasehat adalah benih bagi akal.Semakin kuat nasehat maka akal semakin kuat dan bercahaya.

Mengingat dan berfikir keduanya merupakan benih bagi yang lainnya. Jika keduanya bertemu maka akan melahirkan sikap zuhud terhadap dunia dan kecibtaan kepada akhirat.

Ketakwaan adalah benih tawakkal. Jika keduanya bertemu maka hati akan istiqaamah.

Mengambil (memanfaatkan) karunia adalah persiapan untuk bertemu dengan istana yang diangankan. Jika keduanya bertemu maka seluruh kebaikan pada pertemuan keduanya, serta kejelekan pada perpisahan keduanya.

Benih dari ketinggian cita-cita adalah niat yang benar. Jika keduanya bertemu seorang hamba akan mencapai puncak keinginannya.

 

PASAL 46. Perkataan Guru Kami Al-‘Allamah Al-Muhaddits Abu ‘Abdirrahman Al-Waadi’i Seputar Obat Perselisihan

Beliau rahimahullah berkata : Sesungguhnya perselisihan yang muncul di antara Ahlus Sunnah akan hilang –dengan ijin Allah – dengan ditempuh beberapa perkara berikut, di antaranya :

  1. Berhukum kepada Al-Kitab dan As-Sunnah

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah perselisihan kalian kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(An-Nisaa’:59)

“Tentang sesuatu apapun yang kalian perselisihkan maka putusannya (terserah) kepada Allah.”(Asy-Syuuraa :10)

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (para’ulama) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian)”(An-Nisaa’:83)

  1. Bertanya kepada para ‘Ulama Ahlus Sunnah

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (para ‘ulama) jika kalian tidak mengetahui.”(An-Nahl:43)

Akan tetapi sebagian penuntut ilmu merasa ridha dan mencukupkan diri dengan ilmu yang dia miliki, yang dengan ilmunya itu dia mendebati setiap orang yang menyelisihinya. Inilah di antara sebab-sebab perpecahan dan perselisihan.

Dari Abu Umamah Radhiyallahu Anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Tidaklah suatu kaum menjadi tersesat setelah sebelumnya mereka di atas hidayah kecuali karena mereka senang berdebat.”(HR. Al-Imaam At-Tirmidzi dalam Jami’nya)

Kemudian beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca ayat:

“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.”(Az-Zukhruf:58)

  1. Menghadapkan diri kepada ilmu
  2. Memperhatikan perselisihan yang terjadi di antara para shahabat Radhiyallahu Anhum dan generasi setelah mereka dari kalangan para ‘ulama yang terkemuka

Allah Aza wa Jalla berfirman:

“Dan janganl;ah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.”(Al-Israa’:36)

  1. Memperhatikan kondisi masyarakat Islam dan berbagai bahaya yang mengepung mereka, serta kebodohan mereka terhadap kondisi mereka tersebut.

Jika engkau melihat kenyataan maqsyarakat Islam yang demikian, niscaya engkau akan disibukkan dari perselisihan paham dengan saudaramu dan engkau akan mendahulukan perkara yang terpenting kemudian kepada perkara penting berikutnya. Karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mengutus Mu’adz Radhiyallahu Anhu ke negeri Yaman beliau bersabda kepadanya:

“Pertama kali yang engkau da’wahkan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, dan bahwa       Muhammad adalah utusan Allah.”(Muttafaq ‘alaih dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma)

==============================================190612===============

 

NASIHAT-NASIHAT PROF.DR. RAZZAQ

(NASIHAT-NASIHAT  PROF.DR. RAZZAQ)

(MELALUI RADIO ROJA,756 AM)

 

  1. WASIAT PENUTUP RASULULLAH SHALLALLAHU  ALAIHI WA SALLAM

 

“Hendaklah engkau mengambil pertolongan di pagi hari dan sore hari dan diwaktu malam  hari.” (Diriwayatkan……).

Sebab orang bisa menempuh safar di dunia, juga safar  ukhrowi: yaitu menyibukkan diri  di tiga waktu untuk ibadah kepada Allah (di pagi hari, di sore hari  dan diwaktu malam hari), maka dia akan mendapatkan  kebahagiaan  dan ketenangan  ditambah mendapatkan kebutuhan dan kebahagiaan dunianya.

Hadits  ini mencakup kaidah-kaidah penting  dalam agama ini.

1.Kemudahan( secara  umum) agama ini.

2.Kesulitan yang timbul akan mendatangkan kemudahan.

3.Kerjakan perintah semampu kalian, mendekati  tujuan dan ketentuan yang ditetapkan.

4.Syariat mendorong untuk beramal shalih.

5.Bagaimana jalan menuju Allah (dengan menggunakan tiga waktu untuk  ibadah).

Jangan berlebih-lebihan dalam agama (jangan Ghuluw!), akan tetapi hendaklah ,

  1. Beribadah agar Tepat  sasaran (Pas sesuai  Sunnah!), dan selalu berusaha untuk  mendekati  hingga sesuai Sunnah.
  2. “Mudahkan dan jangan dipersulit. Gembirakan dan jangan mempersulit.
  3. Mintalah sifat ketergantungan kepada Allah. Apalagi dizaman fitnah sekarang ini :”Agar tetap dijalan yang lurus.

Tanya jawab :

1.Prioritas dalam beragama.

1.1. Yang Wajib lebih didahulukan daripada yang Sunnah.

1.2. Jauhkan sikap ghurur (terpedaya).

1.3. Jangan menganggap enteng Tauhid :seluruh perkara lain masih dibawah Tauhid.

2. Harapan terlepas dari gangguan manusia :Sulit!

2.1. Oleh karena orang-orang mengejek  selalu ada. Kita harus sabar.

2.2. Orang-orang  yang berbuat maksiat  selalu mengejek orang-orang  yang beriman.

2.2.1. Tetaplah berpegang dan menjalankan Sunnah.

2.2.2. Jauhilah mereka , berpalinglah dari orang-orang bodoh.

3. Di samping  menjalankan Sunnah,juga harus siap menasihati. Jika tak berdakwah, maka kita harus tidak mau di da’wah. Tidak mengkafirkan/menghajr  orang lain.

4. Sibuklah menuntut ilmu.

4.1. Contohlah Arbain Nawawi.

4.2.Pentingkan yang wajib-wajib. Jauhkan pembicaraan tentang Firqah-firqah.[040211]

 

  1. B.      FITNAH

 

Hadits riwayat Abu Daud:

“Sesungguhnya orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang terjauhkan  dari  fitnah  (3 kali).

                Hadits  riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah,

“Akan muncul fitnah –fitnah; orang yang duduk, lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berjalan cepat. Orang yang menjauhkan diri dari fitnah lebih baik dari daripada orang yang berusaha mengetahuinya.”

                Hadits riwayat Muslim,

“Berlindung kepada Allah daripada fitnah-fitnah yang nampak mapun fitnah yang tersembunyi  dengan bertaqwa kepada Allah.”

                Pertama kali muncul fitnah , banyak orang yang ragu ,tak tahu itu fitnah,fitnah membuat orang buta dan tuli. Yang penting,bila ada fitnah,ber-Taqwalah !

Harus memandang apa yang menjadi dampak fitnah.Harus hati-hati dalam melangkah, agar tidak akan timbul mudharat.(Q.s.Ath-Thalaq:2-3-4).

Lihat dampak, baru bertindak; jangan terburu-buru bertindak.Bertindaklah dengan berdasar ilmu . ketenangan, kembali ke Allah, diskusi dengan para ulama, berdoa kepada Allah untuk mmperoleh taufiq dan hidayah. Fitnah akan menyibukkan, melupakan ibadah, doa dan dzikir.

Dampak Fitnah :

  • 1. Terjauhkan dari ilmu : tetaplah belajar.
  • 2. Bila ujian : sabarlah!
  • 3.Muncul orang-orang bodoh (yang tak paham fikih dan hukum Islam) yang mengatur masyarakat,hingga menimbulkan kerusakan-kerusakan.Seperti  Ibnu Taimyiah yang terbunuh di penjara.Atau seperti kasus Imam Ahmad melawan fitnah “Al-Qur’an adalah makhuk” Imam Ahmad mengatakan : “Allah akan menolong agama ini! Jangan menumpahkan darah ! Islam Perkasa dan Terjaga.
  • 4.Tidak jelasnya banyak perkara.Kabur dan rancu antara kebenaran dan kebatilan .Barang siapa berperang dibawa bendera tak jelas(fanatik,dan lain-lain),kemudian meninggal ,maka  matinya,mati jahiliyah.Atau seperti perumpamaan dari Sa’ad bin Abu Waqqash  (salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga),”Sesungguhnya kondisi manusia yang terjerumus kepada fitnah, seperti orang di padang pasir,datang angin membawa debu,akan tetapi  sebagian mereka terus berjalan dan tersesat.Sedangkan yang lain diam saja,sampai angin debu selesai,lalu bergerak ,mereka selamat.
  • 5. Orang yang berbahagia adalah orang yang terjauh dari fitnah.’
  • 6.Dampak negatip fitnah :timbul keberanian untuk membunuh orang lain sesama muslim. Hadits riwayat At-Tirmidzi,Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Lenyapnya  dunia lebih ringan daripada terbunuhnya seorang kaum muslimin.”

  • 7. Rusaknya stabilitas keamanan, banyak kegoncangan, darah tertumpah, harta dirampas, bangunan hancur, perempuan diperkosa,dan laian-lain.Darah dan kehormatan seorang muslim haram ditumpahkan.(07o211).

 

C.KONDISI – KONDISI  HATI  (MENGOBATI PENYAKIT-PENYAKIT HATI)

Hati adalah Raja :karena itu Perhatikan Hati.Dan perbaikilah hati.

Tujuan penciptaan Hati : Mentauhidkan Allah,yaitu mengikhlaskan agama hanya untuk Allah.

Dua model Hati :

  1. 1.       Hati yang sibuk dengan Hak Allah, bagaimana mengagungkan Allah.Senang meraih dan melaksanakan kebenaran dan berpaling dari segala kebatilan.
  2. 2.       Hati yang mencari kebatilan .Cenderung kepada kebatilan dan berpaling dari kebenaran.

Obat untuk menghilangkan kebatilan di dalam hati (kesedihan, stress, banyak pikiran, gundah-gulana),dengan cara kembali kepada kebaikan yang murni. Kembali ke Tauhid dan Ikhlas lillahi.

Doa untuk kesedihan yang mendalam

1.”Tiada Tuhan (yang Haq) selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Pengampun.Tiada Tuhan (yang Haq) selain Allah, Tuhan yang menguasai ‘Arsy yang agung.Tiada Tuhan (yang Haq) selain Allah, Tuhan yang menguasai langit dan bumi .Tuhan yang menguasai ‘Arsy yang mulia.”

2.”Ya Allah, rahmat-Mulah yang aku harapkan. Oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dari-Mu).Perbaikilah seluruh urusanku , tiada Tuhan (yang Haq) selain Engkau.”

3. “Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau,Maha Suci Engkau.Sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang zhalim.”

 

4. “Allah, Allah adalah Tuhanku.Aku tidak menyekutukan –Nya dengan sesuatu.

Jika kebatilan menyerang kebenaran (Bid’ah), obatnya belajar agama yang benar.

Tanya Jawab :

  1. a.       Tidak khusyu’ di dalam shalat,banyak pikiran-pikiran .

Jawab : -Berusahalah sungguh-sungguh untuk khusyu’ dalam rangka menuju kepada Allah.

               -Berdoa : minta agar bisa khusyu’

               -Bersegera sholat.Thuma’ninah dalam sholat .

               -Mengerti yang dibaca.

* Sudah berdoa :tetap tidak bisa khusyu’

Jawab : Jangan putus asa, senantiasa berharap kepada Allah, Insya Allah,diberi                                jalan  keluar , yang tak disangka-sangka.

               Terus berdoa dan taubat.

  1. b.      Menghadapi  Fitnah.

Jawab : – memperkuat  taqwa dan memperkuat ibadah.

-berdoa :agar dijauhkan dari fitnah,berlindung kepada  Allah dari fitnah dan memperkuat keimanan.  (060211).

D. BAGAIMANA IMAN MENGGERAKKAN HIDUP  MENUJU KEBAIKAN-KEBAIKAN, KEUTAMAAN-KEUTAMAAN  DAN KEBERKAHAN-KEBERKAHAN

Hadits riwayat Muslim, Sabda Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam ,

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, jika ia mendapatkan kesenangan , ia bersyukur  dan jika ia mendapatkan kesulitan , ia bersabar.”

Hati seorang mukmin senantiasa kokoh berjalan menuju Allah dengan penuh pengharapan (semua urusannya diserahkan kepada Allah).

Mendapat kesenangan : Keimanannya mendorong untuk ingat bahwa kenikmatan tersebut berasal dari Allah, maka ia memuji Allah, dan menggunakan kenikmatan tersebut untuk taat kepada Allah dan beribadah kepada Allah.

Ditimpa musibah, imannya mengingatkan bahwa semua musibah telah ditakdirkan Allah, maka ia ridha dengan keputusan Allah dan berharap agar Allah menghilangkan musibah tersebut, memberikan jalan keluar dan diberi pahala.

Mu’min yang taat melaksanakan ibadah :imannya mengingatkan dia, bahwa dia bisa beribadah, oleh karena kehendak Allah (rahmat Allah). Ibadah dan ketaatan  tersebut oleh karena Hidayah dari Allah, maka dia memuji Allah, dan  berdoa untuk Istiqomah  di jalan Allah.

Seorang mu’min yang terjerumus kedalam kesalahan-kesalahan(maksiat), maka imannya mengarahkan agar segera kembali dengan kebaikan-kebaikan yang banyak untuk menghapus kesalahan-kesalahannya.

Dalam kondisi tenang dan aman, imannya menunjukkan bahwa keamanan dan ketenangan tersebut  adalah kurnla Allah, dia memuji Allah dan meminta tambahan kurnia.

Dalam kondisi takut dan bimbang, imannya mengarahkan untuk kembali kepada Allah; melaporkan  kepada Allah agar rasa khawatir dan takutnya hilang, diganti ketenangan dan  thuma’ninah .

Tantangan akan menambah keimanan.Sering-sering membaca:” Hasbunallahi wa ni’mal wakil.” Allah akan memberi karunia berupa Ketenangan!  Menghadapi musuh atau orang yang memusuhi kita : Jangan takut kepada mereka, tapi takutlah  kepada Allah.

 Berpindah dari satu kebaikan ke kebaikan yang lain dan dari satu keutamaan ke keutamaan yang lain , dengan keimanannya akan mengantarkannya ke surga dan melihat wajah Allah.Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh keni’matan.”(Yunus :9).

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal.”(Al-Ankabut:58).

Tiga syarat Doa Istikharo:

  1. 1.       Taqdirkanlah  untukku             :  Taqdirhuli
  2. 2.       Mudahkanlah untukku             :   Yasirhuli
  3. 3.       Berkahilah        untukku             :  Wabariqli  fiih

               ========================================================130211=============

 

E .DUNIA  ADALAH  UJIAN

     Allah Ta’ala berfirman,

     Qur’an Surat Al-Anbiyya’:35 ,

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).Dan hanya kepada Kamilah  kamu dikembalikan.”

Dunia adalah medan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keburukan  dan kebaikan, berupa Kelapangan dan Kesempitan, Sehat dan Sakit, Tawa dan Tangis.

Hadits riwayat Ahmad, dari Anas bin Malik,Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tidaklah menimpa sesuatu musibah bagi seorang Mu’min kecuali pasti kebaikan baginya.”

Segala keputusan Allah bagi seorang Mu’min seluruhnya adalah merupakan kebaikan baginya. Bersyukur atas ni’mat dan bersabar atas ujian adalah ibadah.  (200211).

F.   R A H M A T

 

Hadits:

“Hendaknya kalian merahmati makhluk-makhluk yang ada dibumi, maka Zat yang di langit  akan merahmati kalian.”

Hadits:

                “Barangsiapa yang tidak merahmati, maka dia tidak dirahmati.”

 

Riwayat pertama: Ada seorang laki-laki yang sangat haus,mendapatkan sebuah sumur ,lalu meminum airnya; kemudian saat keluar dari sumur, ada seekor anjing yang menjilat-jilat tanah (sangat kehausan) ; maka laki-laki itu turun kembali kesumur, memenuhi sepatunya dengan air dan memberi anjing minum. Maka Allah membalas jasanya ,mengampuni dosa-dosa orang tersebut.

Riwayat kedua : Tentang seorang wanita pezinah yang diampuni dosanya.

Riwayat ketiga: Tentang  seorang wanita yang menahan seekor kucing  yang tak diberi makan dan matilah kucing itu. Ia mendapatkan dosa.

Riwayat keempat : Tentang seekor burung yang meminta bantuan Rasulullah,karena ada yang mengambil telur burung tersebut.

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam :

                “Barang siapa memiliki rasa rahmat,Allah akan merahmatinya dihari kiamat.”

Riwayat kelima : Tentang seorang tua naik onta di padang pasir,membawa sedikit air; dia kasihan kepada seekor anjing ,lalu membuat lobang kecil ditanah,kemudian meletakkan bajunya di atas lubang tersebut. Lalu anjing menjilat air tersebut ,sehingga seluruh airnya habis.Kemudian datang awan,turunlah hujan , semua minum .

Riwayat keenam : Tentang seorang pemuda peminum khamr.Pada waktu subuh , keluar membeli makanan , bertemu seekor anjing kecil, dan diberi minum/makan, hingga hilang rasa untuk minum khamr. Akhirnya pemuda tersebut rajin beribadat, gara-gara seekor anjing kecil.

==============================================================210211======

 

G. B A H A Y A    H A S A D

 

Kebaikan hati berimbas pada kebaikan seluruh anggota badan.Memperbaiki hati  berarti memperbaiki lahir dan batin.

Periksalah hati !  Akhlaq yang baik :tetap dijaga.Akhlaq yang buruk : perbaiki.

Hasad (Dengki) : Perangai buruk yang merusak umat. Berhati-hatilah!

Bacalah  “Qul  a’udzu birabbil Falaq……..

Hasad : Sifat Iblis yang dengki kepada Adam Alaihis Sallam. Hasad hanya dimiliki orang-orang yang buruk (Yahudi).Yahudi menginginkan orang Islam kembali kufur (agar ni’mat Allah, hilang dari orang Islam).

Doa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam : “……..Wa laa tahasadu……..”

Orang yang hasad, seperti ular berbisa (Tidak ridho dengan ketetapan Allah,tidak ridho dengan ni’mat Allah kepada seseorang).

Orang yang hasad hatinya penuh kebencian pada orang yang dihasadi. Hasad menghasilkan pembunuhan dan jenis-jenis kejahatan lainnya (Qabil membunuh Habil).

Orang yang hasad , lalai akan ni’mat Allah (tidak bersyukur) . Penyakit Hasadmenyebabkankemudharatan bagi orang yang hasad dan bagi masyarakat Islam dan menimbulkan permusuhan, kedengkian di antara masyarakat, masyarakat pecah belah.Tak ada faedah dan manfaat hasad.

Jangan hasad atas ni’mat yang ada pada orang lain.Setiap orang mempunyai bagian masing-masing dari karunia Allah .Wajib kita bersyukur dan meminta tambahan kurnia.

Perhatikan akibat negatip dari hasad:

–          Membenci  kenikmatan yang ada  pada orang lain.

–          Berangan-angan  agar keni’atan tersebut hilang,

–          Berusaha untuk menghilangkan keni’matan tersebut.

Hasad kepada orang kafir :

–          Pemberian kepada seorang mu’min adalah ni’mat Allah.

–          Ni’mat Islam jauh lebih baik daripada harta orang kafir (yang mungkin merupakan istijraj)

===========================================================270211=======

 

H.  WASIAT  RASULULLAH

 

Hadits riwayat Ahmad , dari Abu Ayyub, bahwa datang seseorang berkata kepada Rasulullah Shallallahui Alaihi wa Sallam, “Wahai Rasulullah berikan nasihat kepadaku dan ringkaskan.Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

  1. 1.       Jika engkau hendak shalat , maka shalatlah seperti seseorang yang hendak berpisah (dari dunia),
  2. 2.       Janganlah berbicara dengan sebuah perkataan  yang akan menjadi  ‘uzur bagimu besoknya.
  3. 3.       Hendaklah engkau bertekad untuk tidak berharap apa-apa yang ditangan manusia.

Pertama , Segera memenuhi segala hajat (seluruh yang dia perlukan), karena ia segera akan meninggalkan tempat itu (dibandingkan dengan orang ingin menetap).

= dia menyempurnakan shalatnya, melaksanakan  shalat sebaik mungkin(melaksanakan ihsan), jangan ada rasa malas ! Ini semua akan menghalangi seseorang dari perbuatan yang buruk, dan menjadikan dia berakhlaq yang baik.

Kedua, Menjaga lisan, berhati-hati dalam berucap .Kunci kebaikan: jagalah lidah ! (Nasihat Rasul kepada Mu’adz bin Jabal: “Faqul khairan au liyasmut !)

Tiga kondisi Ucapan: 1.Benar-benar bermanfaat, 2.Mengandung mudharat,3. Ragu-ragu (baik/buruk) , hendaknya direnungkan sebelum diucapkan !

Hadits-hadits mengenai wajibnya menjaga lisan,

“Setiap pagi seluruh anggota tubuh mengadu kepada lisan: ‘Kalau engkau baik , baiklah kami seluruhnya. Kalau engkau jelek, jeleklah kami seluruhnya.”

Hasan Al-Basri berkata : “Lisan adalah pemimpin seluruh tubuh.”

Ketiga: Hendaknya engkau berputus asa berharap dari apa yang ada di tangan manusia. Tidak bergantung kecuali hanya kepada Allah! Hanya tamak pada apa yang disisi Allah! Hanya meminta kepada Allah!

  • Semakin bergantung kepada manusia , semakin hina kedudukannya
  • Semakin bergantung kepada Allah,semakin mendapat kedudukan yang tinggi.

=======================================================================280211=

 

I.KEUTAMAAN BERSYUKUR

 

Perintah Allah untuk bersyukur. Firman Allah Ta’ala,

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah  (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”(Ibrahim:7).

Mengapa Allah menyiksa kalian, kalau kalian bersyukur. Orang yang bersyukur, berhak dipilih Allah, ditambah karunia dan keni’matan-Nya.Jika tak ada tambahan kurnia,maka bersyukurlah untuk ditambah kurnia.

Yang bersyukur sangat dicintai Allah, yang kufur sangat dibenci Allah.Hanya sedikit dari hamba-hamba Allah yang bersyukur.Iblis ingin agar manusia tidak bersyukur kepada Allah.

Keutamaan bersyukur:

                1.Bersyukur dengan hati,pendengaran dan penglihatan

                2.Diberi keni’matan bersyukur,ditambah kurnia dan keni’matan untunya.

3.Orang yang bersyukur, diistimewakan Allah,dekat dengan Allah,dipuji Allah( Nabi Nuh,Ibrahim,Musa,dan lain-lain).Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sampai bengkak kedua kakinya karena shalat tahajud,sebagai pernyataan hamba yang bersyukur.

Syukur dibangun di atas lima perkara :

                1.Tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,

                2.Cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

                3.Yakin bahwa ni’mat-ni’mat itu dari Allah.

                4.Memuji Allah bahwa seluruh ni’mat dari Allah.

5.Menggunakan keni’matan –keni’matan untuk hal-hal yang disenangi Allah dan bertaqwa kepada Allah.

Cara-cara bersyukur:

                Dua mata : kebaikan :takut kepada Allah,keburukan :tutup/jangan dicontoh.

                Dua telinga: kebaikan :simpan dalam hati,keburukan:buang,jangan simpan dalam hati.

                Dua tangan: jangan mengambil yang bukan hak,jangan mengurangi hak-hak Allah.

                Perut: hendaknya bagian bawah diisi makanan,bagian atas diisi dengan ilmu.

                Kemaluan : menjaga kemaluan, kecuali untuk istri.

                Dua kaki : beramal yang baik, tidak beramal yang jelek.

                Bersyulur lisan: Harus diikuti dengan syukur anggota tubuh yang lainnya.

Bersyukur mengikat keni’matan yang ada,dan ditambah ni’mat yang lainnya.Pintu syukur banyak.(Laa ta’suhah)

===============================================================060311============

 

J. KEUTAMAAN  ISTIGHFAR

 

Perbanyak Istighfar, bermanfaat  untuk :

  • Menarik kebaikan di dunia dan akhirat.
  • Menarik berkah.
  • Hilangnya kesulitan,hilangnya bencana.
  • Mningkatkan derajat hamba.
  • Diampuni dari berbagai dosa .

Contoh lafazh Istighfar:

  • Astaghfirullah wa atubu ilaihi
  • Rabbighfirli,warhamni,………dan seterusnya

Waktu Istighfar:

  • Akhir shalat
  • Sepertiga malam terakhir
  • Dan waktu lainnya.
  • Saidul Istighfar : pagi ,sore.

Hasanul  Bashri (Ulama Tabi’in) , ketika ditanya tentang kebun yang kering,tentang kemiskinan dan tentang seseorang yang belum punya anak, maka jawabannya adalah perbanyak Istighfar.

===================================================================070311======

 

K.  N I K M A T    A L L A H

 

Sesungguhnya Allah telah menempatkan  kalian di muka bumi dan diberi mata pencaharian ; akan tetapi sedikit kamu yang bersyukur!

Allah Maha Pemberi Rezki Yang Halal. Kemudian kepada Allah , kalian akan dikembalikan dan dimintai pertanggungan jawab.Mengenai harta : dari mana didapatkan dan kemana dihabiskan. Siapkan jawaban atas pertanyan Allah dengan benar.

Allah telah menjelaskan yang halal dan yang haram (Hadits Nu’man bin Basyir).Jauhkan diri dari yang syubhat(rancu), yang akan mengarah ke haram.

Contoh : Sahabat Abubakar Radhiyallahu Anhu yang memuntahkan makanan pemberian budaknya, yang berasal upah sebagai dukun.(Hadits riwayat Al-Bukhari dari Aisyah Radhjyallahu Anhu).

=============================================================130311=============

 

L.            A  M  A  N  A  H

 

Tunaikan Amanah!  Ada tiga macam Amanah.

  • Jangan berkhianat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
  • Jangan berkhianat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
  • Jangan berkhianat kepada Amanah kalian.

Amanah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Kullukum ra’in !

Amanah kalian :Tunaikan  hak-hak orang lain,

  • Hak  orang tua                                        *        Hak  sesama mu’min
  • Hak  anak-anak                                       *   Hak  pedagang
  • Hak  tetangga                                          *   Hak  pekerja/pegawai.
  • Hak  guru/murid   

Jangan berkhianat kepada orang yang berkhianat kepada kita!

Tauhid : Amanah.                          Syirik : Khianat kepada Allah

Cinta  Rasul : Amanah                   Taat kepada Rasul :Amanah .

=================================================================140311===========

 

M .  K E U T A M A A N    S A B A R   

 

Sabar mempunyai kedudukan mulia dalam agama ini. Sesungguhnya kesabaran adalah timbul dari Iman  dan ketundukan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tiada keimanan tanpa sabar.Banyak buah akibat kesabaran(barokah,dan lain-lain).Allah mencintai orang-orang sabar. Allah bersama dengan orang-orang yang sabar. Firman Allah Ta’ala,

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan , kelaparan, kekurangan  harta, jiwa dan buah-buahan.Dan berikanlah  berita gembira kepada orang – orang yang sabar.”

“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah , mereka mengucapkan  “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.”

“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(A l-Baqarah:155-157).

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”(Ali Imran :200).

Hadits riwayat Al- Bukhari dan Muslim,sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Tiadalah seseorang dari kamu diberi Allah suatu pemberian yang lebih besar daripada sabar

Kesabaran merupakan cahaya bagi orang yang bersabar dalam kehidupan di dunia hingga mampu mengatasi segala kesuitan dan ganjaran di akhirat. Seorang muslim sangat butuh dengan sifat sabar dan untuk melaksanakan ketaatan dengan baik dan menghadapi kehidupannya.Dengan kesabaran hidup menjadi lapang !

Tiga macam sabar :

  • 1.Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
  • 2.Sabar dalam menjauhkan diri dari maksiat.
  • 3.Sabar dalam menghadapi ketetapan Allah/takdir Allah.

Sabar  adalah akhlaq yang mulia dan terpuji,

                *merupakan kekuatan dalam jiwa, kekuatan menahan diri dari kemarahan/keburukan

                *membawa kenikmatan (ketenangan) dan keindahan dalam kehidupannya.

 

 

Faedah sabar :

  1. 1.       Pengendalian diri (mengatur diri) untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
  2. 2.       Tidak terburu-buru dalam segala pekerjaan (perkara).Mengatasi masalah dengan tenang dan kepala dingin.
  3. 3.       Menahan diri dari amarah.
  4. 4.       Lebih mudah menghadapi hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran.
  5. 5.       Menjauhkan diri  tamak  dari harta orang lain.
  6. 6.       Dimudahkan Allah dalam menghadapi hal-hal yang berat.
  7. 7.       Menumbuhkan buah manisnya sabar dalam hati.

=================================================================210311=====

 

N.   B  A  L  A  S  A  N    A  M  A  L

 

Kebaikan dibalas sesuai kebaikan yang dilakukan.Keburukan dibalas sesuai keburukan yang dilakukan.Balasan sesuai dengan perbuatan.

  • Allah Maha Dermawan  ,  mencintai kedermawanan.
  • Allah Maha mulia            ,  mencintai kemuliaan.
  • Hamba yang merendah  ,  Allah meninggikannya.
  • Hamba yang pemaaf       ,  Allah memaafkannya.
  • Orang yang sombong       ,maka Allah merendahkannya.
  • Yang merendahkan orang lain, maka Allah merendahkannya di dunia da akhirat.
  • Orang yang membantu kesulitan orang lain, maka Allah mudahkan dia mengatasi kesulitan di dunia.
  • Orang yang menuntut ilmu, dimudahkan ke surga.
  • Orang yang sering kemesjid , maka Allah mudahkan baginya surga.
  • Yang mendekat ke Allah, Allah akan lebih dekat lagi.
  • Yang memberi minum, Allah memberinya minum.
  • Yang memberi pakaian, Allah memberi pakaian surga.
  • Yang mencari kesalahan orang, Allah akan membongkar aibnya dan menampakkan aibnya.
  • Orang yang menjaga diri (tidak minta-minta), Allah menjaga dia dan tidak membutuhkan orang lain.
  • Orang yang berhutang berniat membayar, Allah membantu untuk membayar.
  • Barangsiapa yang cita-citanya akhirat, dimudahkan ke akhirat.

Dalam segala perkara ,balasan sesuai amal hamba.Harus ingat, kehidupan sekarang ini hanya sementara,Banyak beramal kebaikan , kebaikan di akhirat.Banyak beramai keburukan , keburukan di akhirat. Hal jaza’al ikhsan illal ikhsan!

Bertaqwalah! Berusahalah!  Bersemangatlah !  Bersegeralah ! melakukan amal-amal saleh sebelum maut menjemput kita.Kita harus bersandar kepada Allah diseluruh waktu kita.

========================================================240311=====================

 

 

 

O .        I   S   T   I   Q O   M   A   H

 

Istiqomah  = Berjalan lurus di jalan Allah Ta’ala dalam beramal dan berucap.

Ganjaran yang besar bagi orang yang Istiqomah,berasal dari Istiqomah dalam hati kita dan senantiasa merasa diawasi Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka seluruh anggota tubuh pun Istiqomah.

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging . Bila segumpal daging itu baik, baiklah seluruh tubuh, dan bila segumpal daging itu rusak, rusak pula seluruh tubuh.”

Istiqomah lisan kita, maka seluruh anggota tubuh akan lurus pula.Berusahalah sungguh-sungguh untuk Istiqomah dan menjaga Istiqomah sebaik-baiknya.Menjauhkan segala hal yang akan memalingkan kita dari Istiqomah!

Penyimpangan dari jalan Istiqomah,

  • Sikap berlebih-lebihan dalam agama
  • Sikap meremehkan Istiqomah dalam agama.

Wajib untuk berusaha bersungguh-sungguh Istiqomah dalam ibadah kepada Allah dengan penuh hati-hati  (agar terjauh dari berlebih-lebihan  atau meremehkan)

Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam,

“Hati-hatilah  kalian dari sikap berlebih-lebihan , yang telah membinasakan umat-umat terdahulu.”

 Tiga perkara penting dalam Istiqomah,

                1.Perhatian terhadap doa dan sungguh-sungguh meminta kepada Allah.Istiqomah ditangan Allah, “Yaa muqallibal qulub, sabits qalbi ‘ala diinika !

                2.Pentingnya mengenal Allah dan Nama-nama Allah, agar terjauhkan dari maksiat.

                3.Mengerti tentang Syariat Islam dan bersungguh-sungguh memaksa jiwa untuk taat kepada Allah.

Istiqomah dengan kalimat Tauhid : “Luruskanlah niatku, ya Allah !”

==========================================================270311=================

 

P.      A  D  A  B      B  E  R  D  O  A

 

                “Ya Allah, jadikanlah amal-amal kami amal yang ikhlas !

Berdoa adalah amal yang sangat agung, yang paling mulia. Addu’a u huwal ibadah.

Mintalah Hidayah kepada Allah, diberi petunjuk.

Mintalah Makan  kepada Allah , dberi makan

Mintalah Pakaian kepada Allah, diberi pakaian.

Setiap hamba harus merasa fakir (butuh) kepada Allah. Dikisahkan seorang hamba yang butuh duit(harta), disarankan pergi ke mesjid. Didalamnya ada orang kaya yang bisa membantu dia ; dia melihat orang kaya itu berdoa mminta kepada Allah,maka ia berkata: Saya akan minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hadits riwayat Ahmad :

“Tiada suatu ibadah yang lebih mulia daripada doa.Allah murka kepada seseorang yang  tidak berdoa.”

Orang yang paling lemah, orang yang tak mampu berdoa! Karena doa tak membutuhkan apa-apa. Orang  yang tenggelam dilaut, bergantung di sebuah kayu, berdoa: “Ya Rabb, Ya Rabb.”

Ayat Al-Qur’an : “Ud’uni, astajib lakum.” (Doa pasti dikabulkan Allah).

Sebab-sebab doa tak dikabulkan,

                *Tidak memenuhi syarat terkabulnya doa.

                *Tidak memperhatikan adab-adab diterimanya doa.

                *Doa adalah Ibadah : Tidak boleh berdoa kecuali kepada  Allah dengan Ikhlas.

                *Ayat Al-Quran : Larangan berdoa kepada selain Allah.

*Tidak boleh berdoa kepada: Yang hidup dan akan mati, yang hidup yang telah mati,dan berdoa kepada benda-benda mati (ini adalah kesesatan yang Terbesar!)

Wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu,

  • Bersemangatlah menjalankan Sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: Shalat, Dsikir pagi-sore, dan lain-lain.
  • Pelajari doa-doa Nabi : Ittiba’

Jauhkan dzikir-dzikir yang dibuat-buat (wirid-wirid). Dampak negatip doa-doa yang diada-adakan,

  1. 1.       Dzikir tersebut tidak bisa mencpai tujuannya.(Tidak mngandung keagungan-keagungan).
  2. 2.       Orang yang sibuk dengan bid’ah: Tidak mendapatkan pahala yang besar yang dijanjikan Rasulullah.
  3. 3.       Sulit kembali, setelah kita nasihati.
  4. 4.       Nabi kita telah diberi jawami’ulkalim.
  5. 5.       Doa-doa bid’ah kadang-kadang mengantarkan ke berlebih-lebihan dalam berdoa. Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan.
  6. 6.       Akibat buruk doa-doa bid’ah (yang diada-adakan),seperti contoh berikut, seorang yang sakit keras,berdoa untuk disiksa di dunia agar tak diadzab di akhirat .(Hal ini dilarang Rasulullah) .
  7. 7.       Akan ada suatu kaum yang berlebih-lebihan dalam berdoa.Hendaklah sederhanalah dalam berdoa  sesuai dengan tuntunan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam.
  8. 8.       Doa itu memiliki  syarat-syarat,
    1. a.       “Berdoalah  kepada Allah dengan rasa yakin dikabulkan Allah.Allah tak menerima doa  orang yang lalai.”(HR.Hakim dari Abu Hurairah).
    2. b.      Memperhatikan yang dimakan (yang baik!).Sungguh Allah Maha baik,tidak menerima kecuali yang baik. Musafir yang berdoa,tetapi makanannya haram,minumannya haram,dia kenyang dengan perkara yang haram, bagaimana mungkin bisa dikabulkan doanya.
    3. c.       Tidak boleh terburu-buru ingin segera dikabulkan.

“Doa dikabulkan selama ia tidak bedosa, memutuskan silaturrahim dan dia tidak terburu-buru.”(HR Muslim).

  1. d.       Yakin Allah mengabulkannya.

Jangan boerdoa: “………..,jika Engkau menghendaki .” (Jangan ragu-ragu).

  1. e.       Al-A’raf 205 :

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri   dan  dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk  orang-orang yang lalai.”

                              Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas,

                     Tanya –jawab

  1. 1.       Apakah takdir bisa dirubah dengan doa ?

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

        “Tak ada yang bisa merubah takdir kecuali doa.”

  1. 2.       Bolehkah berdoa dengan doa selain doa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam  untuk kebutuhan sehari-hari ? Jawabnya : Boleh! Hendaknya terikat dengan Allah atas segala kebutuhannya.
  2. 3.       Mengangkat tangan dalam berdoa  : ada tiga kemungkinan

3.1   Rasulullah tidak mengangkat tangan,ketika:Sebagai Khatib Sholat Jum’at, dalam Shalat dan ketika masuk WC.

3.2   Rasulullah meangkat tangan pada waktu : Shalat Istisqo, Umroh, Haji, Sa,i Safa –Marwah.

3.3   Tidak dijelaskan: Mengangkat tangan boleh,tidak mengangkat tangan boleh.

{Allah malu, jika orang yang berdoa menurunkan tangannya tak dikabulkan}

4         Berusaha agar berkonsentrasi  dalam berdoa. 

5         Takut  riya’ karena mengangkat tangan,(Jangan tinggalkan amal karena takut riya’.Cue’ terhadap lingkungan).

6         Pintu tobat terbuka seluas-luasnya (asal masih hidup).Baca ayat-ayat Al-Qur’an tentang tobat.

7         Kita harus yakin: Apa yang telah ditetapkan menimpa kita ,akan menimpa kita. Dan apa yang telah ditetapkan tidak menimpa kita,tidak akan menimpa kita. Semua musibah dengan izin Allah.

8         Doa waktu sujud , menggerakkan bibir/lisan dengan suara yang pelan.

9         Tiga rukun Ibadah : Cinta , Harap  dan  Takut.

 

=======================================310311================

 

 

Q.    B  A  H  A  Y  A     S  I  H  I  R

 

Apakah sihir itu ?

“Sihir adalah suatu balak dan musibah yang besar yang harus dijauhi. Suatu dosa besar. Jangan  mendatangi tukang sihir !

Sihir adalah buhul yang ditiup, jampi-jampi,mantra-mantra. Sihir selalu berdampak buruk;terbunuhnya seseorang, sakitnya seseorang dan lain-lain dampak sihir.Penyihir itu kafir kepada Allah,penyihir itu tidak akan beruntung.

Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghancurkan sihir.Sihir merusak masyarakat.Penyihir di zaman Nabi Musa Alaihis Salam dan di zaman Nabi Sulaiman Alaihis Salam(harut dan Marut). Imam  Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an –nya bercerita dari Aisyah Radhiyallahu Anha,

“Ada seorang wanita menemui Aisyah Radhiyallahu Anha untuk menemui Rasulullahu Alaihi wa Sallam, akan tetapi Rasulullah baru saja meninggal. Wanita itu sudah mempelajari ilmu sihir , tapi dia belum mempraktekkannya. Dia menangis karena karena tidak menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Suaminya pergi tak kembali.Datang seorang wanita tua; jika engkau melakukan apa yang aku perintahkan, suamimu akan kembali. Mereka pergi ke suatu tempat. Mereka ingin belajar kepada dua orang yang terikat kakinya dan tergantung. Wanita itu disuruh ke sebuah Tanur dan disuruh kencing di tanur tersebut.Dan kembali. Ditanya, sudahkah engkau kencing di tanur tersebut? Na’am. Ditanya: Kau melihat sesuatu. Dijawab: Aku tidak melihat sesuatu. Dikatakan bahwa engkau belum kencing di tanur tersebut. Demikian hingga dua kali. Kali ke tiga, wanita itu kencing di tanur tersebut. Tiba-tiba ia melihat seorang  prajurit dengan kepalanya tertutup besi keluar dari tubuh perempuan tersebut dan menghilang kelangit. Prajurit tersebut  adalah iman yang keluar dari tubuh perempuan tersebut  setelah dia kencing di tanur tersebut;  berarti dia telah memiliki ilmu sihir. Kemudian dia diberi sebutir biji, kemudian dilemparnya; biji tersebut tumbuh, berbunga, menjadi kering, kemudian dijadikan tepung , dan jadilah roti. Perempuan itu bertanya pada sahabat Nabi. Dijawab , berbaktilah pada kedua orang tuamu, untuk menghilangkan sihir yang dipelajari.Tidak mungkin seseorang mempelajari sihir, kecuali dia telah kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menghadapi masalah besar/musibah besar dan ingin segera terbebas dari masalah untuk mendapatkan jalan keluar, lalu pergi ke orang pintar, para normal atau tukang sihir; sesungguhnya dai telah menjual imannya , menjual aqidahnya dan mentangka dia telah terlepas dari masalah, padahal  dia jatuh ke muibah yang lebih parah lagi.

 Seorang muslim harus  berhati-hati, dan menjauhi tukang sihir sejauh mungkin. Tukang sihir tidak akan  pernah membawa kebaikan apa pun.

Tanda-tanda  Tukang sihir,

  1. 1.       Bertanya siapa namamu, siapa nama Ibumu.
  2. 2.       Si penyihir mengucapkan kalimat-kalimat, jampi-jampi yang aneh-aneh, jimat-jimat, dan lain-lain.
  3. 3.       Kadang-kadang  meminta didatangkan pakaian dalam atau lainnya(rambut, dan lain-lain) dari orang yang akan disihir.
  4. 4.       Menggunapan dupa, tempat-tempat yang gelap, dan lain-lain.

 

 

 

Persyaratan tukang sihir,

  1. 1.       Meminta sembelihan(ayam hitam, kambing, dan lain-lain).
  2. 2.       Menentukan tempat sembelihan tertentu.
  3. 3.       Darah hewan yang disembelih ditaruh ditempat tertentu didalam rumah atau dipekarangan.Semua persyaratan tersebut adalah bentuk-bentuk kesyirikan.

Hendaklah tetap bertaqwa kepada Allah.Hendaklah merasa selalu di awasi Allah. Syariat Islam mengharamkan Sihir. Syariat Islam cukup bagi kita.Menghadapi masalah, segera kembali kepada Allah.Berdoa denagn tulus kepada Allah,

        “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar kereka selalu berada dalam kebenaran “(Al-Baqarah : 186).

Surat  Al-Baqarah mendatangkan berkah dari Allah, tak dapat dilawan oleh para penyihir dan setan tak dapat memasuki rumah tersebut.Selalulah membaca ,Ayat Kursi,  Surat al-Ikhlas ,Al-Falaq,dan An-Naas, maka akan dijaga dari segala bentuk keburukan.

Membaca Ayat Kursi setelah shalat lima waktu, dijanjikan surga.Dzikir pagi-petang, Dzikir sebelum tidur.Shalat subuh berjama’ah.Melaksanakan semua kewajiban – kewajiban.Menjaga pendengaran,penglihatan dan lisan,dqan lain –lain.

=====================================================030411============

 

R.    Y A K I N   K E P A D A    A L L A H

 

Obatilah keimanan kita. Obatilah Hati kita! Obat-obat dari Wahyu Ilahi. Mahasuci Allah. Isi waktu dengan Ilmu dan Amal ! Qur’an Surat Ath-Thalaq : 2-3.

Tawakkal :penyandaran diri seutuhnya kepada Allah. Sesungguhnya gangguan dari manusia dan kedzaliman mereka adalah seutama-utama sebab Allah mencukupi seluruh kebutuhan dan selamat dari musuh-musuh.

Berusaha memahami Nama-nama Allah Yang Maha Indah.Penghambaan diri kepada Allah dengan semua Nama-nama Allah tersebut.

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam :

“Ucapan  ‘Bismillahi Tawakkaltu Alallahu Laa haula wala quata illa billah’, maka Malaikat berkata : ‘Sungguh kamu telah mendapat petunjuk, kecukupan dari Allah dan penjagaan dari Allah bagimu.’”

Tawakkal  kepada Allah dengan usaha.

===================================================================070411…………

 

 

S.      K  E  M  I  S  K  I  N  A  N    (  F  A  K  R  )

 

Kemiskinan dan Kekayaan , dua-duanya ujian dari Allah,sebagaimana tertera dalam surat Al-FAJR:

 “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya,lalu dimuliakan-Nya dan diberikan-Nya kesenangan maka dia berkata : “Tuhanku telah memulikanku”. (Ayat-15).

“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata “Tuhanku telah menghinakanku” .(Ayat-16).

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim”(Ayat-17).

“dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.”(Ayat -18).

“dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil).”(Ayat – 19).

“dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”(Ayat-20).

Ujian kekayaan,seseorang wajib bersyukur atau kufur! Ujian kemiskinan, seseorang wajib bersabar atau kufur ! Bersyukur ataupun bersabar adalah dalam rangka menegakkan Ubudiyah lillah.

Solusi Masalah Kemiskinan Dalam Islam :

  1. 1.       Wajib bersabar; tidak mengeluhkan kesulitan kepada orang lain, tapi mengeluh kepada Allah.Sabar, pahit diawal; kesudahannya manis dan indah.

Qur’an Surat Al-Baqarah : 155 – 57,

Ayat-155 : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan padamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

Ayat-156: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.

Ayat-157: Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna  dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

  1. 2.       Harus yakin bahwa Allah Aliimun Hakiim.Setiap perkara Allah letakkan pada tempatnya ! Allah lebih mengetahui yang terbaik buat hamba-hamba-Nya.

Qur’an Surat Al-Baqarah : 216,

 “……………..Boleh jadi kamu membenci sesuatu , padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui , sedang kamu tidak mengetahui.”

 

Hadits Qudsi : Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Di antara hamba-hamba-Ku yang beriman itu,ada yang tidak bisa mdnjadi baik kecuali  dengan kekayaan, dan ada yang tidak bisa menjadi baik kecuali dengan kemiskinan.”

  1. 3.       Tidak melihat ke yang lebih dari dia.Lihatlah ke bawah pada orang yang miskin dari dia, hingga dia tidak menyepelekan ni’mat-ni’mat Allah yang ada pada dirinya ! Jangan pernah melupakan ni;mat Allah! (Ni’mat Allah yang paling besar : Dia seorang muslim!)

Dari Abu Hurairah :

“Jangan kalian melihat kepada yang lebih tinggi dari kalian, tapi hendaknya kalian melihat yang dibawah kalian, agar kalian tidak meremehkan ni’mat Allah yang ada pada kalian.”

  1. 4.       Jangan berusaha menghilangkan kefakiran dengan melihat kepada makhluk.Jangan meminta kepada makhluk. Kaya miskin ditangan Allah! Berdoa dan berusaha : Mengharap hidayah Allah! (Kecuali dalam keadaan darurat). Tidak diperbolehkan meminta-minta, kecuali pada tiga orang,

4.1.  Harta seseorang hilang seluruhnya, karena ditimpa musibah;  boleh meminta, setelah terpenuhi hajatnya, tak boleh meminta lagi.

4.2.  Seseorang yang menanggung beban yang sangat berat, boleh meminta, setelah terpenuhi hajatnya, tak boleh meminta-minta lagi.

4.3.  Tiga orang yang bersumpah, bahwa memang si fulan sangat fakir, maka boleh meminta-minta.Selain dari tiga perkara diatas, haram hukumnya meminta-minta.

  1. 5.       Munajat kepada Allah dengan penuh harap, merengek-rengek.Carilah harta disisi

Allah.Berdoa dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi.

Qur’an Surat Al-Baqarah : 186,

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu  tentang Aku, maka (jawablah) , bahwasanya Aku adalah dekat.Aku mengabulkan permohonan  orang yang berdoa, apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku , agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

  1. 6.       Dia menjauhkan diri dari perkara-perkara yang tidak disyriatkan(minta ke dukun, ke tukang sihir, ke kuburan, ke orang pintar, ke para normal, pada jimat-jimat, ke gunung, ke danau, dan mencari benda-benda antik), maka ia akan makin lemah dan makin miskin. Bekerjalah dengan cara benar dan halal.
  2. 7.       Hendaknya orang-orang miskin jangan terburu-buru ingin cepat kaya, masuk dalam praktek-praktek  yang diharamkan(riba, narkoba, mencuri) dan pada wanita(menjual diri, berzinah).
  3. 8.       Jika mendapat pekerjaan (menjadi karyawan, pedagang dan lain-lain), beramal baiklah, menjalankan tugas sebaik-baiknya; jangan menipu.
  4. 9.       Menjauhkan diri dari hal-hal yang membuat dia malas.Bersungguh-sungguh dalam bnerusaha mencari rezki.Bersemangat mencari rezki dan meminta tolong kepada

Allah

  1. 10.   Setelah berusaha semaksimal  mungkin, jangan sekali-kali bergantung kepada sebab; jangan merasa berhasil karena kemampuan dan kecerdasan dirinya.

Qur’an Surat Ath-Thalaq : 2-3,

“………Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (Ayat-2)

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”(Ayat-3).

Bertawakkal : Dzikir saat keluar dari rumah :Bismillah, Tawakkaltu Alallahu, Laa haula quwwata illa Billah.

  1. Seseorang  dikala  ingin bekerja, pilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, kesehatannya, ilmunya,dan lain-lain.Pilih pekerjaan yang sesuai, tekuni  pekerjaan sedikit demi sedikit.
  2. Hendaknya memiliki sikap  qana’ah(ridho  dengan  pembelian Allah).Jika disaat pagi hari anda merasa aman , sehat, memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah  Allah telah memberikan dunia seluruhnya.

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Bukanlah kekayaan itu dengan harta yang banyak , akan tetapi kekayaan itu adalah puasnya hati seseorang  dengan kebahagiaan(sa’adah).”

  1. Jangan dengki, hasad, kepada orang kaya.Mintalah kepada Allah agar diberi rezki.
  2. Hendaknya dia hemat, ekonomis dalam mengatur segala keperluannya.
  3. Berusahalah untuk  bertaqwa  semaksimal  mungkin  untuk  dimuliakan  Allah  (Ath-Thalaq:2-3. ).
  4. Sering-sering ber-Istighfar,akan mendatangkan rezki.

==============================================================080411[=======

 

T.         D  Z  I  K  R  U  L  L  A  A  H

 

Keimanan akan usang dan pudar, mintalah kepada Allah, agar Allah memperbaharui iman kita. Faktor-faktor yang memotivasi  dan yang menjadikan Iman lebih kuat dan sempurna,

  1. Menghadirkan kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hati kita, hingga kita lebih mengenal Allah, lebih takut kepada Allah, lebih dekat kepada Allah, lebih banyak memohon kepada Allah, hingga akan lebih jauh dari maksiat.
  2. Menanamkan Kecintaan kepada Allah dengan penuh Pengagungan dan Ketundukkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hingga kita akan semakin taat melaksanakan perintah dan menjauhi  larangan Allah.
  3. Menyaksikan kebaikan-kebaikan dan kenikmatan-kenikmatan Allah kepada kita, untuk tidak mematuhi dorongan-dorongan untuk berbuat maksiat. Andaikan anda berusaha untuk menghitung  ni’mat  Allah, pasti tak mungkin untuk menghitungnya.
  4. Mengingat kemurkaan Allah, kalau kita melakukan kemaksiatan.Banyak kebaikan akan pergi kalau kita berbuat  maksiat.
  5. Menyaksikan kita berusaha menundukkan hawa nafsu kita dan menundukkan syetan.
  6. Allah akan menggantikan ,apabila kita bersungguh-sungguh meninggalkan maksiat , dengan hal-hal yang baik di dunia dan di akhirat.
  7. Kebersamaan Allah secara khusus bagi orang –orang yang meninggalkan kemaksiatan, bertaubat, dan kembali kepada Allah.Bersabarlah , karena Allah bersama dengan orang-orang  yang bersabar.
  8. Bahwa ajal datang tanpa permisi, datang dengan tiba-tiba. Bila berada di sore hari, jangan menunggu pagi hari untuk beramal.Dan bila berada di pagi hari, jangan menunggu sore hari untuk beramal.
  9. Ingat dengan balak dan kesembuhan.Ketaatan akan mendatangkan  keselamatan dan kebaikan. Maksiat  akan  mendatangkan balak dan mudharat.
  10. Jangan lupa untuk berdoa, bermunajat kepada Allah. Doa adalah kunci segala kebaikan, dijauhkan dari orang-orang yang  sesat dan jahat. Mohon diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

====================================================100411=================

U .    S   I   F   A   T  –  S   I   F   A   T      O   R   A   N   G     T   A   Q   W   A

 

Qur’an  Surat  Ali Imran :  133 – 136,

“Dan bersegeralah kamu  kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit  dan bumi yang disediakan untuk orang-orang  yang bertaqwa.”(Ayat:133).

“(yaitu) orang-orang  yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang  yang menahan amarahnya  dan mema’afkan (kesalahan) orang.Allah mnyukai  orang-orang yang berbuat  kebajikan.”(Ayat: 134).

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa  lagi  yang dapat  mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu , sedang mereka mengetahui.”(Ayat:135).

“Mereka itu balasannyha ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya ; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang  yang beramal.(Ayat:136).

Bersegeralah , jangan terlambat; bersungguh-sungguh hingga sampai ke surga, dengan mengerjakan  amal-amal saleh. Berlomba-lomba untuk  mendapatkan ampunan  Allah. Takut kepada Allah dengan mengerjakan perintah, menjauhkan diri dari adzab Allah, menjauhi larangan Allah.

Sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa:

  1. Mereka berinfaq di kala senang maupun sulit; meskipun bersedekah  dengan setengah buah kurma,untuk menghindarkan diri dari api neraka.
  2. Mereka memendam kemarahan mereka, menahan jiwa mereka agar tidak marah, mereka sabar. (Hadits riwayat Ibnu Maja).
  3. Orang-orang  yang memaafkan orang yang bersalah kepada mereka.
  4. Mereka berbuat  ikhsan (berbuat baik),
    1. Berbuat  ikhsan ketika beribadah kepada Allah;seakan-akan engkau melihat Allah, atau Allah melihat engkau.
    2. Berbuat ikhsan kepada makhluk; engkau menyampaikan kemaslahatan agama dan dunia. Engkau mencegah keburukan sampai kepada mereka.
    3. Sangat bersegera dalam bertaubat; jika melakukan kesalahan /kekejian/mendzalimi diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah.Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang  mengampuni  dosa-dosa.

Memperteguh Iman:

  1. Mempelajari  Ilmu yang bermanfaat (Ilmu Syar’i) dengan bersungguh-sungguh.

(mengetahui halal/haram; banyak membaca Al-Qur’an).

  1. Berusaha mengenal  Nama-nama dan Sifat-sifat  Allah,melaksanakan konsekwensi Nama-nama  dan Sifat-sifat Allah tersebut.Mencari rezki,rezki dari Allah. Menjaga lisan,menjaga mata,menjaga gerak-gerik hati.Allah Mahakaya,maka pengharapan hanya kepada Allah.
  2. Memperhatikan, mempelajari  Sejarah Hidup Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, mengambil faedah-faedah sifat –sifat Rasulullah,mentaati beliau.
  3. Memperhatikan,merenungkan keindahan agama Islam.Aqidah yang benar-benar lurus, Akhlaq yang sangat mulia, hukum-hukum yang adil dan sangat Indah.
  4. Membaca sejarah Shalafus- Shalih,para penjaga Islam.
  5. Memperhatikan kebesaran Allah di alam semesta berupa aneka ragam makhluk ciptaan Allah.
  6. Seorang muslim bersungguh-sungguh beramal shalih,ikhlas karena Allah,dilakukan berkesinambungan.
  7. Berusaha senantiasa bersabar, bergaul dengan orang-orang shalih untuk mengingat Allah, mengingat akhirat, beramal ma’ruf nahi mungkar.

=====================================================150411================

 

V.         F  I  T  N  A  H      H  A  R  T  A

 

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan(fitnah) bagimu; di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (At-Taghabun: 15).

Untuk mengetahui siapa yang beriman, siapa yang kufur dengan harta tersebut . Ada tiga sisi Ujian harta.

  • 1. Sisi Ujian pertama.

–          Dari mana harta tersebut didapat : secara  adil/dzalim, halal/haram,tipuan/jujur, dan lain-lain.

–          Dari sisi kesibukan dengan harta tersebut.

–          Dari sisi kemana harta tersebut dibelanjakan

Bertaqwalah kepada Allah dan berusahalah dengan cara yang baik dan halal.

  • 2. Sisi Ujian kedua : Sikap terhadap Harta.
  1. Harta sebagai  tujuan : mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya .Sibuk dengan harta, sehingga lalai dari agamanya(lupa dzikir , shalat, dan lain-lain).
  2. Harta sebagai  washilah : mengambil  harta dengan cara yang halal dan dihabiskan (digunakan) dengan cara yang halal (harta bukan tujuan)

Hadits : -jika tujuan seseorang  akhirat , dunia akan datang kepadanya dan mengumpulkan  usahanya dan jika tujuannya harta (dunia),  Allah akan mencerai-beraikan perhatiannya dan Allah tidak membantunya.

  • 3. Sisi Ujian ketiga : Bagaimana mengolah harta
  1.  a.   Ada yang tak perduli  kemana harta dihabiskan (untuk hawa nafsu , hal-hal yang haram, boros,dan lain-lain), berinfaq dengan riya’, ingin dipuji.
  2. Ada yang kikir kepada orang lain dan juga kepada dirinya sendiri.
  3. Ada yang menhabiskan hartanya di jalan yang halal, untuk anak istri dan di infaqkan.

Pemilik harta (sedikit/banyak) tidak selamanya hartanya bersamanya.Selain yang dia pakai, dia makan, dan yang dia sedekahkan, yang selebihnya bukan miliknya; akan ditinggalkan kalau meninggal dunia (untuk ahli warisnya).Bertaqwalah kepada Allah dalam mencari harta, mengolah harta dan menyalurkan harta!

Dua perkara penting,

1.Dalam mencari rezki bertawakkallah kepada Allah, Allah akan mencukupinya, seperti tawakkalnya burung  yang pergi di pagi hari dan pulang di petang hari dalam keadaan kenyang. Beribadahlah kepada Allah, bersyukurlah kepada Allah dan kepada Allah-lah kita kembali.

2. Wajib bagi hamba dalam mencari rezki banyak atau sedikit mengambil harta dengan dada yang lapang (qana’ah) , tidak rakus/tamak,sehingga Allah memberikan berkah pada hartanya.

===========================================================170411=================

 

W.     J  A  M  I  N  A  N    R  A  S  U  L  U  L  L  A  H

 

Hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnad, dan lain-lain dari Ubadah bin Samith, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Jaminkanlah  bagiku enam perkara dari diri kalian, aku akan menjamin surga bagi kalian,

  • Pertama,hendaklah kalian jujur  ketika berbicara,
  • Kedua    ,hendaklah kalian memenuhi janji ,jika berjanji
  • Ketiga    , hendaklah menunaikan amanah ketika diberi amanah.
  • Keempat,hendaklah  menjaga kemaluan kalian.
  • Kelima     , hendaklah menjaga pandangan kalian.
  • Keenam ,   hendakah  menjaga tangan kalian.

Tulislah dengan baik di atas kertas, agar tidak melupakannya. Jangan melalaikan enam perkara tersebut.

Nabi Shallallahu  Alaihi wa Sallam bersabda,

“Seluruh umatku masuk surga, kecuali yang enggan.Sahabat bertanya :Siapa yang enggan , ya  Rasulullah ? Nabi menjawab: Orang yang tidak mematuhi aku!

Enam perkara diatas adalah amalan-amalan yang sangat  mudah diamalkan. Kita harus bersungguh-sungguh dan jangan menyerah. Karena zaman sekarang  penuh hambatan, zaman fitnah! Kita harus bersungguh –sungguh melaksanakan enam perkara tersebut:

1.Jujur dikala berbicara ; selalu berusaha bersama-sama orang-orang  yang  jujur.Perjalanan mereka pasti menuju surga. Rombongan orang dusta , perjalanan mereka pasti menuju neraka. Kejujuran adalah jalan keselamatan, sedangkan kedustaan akan merugikannya,dan bukan jalan keselamatan.

2. Hendaklah kalian menunaikan janji, jika telah berjanji. Ini ciri orang yang beriman dan bertaqwa, yang  tidak akan menyelisihi janji, apalagi membatalkan janji(ini ciri munafik!).Menunaikan janji sifat pokok ummat  Islam. Orang yang menyelisihi  janji akan dijauhi masyarakat.

3.Menjaga/menunaikan  Amanah;  Ini merupakan akhlaq yang mulia. Dengan Amanah, Agama bisa terjaga. Orang tidak amanah , akan berbicara seenaknyha, curang, dicela. Amanah berkaitan dengan harta, agama, jiwa, ilmu, dan lain-lain.(Tiga perkara diatas ciri orang yang beriman!).

4.Menjaga kemaluan kalian, jangan sampai terjerumus kepada perbuatan keji(Fahishah).Bahaya zina dikaitkan dengan kesyirikan.Dosa besar!

5.Menundukkan pandangan dari perkara-perkara yang diharamkan Allah, baik untuk lelaki maupun perempuan. Yang menundukkan pandangan akan mendapat ni’mat  Iman.

6.Menjaga tangan-tangan kalian. Jangan mengganggu orang lain.

Alhamdulillah , pintu-pintu surga terbuka dengan melaksanakan enam perkara di atas.

==============================================================130o511=============

 

X.        A   L   –   K   A   U   T   S   A   R

 

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu  ni’mat yang banyak”

“Maka dirikanlah shalat dan berkorbanlah”

“ Sesungguhnya orang-orang  yang membenci kamu dialah yang terputus!”

(Ini adalah surat yang terpendek dalam Al-Qur’an).

Hadits Muslim, dari Anas bin Malik,

“Tatkala Rasulullah berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba beliau tertidur, kemudian Rasul   mengangkat kepalanya dan wajahnya berseri-seri  karena beliau disenangi  Allah. Beliau bersabda, “baru  saja diturunkankan kepadaku surat  Al-Kautsar”.

“Tahukah kalian apakah Al-Kautsar?”Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam :’Kautsar adalah sebuah sungai  yang banyak kebaikannya.Gelas-gelas di telaga tersebut sebanyak bintang-bintang di langit.Tiba-tiba ada seseorang terhalang  untuk minum.Nabi bersabda,  ‘Ya Allah, dia umatku.Allah berfirman,’Sungguh engkau tak mengetahui, apa yang diperbuatnya sepeninggal engkau.’”

Surat Al-Kautsar memberikan kabar gembira yang sangat besar bagi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Umat Muhammad. Rasa airnya lebih manis dari madu ,lebih putih dari susu dan lebih wangi dari minyak wangi misik.

Ada orang-orang  yang terhalang minum di telaga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

Firman Allah,

“Sesungguhnya engkau tidak mengetahui ,ya Muhammad,kareana mereka meninggalkan keikhlasan dan ittiba’ kepadamu.”

Seluruh kebaikan diperoleh dengan dua perkara, Ikhlas dan Ittiba’ kepada Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

Dahulu kaum musyrikin dan munafik , melihat kaum muslimin lemah, miskin, sedikit jumlahnya, mereka menyangka orang-orang muslim akan terputus dan terhina. Maka wajib bagi kita, setiap muslim yang mengikuti Sunnah Nabi, tidak perduli dengan ejekan kaum musyrikin dan munafik. Ujung dari ejekan itu berakhir dengan keterputusan mereka, mereka akan hancur. Orang – orang yang membela Islam dan Sunnah Nabi,terangkat derajat mereka.Innasa niaka huwal abtar !

================================================================150511=================

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

               

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


SABAR (PERISAI SEORANG MUKMIN)

SABAR (PERISAI SEORANG MUKMIN)

(IBNU  QAYYIM  AL – JAUZIYAH)

Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan sabar sebagai kedermawanan yang tidak berhenti, pedang tajam yang tidak    salah sasaran, pasukan yang tidak terkalahkan, dan benteng kokoh yang tidak runtuh dan tidak bisa ditembus.

Sabar dan kemenangan adalah dua saudara kandung. Kemenangan itu beserta dengan sabar, jalan keluar itu bersama dengan kesulitan, dan kesulitan itu bersama dengan kemudahan. Sabar itu lebih digdaya menolong pelakunya tanpa senjata dan dukungan orang daripada bantuan pasukan. Posisinya terhadap kemenangan adalah sama seperti posisi kepala dengan tubuh.

Sungguh Yang Maha Menetapi Janji dan Mahabenar telah menjamin bagi orang-orang yang bersabar di dalam Kitab-Nya, bahwa Dia akan menyempurnakan pahala bagi mereka tanpa dihitung. Allah menjelaskan kepada mereka, bahwa Dia bersama mereka dengan petunjuk-Nya, pertolongan-Nya yang gagah perkasa, dan kemenangan-Nya yang gilang-gemilang.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Al-Anfal:46).

Dengan kebersamaan Allah ini, orang-orang yang bersabar menggenggam kebaikan dunia dan akhirat, dan dengannya pula mereka mendapatkan nikmat-nikmat-Nya yang tidak terlihat dan terlihat.

Allah Ta’ala menjadikan kepemimpinan dalam agama itu sangat terkait dengan kesabaran dan keyakinan. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(As-Sajdah:24).

Allah menjelaskan, bahwa sabar adalah baik bagi pelakunya dan Dia menegaskan hal ini dengan sumpah. Allah Ta’ala berfirman,

“Akan tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar.”(An-Nahl: 126).

Allah menjelaskan, bahwa dengan sabar dan takwa maka tipu daya musuh menjadi tidak ada artinya, kendati musuh tersebut super power. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemadzaratan kepada kalian, sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka kerjakan.”(Ali Imran: 120).

Allah menjelaskan tentang Yusuf Ash-Shiddiq, bahwa kesabarannya, dan ketakwaannya mengantarkannya ke posisi terhormat dan kuat.Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (Yusuf:90).

Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkan kesabaran kalian, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Ali Imran: 200).

“Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.”(Ali Imran: 146).

“Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang bersabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un’. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Al-Baqarah: 155-157).

Allah mewasiatkan kepada hamba-hambanya agar mereka meminta pertolongan dengan sabar dan shalat dalam menghadapi musibah dunia dan agama. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kalian, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”(Al-Baqarah: 45).

Allah menjadikan kemenangan dengan surga dan selamat dari neraka tidak dapat  dicapai kecuali oleh orang-orang yang sabar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka pada hari ini, karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.”(Al-Mukminun: 111).

Sabar adalah tali seorang Mukmin. Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki kesabaran.Kalaupun mempunyai keimanan, maka keimanan yang minimal dan sangat lemah dan pemiliknya termsuk orang yang menyembah Allah dengan sepotong-potong. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia senang bukan kepalang dengannya dan jika mendapatkan ujian, ia murtad. Ia kehilangan dunia dan akhirat, dan tidak mendapatkan apa-apa kecuali perdagangan yang merugikan.

Kehidupan indah yang didapatkan orang-orang yang berbahagia ialah karena kesabaran mereka. Mereka mendaki ke puncak kdudukan dengan syukur mereka, kemudian mereka melangkah di antara dua sayap sabar dan syukur ke surga–surga kenikmatan. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang sangat banyak.

Buku ini membangkitkan orang yang duduk untuk meneruskan perjalanan, menentramkan pengembara di perjalanan, dan mengingatkan pejalan akan tujuan perjalanannya.

Buku ini dibagi menjadi duapuluh enam bab danpenutup.

 

 

 

BAB PERTAMA : MAKNA SABAR

 

Asal usul kata sabar ialah Al-Man’u(menahan) dan Al-Habsu(mencegah). Jadi sabar ialah menahan jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-robek baju, dan lain sebagainya.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya.”(Al-Kahfi: 28).

Konon asal usul kata sabar ialah dari kata Asy-Syiddah(kokoh) dan Al-Quwwah(kekuatan). Konon lagi asal usul kata sabar dari Al-Jam’u(menggabungkan) dan Adz-Dzammu(menghimpun). Jadi orang yang sabar ialah orang yang menggabungkan dirinya dan menghimpunnya dari keluh kesah dan cemas.

 

BAB KEDUA : HAKIKAT SABAR DAN PENDAPAT ULAMA TENTANG SABAR

 

Adapun hakikat sabar ialah salah satu akhlak yang mulia yang menghalangi munculnya tindakan yang tidak baik dan tidak memikat. Sabar ialah salah satu kekuatan jiwa dan dengannya segala urusan jiwa menjadi baik dan tuntas.

Al-Junaid bin Muhammad pernah ditanya tentang sabar. Ia menjawab, “Sabar ialah meneguk sesuatu yang pahit tanpa merasa memberengut.”

Dzu An-Nun berkata, “Sabar ialah menjauhi larangan, tenang ketika menenggak musibah, dan menampakkan dirinya kaya padahal ia miskin harta.”

Amr bin Utsman Al-Makki berkata, “Sabar ialah tegar bersama Allah dalam menghadapi ujian-Nya dengan lapang dada dengan tenang.” Artinya bahwa ia menghadapi musibah dengan lapang dada dan bukan dengan dada sempit, emosional dan mengeluh.

Al-Khawwash berkata,”Sabar ialah tegar terhadap hukum-hukum Al-Qur’an dan Sunnah.”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Sabar ialah kendaraan yang tidak terperosok.”

Abu Muhammad Al-Jariri berkata, “Sabar ialah tidak membedakan antara nikmat dengan ujian disertai dengan ketentraman hati di dalam menjalani keduanya.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Seseorang tidak diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada sifat sabar.” (Diriwayatkan Al- Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Abu Daud).

 

Sesungguhnya mengeluh itu ada dua bentuk;

Pertama, mengeluh kepada Allah, maka ini jelas tidak bertentangan dengan sabar, seperti dikatakan Ya’qub,

“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (Yusuf:86).

Ayyub berkata, “Sesungguhnya aku(Ayyub) ditimpa penyakit.”(Al-Anbiya’:83).

Padahal Allah menggelarinya sebagai orang yang sabar.

Tokoh orang-orang yang sabar,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata,

“Ya Allah, aku mengadukan kepada-Mu lemahnya kekuatanku dan minimnya taktikku,dan seterusnya.” (Diriwayatkan Ad-Daruquthni).

Kedua, keluhan orang yang tertimpa musibah dengan bahasa tindakan dan kata. Ini tidak sesuai dengan sabar, bahkan bertentangan dengannya dan menggagalkannya. Berkeluh kesah ialah sahabat dekat kelemahan dan saudara kandungnya, sedang sabar ialah sahabat intim kecerdasan dan pangkalnya.

 

BAB KETIGA : NAMA-NAMA SABAR MENURUT VARIABELNYA

 

Karena sabar yang terpuji ialah kesabaran jiwa secara sukarela dari memenuhi ajakan hawa nafsu yang tercela, maka tingkatan-tingkatan sabar dan nama-namanya itu sesuai dengan variabelnya.

Jika bersabar dari syahwat kemaluan yang diharamkan, maka dinamakan iffah(suci), dan kebalikannya ialah orang bejat, pezina dan pelacur.

Jika bersabar dari syahwat perut, tidak terburu-buru makan, atau tidak memakan apa yang tidak baik baginya, maka dinamakan kemuliaan jiwa dan kekenyangan diri, dan kebalikannya ialah rakus, hina, jiwa yang kerdil.

Jika bersabar dari menampakkan apa yang tidak baik untuk ditampakkan seperti misalnya pembicaraan, maka dinamakan menyimpan rahasia, dan kebalikannya ialah menyebarkan, atau menyiarkan, atau menuduh, atau perbuatan keji, atau menmcaci, atau bnerdusta, atau menuduh orang lain berzina, padahal tidak.

Jika bersabar dari hidup yang berlebihan, maka dinamakan zuhud dan kebalikannya ialah ambisius (rakus). Jika bersabar dengan sesuatu yang mencukupi dirinya, maka dinamakan qana’ah, dan kebalikannya juga ambisius(rakus).

Jika bersabar dari memenuhi dorongan emosi, maka dinamakan lembut, dan kebalikannya ialah cepat marah.

Jika bersabar dari memenuhi dorongan untuk bersikap buru-buru, maka dinamakan tenang dan tegar, dan kebalikannya ialah gegabah dan kurang pikir.

Jika bersabar dari memenuhi dorongan melarikan diri dari medan perang, maka dinamakan keberanian, dan kebalikannya ialah pengecut, dan penakut.

Jika bersabar dari dorongan balas dendam, maka dinamakan pema’af dan tolerans, dan kebalikannya ialah pembalas dendam, dan penyiksa.

Jika bersabar dari dorongan menahan kekayaan dan pelit, maka dinamakan dermawan, dan kebalikannya ialah pelit.

Jika bersabar dari dorongan makan dan minum pada waktu tertentu, maka dinamakan puasa.

Jika bersabar dari dorongan lemah dan malas, maka dinamakan pandai(sigap).

Jika bersabar dari dorongan memberikan beban kepada orang lain dan dari dorongan tidak menanggung beban mereka, maka dinamakan jantan.

 

BAB KEEMPAT: PERBEDAAN ANTARA SABAR,TASHABBUR,ISHTHIBAR DAN MUSHABARAH

 

Jika seseorang menahan dirinya dari dorongan yang tidak baginya, jika itu sudah menjadi akhlaknya dan pembawaannya, maka dinamakan sabar. Jika itu dengan upaya, latihan, dan meneguk rasa pahitnya, maka dinamakan tashabbur. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda,

“Barangsiapa berusaha untuk bersabar, maka Allah membuatnya bersabar.”(Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, At-Titmidzi, An-Nasai, dan Abu Daud).

Adapun ishthibar, maka ia lebih sempurna daripada tashabbur. Tashabbur adalah landasan ishthibar. Jika tashabbur dikerjakan secara berulang-ulang ia berubah menjadi ishthibar.

Sedang mushabarah, ia adalah melawan musuh di medan sabar.Mushabarah menghendaki terjadi pada dua pihak seperti musyatamah(saling mencaci), dan mudzarabah(saling memukul).Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian, dan mushabarahlah, dan murabathahlah, dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.”(Ali Imran: 200).

Pada ayat diatas, Allah memerintahkan kaum Mukminin bersabar yaitu kondisi orang yang sabar dengan dirinya sendiri, mushabarah yaitu kesabaran dirinya terhadap lawannya, dan murabathah yaitu tegar, konsisten, dan melakukan sabar dan mushabarah. Terkadang ia mampu bersabar, mushabarah, dan murabathah, namun ia tidak bertakwa. Maka Allah menjelaskan bahwa standar itu semua adalah takwa dan bahwa keberuntungan itu sangat terkait erat dengan takwa,maka Ia berfirman, “Dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” Jadi murabathah, sebagaimana ia tetap bertahan di daerah perbatasan yang dikhawatirkan diserang oleh pihak musuh, maka ia juga tetap bertahan di perbatasan hati agar hawa nafsu dan syetan tidak masuk kepadanya  dengan maksud mengusirnya dari “kerajaannya.”

 

BAB KELIMA : JENIS-JENIS SABAR MENURUT TEMPATNYA

 

Sabar itu dibagi kedalam dua jenis; sabar pisik dan sabar jiwa.Masing-masing dari keduanya terbagi ke dalam dua jenis; sukarela dan terpaksa. Total jenis sabar adalah empat jenis;

  • Pertama, sabar pisik yang sukarela,contohnya melakukan pekerjaan berat dengan sukarela dan berdasarkan keinginnya sendiri.
  • Kedua, sabar pisik yang terpaksa,contohnya sabar terhadap sakitnya pukulan,sakit,luka-luka,kedinginan,kepanasan,dan lain sebagainya.
  • Ketiga, sabar jiwa yang sukarela,contohnya kesabaran jiwa dari melakukan tindakan yang tidak baik untuk dikerjakan menurut syariat dan akal manusia.
  • Keempat, sabar jiwa yang terpaksa,contohnya kesabaran jiwa berpisah dari kekasihnya karena terpaksa jika ia dijauhkan daripadanya.

Manusia di antara kita,jika kesabarannya mengalahkan dorongan hawa nafsu dan syahwat,maka ia bergabung dengan malaikat.Jika dorongan hawa nafsu dan syahwat mengalahkan kesabarannya,maka ia bergabung dengan syetan.Jika dorongan wataknya seperti makan,minum,dan seks mengalahkan kesabarannya,maka ia bergabung dengan binatang.

 

BAB KEENAM: JENIS-JENIS SABAR MENURUT KEKUATANNYA DAN KELEMAHANNYA DIHADAPAN HAWA   NAFSU

Dorongan agama jika ditambahkan kepada dorongan hawa nafsu,maka terbagi ke dalam tiga kondisi           ;

  • Kondisi pertama, kemenangan diraih dorongan agama dan pasukan hawa nafsu pulang kandang dengan kocar kacir.Ini bisa dicapai dengan selalu bersabar dan orang-orang yang sampai pada peringkat ini adalah para pemenang di dunia dan akhirat.Mereka itulah yang berkata,

“Tuhan kami adalah Allah,kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka.”(Fushshilat:30).

 

Ketika mereka akan meninggal dunia,malaikat berkata kepada mereka,

“Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih,dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah kepada kalian.Kami adalah pelindung-pelindung kalian di dalam kehidupan dunia dan akhirat.”(Fushshilat:30-31).

Mereka itulah yang mendapatkan kebersamaan Allah beserta orang-orang yang sabar.Mereka itulah yang berjuang di jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya.Dan mereka itulah yang secara khusus diberi petunjuk oleh Allah dan bukan selain mereka.

  • Kondisi kedua, kekuatan dan kemenangan berada di pihak dorongan hawa nafsu dan dorongan agama kalah total.Pecundang menyerah kepada syetan dan bala tenteranya yang kemudian mengendalikannya semaunya.
  • Kondisi ketiga, bahwa pertempuran meletus dan meledak diantara kedua belah pasukan. Sekali waktu kemenangan berpihak kepada dorongan agama dan sekali waktu berpihak kepada dorongan hawa nafsu.Inilah kondisi sebagian besar orang-orang beriman yang mengerjakan amal shalih dan dikesempatan lain melakukan kejahatan.

Kondisi pada Hari Kiamat adalah sama persis dengan ketiga kondisi ini.Di antara manusia ada yang masuk surga dan tidak masuk neraka.Ada di antara mereka yang masuk neraka dan tidak masuk surga.Dan ada di antara mereka yang masuk neraka kemudian masuk surga.

 

BAB KETUJUH: JENIS-JENIS SABAR MENURUT VARIABELNYA

 

Sabar menurut variabelnya terbagi ke dalam tiga jenis;Pertama, sabar terhadap perintah-perintah dan ketaatan-ketaatan hingga ia mengerjakannya. Kedua, sabar dari larangan-larangan dan pelanggaran-pelanggaran hingga ia tidak jatuh kepadanya. Ketiga, sabar terhadap takdir dan ketentuan-ketentuan hingga ia tidak marah kepadanya.

Ketiga prinsip itulah yang diwasiatkan Luqman kepada anaknya dalam ucapannya,

“Hai anakku,dirikan shalat,dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik,dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.” (Luqman:17).

Allah Ta’ala menyebutkan tiga prinsip di atas dalam firman-Nya,

“Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan,dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya,dan mendirikan shalat,dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan,dan menolak kejahatan dengan kebaikan,orang-orang itulah yang mendapatkan tempat kesudahan (yang baik).”(Ar-Ra’du:19-22).

Inilah dua penopang kemaslahatan dunia dan akhirat yaitu sabar dan shalat.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kalian,sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”(Al-Baqarah:45).

“Hai orang-orang yang beriman,jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kalian, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Al-Baqarah:153).

BAB KEDELAPAN: PEMBAGIAN SABAR MENURUT HUKUM-HUKUM YANG LIMA

 

Berdasarkan aspek ini,sabar terbagi ke dalam : wajib, sunnah, haram,makruh dan mubah.

Sabar yang wajib yaitu tiga jenis;Pertama, sabar dari hal-hal yang  diharamkan.Kedua, terhadap pelaksanaan kewajiban-kewajiban.Ketiga, sabar terhadap musibah-musibah yang bukan karena ulah manusia, seperti sakit,miskin,dan lain sebagainya.

Sabar yang sunnah yaitu sabar dari hal-hal yang makruh, sabar terhadap hal-hal yang disunnahkan, dan sabar terhadap membalas orang yang jahat dengan tindakan yang sama.

Sabar yang haram, bermacam-macam.Salah satunya sabar dari makanan dan minuman hingga ia meninggal dunia.Begitu juga, bersabar dari bangkai, darah, dan daging babi pada saat darurat adalah haram,jika ia tidak melakukannya maka ia akan mati.

Sabar yang makruh, maka contoh-contohnya sangat banyak.Pertama, yaitu seseorang bersabar dari makanan, minuman, pakaian dan bersenggama dengan isterinya hingga membahayakan badannya.Kedua, sabar dari bersenggama dengan isterinya ketika isterinya menghendaki dan itu tidak membahayakan dirinya.Ketiga, kesabarannya terhadap hal-hal yang makruh.Keempat,kesabarannya terhadap mengerjakan hal-hal yang disunahkan.

Sabar yang mubah, maka ialah sabar dari setiap tindakan yang sama-sama baik antara mengerjakannya dan tidak mengerjakannya,serta bersabar terhadapnya.

Kesimpulannya, bahwa sabar terhadap hal yang wajib adalah wajib,sabar dari yang wajib adalah haram, sabar dari hal yang haram adalah wajib,sabar terhadapnya adalah haram, sabar terhadap hal yang sunnah ialah sunnah,sabar dari hal yang sunnah adalah makruh, sabar dari hal yang makruh adalah sunnah,sabar terhadap yang makruh adalah makruh, dan sabar dari hal yang mubah adalah mubah.Wallahu a’lam.

BAB KESEMBILAN: PERBEDAAN PERINGKAT SABAR

Sabar seperti dijelaskan sebelumnya terbagi ke dalam dua bagian;sukarela dan terpaksa. Sabar sukarela lebih sempurna daripada sabar terpaksa, karena sabar terpaksa bisa dilakukan banyak orang yang tidak mampu bersabar secara sukarela.

Begitu juga kesabaran Al-Khalil(Ibrahim) Alaihis Salam, kesabaran Al-Kalim(Musa),kesabaran Nuh, kesabaran Al-Masih, dan kesabaran penutup para Nabi dan keturunan Adam terbaik Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah sabar terhadap dakwah ke jalan Allah dan jihad melawan musuh-musuh Allah.Oleh karena itu, Allah menamakan mereka Ulul Azmi dan memerintahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabar seperti kesabaran mereka dengan berfirman,

“Maka bersabarlah kamu seperti Rasul-rasul Ulul Azmi telah bersabar.”(Al-Ahqaf:35).

Allah melarang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meniru Nabi Yunus,sebab ia tidak bersabar seperti kesabaran Rasul-rasul Ulul Azmi. Allah Ta’ala berfirman,

“Maka bersabarlah kamu (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang(Yunus) yang berada dalam perut ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).”(Al-Qalam:48).

Jika ada yang bertanya,”Sabar yang manakah yang lebih dicintai Allah; kesabaran orang yang bersabar terhadap perintah-perintah-Nya,ataukah kesabaran orang yang bersabar dari larangan-larangan-Nya? Jawabnya, inilah tempat perbedaan para ulama.Penjelasan hal ini adalah sebagai berikut;

  • Pertama, bahwa pengerjaan hal-hal yang diperintahkan adalah tujuan dan disyariatkan.Sesungguhnya pengenalan kepada Allah(ma’rifatullah), mentauhidkannya,  berubudiyah kepada-Nya saja, berinabah kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya, mengikhlaskan amal perbuatan karena-Nya, mencintai-Nya, ridha kepada-Nya, dan mengabdi kepada-Nya adalah tujuan penciptaan makhluk, dan dengannya segala urusan menjadi baik.Sedang hal-hal yang dilarang, ia dilarang karena ia menghalang-halangi manusia dari pengerjaan hal-hal yang diperintahkan di atas, atau mengalihkan manusia daripadanya, atau menghilangkan kesempurnaannya.
  • Kedua, sesungguhnya hal-hal yang diperintahkan itu terkait erat dengan pengenalan kepada Allah(Ma’rifatullah).Jadi variabelnya adalah Dzat Allah, Sifat-sifat-Nya, dan Nama-nama-Nya.Sedang variabel hal-hal yang dilarang adalad dzat hal-hal yang dilarang itu sendiri.Perbedaan di antaranya sangat besar.
  • Ketiga, kebutuhan seorang hamba kepada pengerjaan hal-hal yang diperintahkan itu lebih besar daripada kebutuhannya kepada meninggalkan hal-hal yang diharamkan.Meninggalkan hal-hal yang dilarang itu disyariatkan untuk mendukung pengerjaan hal-hal yang diperintahkan yang merupakan kebutuhannya.
  • Keempat, sesungguhnya meninggalkan hal-hal yang dilarang adalah dalamkonteks kejantanan,sedang pengerjaan hal-hal yang diperintahkan adalah dalam konteks menjaga kekuatan dan makanan dimana bangunan tidak dapat berdiri tegak tanpa dengannya dan kehidupan tidak dapat diraih kecuali dengannya.
  • Kelima,sesungguhnya seluruh dosa itu disebabkan oleh dua hal ini; meninggalkan hal-hal yang diperintahkan, dan mengerjakan hal-hal yang dilarang.
  • Keenam,sesungguhnya seluruh hal-hal yang dilarang itu bisa gugur dengan hal yang diperintahkan seperti taubat misalnya,dan seluruh hal-hal yang diperintahkan tidak gugur kecuali dengan syirik atau meninggal dunia dalam keadaan syirik.
  • Ketujuh,sesungguhnya dosa Nabi Adam adalah disebabkan mengerjakan hal-hal yang dilarang.Akibatnya beliau diuji oleh Tuhannya,kemudian beliau bertaubat kepada-Nya dan mendapatkan petunjuk.Sedang dosa iblis adalah karena meninggalkan hal yang diperintahkan,maka akibatnya yaitu apa yang telah disebutkan Allah Ta’ala dalam Kitab-Nya dan menjadikannya sebagai ibrah bagi keturunannya hingga Hari Kiamat.
  • Kedelapan,bahwa hal-hal yang diperintahkan itu lebih dicintai Allah dan hal-hal yang dilarang-Nya itu dibenci-Nya.
  • Kesembilan,sesungguhnya meninggalkan hal yang dilarang itu tidak merupakan ibadah jika tidak ditindaklanjuti dengan mengerjakan hal yang diperintahkan.
  • Kesepuluh,sesungguhnya hal-hal yang dilarang itu harus dikikis,sedang hal-hal yang diperintahkan itu harus diwujudkan.
  • Kesebelas,sesungguhnya bab hal yang diperintahkan ialah bahwa satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, sedang bab hal yang dilarang ialah satu kesalahan dibalas dengan semisalnya.Dan kesalahan dapat dihapuskan dengan taubat, istighfar, kebaikan yang menghapus kesalahan, musibah yang menghilangkan kesalahan,istighfar para malaikat untuk orang-orang yang beriman, dan istighfar sebagian orang-orang beriman untuk sebagian yang lain. Ini menunjukkan bahwa hal-hal yang diperintahkan itu lebih disukai Allah daripada tidak adanya hal-hal yang dilarang.
  • Kedua belas,sesungguhnya hal-hal yang dilarang itu dihapus Allah Ta’ala dan bekasnya dihilangkan dengan banyak hal dari pengerjaan oleh seorang hamba atau dari orang lain.Ekses hal-hal yang dilarang bisa dihapus dengan taubat yang nasuhah,dengan istighfar, dengan kebaikan-kebaikan yang menghapus kesalahan,dengan musibah-musibah yang menghilangkan kesalahan,dengan istighfarnya para malaikat,dan dengan doa dari orang-orang beriman.Inilah ketetapan pada saat seseorang masih hidup.Selain itu dengan sakitnya sakaratul maut ketika ia hendak meninggal dunia.Dengan kebengisan dua malaikat di alam kubur,tekanan terhadapnya,kesulitan yang dihadapinya,kondisi yang serba susah,kepayahannya,syafa’at para pemberi syafa’at kepadanya,dan rahmat Dzat Yang Maha Penyayang kepadanya.Jika semua hal di atas tidak mampu menyelamatkan dirinya,maka ia harus masuk neraka,dan keberadaan dirinya di dalamnya sesuai dengan kadar kotorannya dan kebrengsekannya,karena Allah mengharamkan surga kecuali bagi orang yang baik-baik.Sedang hal-hal yang diperintahkan,maka tidak ada yang menghilangkannya kecuali syirik.
  • Ketiga belas,sesungguhnya imbalan hal-hal yang diperintahkan adalah pahala,dan ini adalah pintu kebaikan,keutamaan,dan rahmat.Dan balasan hal-hal yang dilarang adalah hukuman dan itu adalah dalam konteks marah dan keadilan.Padahal rahmat Allah itu lebih dominan daripada murkanya.Maka apa saja yang terkait dengan rahmat dan karunia,ia lebih dicintai Allah daripada apa yang terkait dengan murka dan keadilan.Dan meniadakan apa yang terkait dengan rahmat itu amat dibenci-Nya daripada mengerjakan sesuatu yang terkait dengan murka-Nya.
  • Keempat belas,sesungguhnya beribu-ribu hal-hal yang dilarang itu bisa gugur dengan satu hal yang diperintahkan,dan satu hal yang diperintahkan itu tidak gugur dengan beribu-ribu hal-hal yang dilarang.
  • Kelima belas,sesungguhnya variabel hal-hal yang diperintahkan adalah pengerjaan dan pengerjaan adalah sifat kesempurnaan,bahkan kesempurnaan manusia itu karena pengerjaannya.Ia bekerja,akibatnya ia mulia,Sedang variable larangan adalah meninggalkan,dan meninggalkan adalah upaya meniadakan.Dari sisi ini,meninggalkan bukan merupakan kesempurnaan,karena sesuatu yang tidak ada itu bukan merupakan kesempurnaan.
  • Keenam belas,jika seorang hamba mengerjakan hal yang diperintahkan,maka otomatis ia meninggalkan hal yang dilarang dan ini adalah keniscayaan.
  • Ketujuh belas,sesungguhnya pelaku hal-hal yang dicintai Allah mustahil mengerjakan semua yang dibenci-Nya.
  • Kedelapan belas,sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengkaitkan kecintaan-Nya kecuali dengan perintah;baik perintah wajib atau sunnah.Dan tidak mengkaitkan kecintaan-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang dilarang dalam satu tempatpun.Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat,mencintai orang-orang yang berbuat baik,mencintai orang-orang yang bersyukur,mencintai orang-orang yang bersabar,mencintai orang-orang yang membersihkan dirinya,mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan seperti bangunan yang kokoh,mencintai orang-orang yang bertakwa,mencintai orang-orang yang dzikir,dan mencintai orang-orang yang bersedekah.Jadi Allah Ta’ala hanya mengkaitkan kecintaan-Nya,pada perintah-perintah-Nya,sebab ia merupakan tujuan penciptaan dan perintah,seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka  menyembah-Ku.”(Adz-Dzariat:56).

Jadi Dia tidak menciptakan makhluk kecuali untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan tidak melarang mereka kecuali dari apa saja yang mengalihkan mereka dari pelaksanaan perintah-perintah-Nya dan mengganggu mereka di dalamnya.

  • Kesembilan belas,sesungguhnya hal-hal yang dilarang,jika ia tidak menghalang-halangi dari hal-hal yang diperintahkan dan mengganggu terjadinya hal-hal yang dilarang sesuai dengan yang diperintahkan Allah maka hal yang dilarang tersebut tidak ada artinya.Sesungguhnya ia dilarang karena bertentangan dengan hal-hal yang diperintahkan,mengganggunya,dan menghalang-halanginya.Jadi hal-hal yang dilarang adalah penyempurna dan pelengkap hal-hal yang diperintahkan.Ia adalah ibarat membersihkan saluran air agar air bisa mengalir di salurannya dengan lancar tanpa gangguan.Hal-hal yang diperintahkan adalah ibarat air yang dikirim ke sungai untuk kehidupan dunia dan manusia,dan larangan ibarat membersihkan salurannya, dan menjauhkannya dari apa saja yang mengganggu perjalanan air.Perintah adalah ibarat kekuatan dan kehidupan,sedang larangan adalah ibarat benteng yang melindungi kekuatan,penyakit,dan pelayannya

BAB KESEPULUH: PEMBAGIAN SABAR KEDALAM TERPUJI DAN TERCELA

 

Sabar yang tercela ialah sabar dari Allah,kehendak-Nya,cinta-Nya,dan merajut hati kepada-Nya.Sesungguhnya sabar jenis ini mengandung peniadaan kesempurnaan seorang hamba dan menghilangkan tujuan penciptaannya.Inilah selain sabar tersebut merupakan sabar yang paling buruk,ia juga merupakan sabar yang paling agung dan paling puncak.

Sedang sabar yang terpuji,maka terbagi ke dalam dua bagian;sabar lillah(untuk Allah) dan sabar billah(dengan Allah).Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan Allah.”(An-Nahl:127).

“Dan bersabarlah untuk ketetapan Tuhanmu,maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami.”(Ath-Thur:48).

 

BAB KESEBELAS:

PERBEDAAN ANTARA KESABARAN ORANG MULIA DENGAN KESABARAN  ORANG HINA

 

Setiap orang hendaknya bersabar terhadap sebagian yang dibencinya,dengan senang hati atau terpaksa.Orang mulia bersabar dengan senang hati,karena ia mengetahui hasil akhir dari sabar dan bahwa ia dipuji karena kesabarannya,dan dihujat karena tidak sabar.Jika ia tidak bersabar,maka keluh kesah tidak bisa menolak apa yang hilang dan tidak mencabut apa yang dibencinya.Sesungguhnya apa yang sudah ditakdirkan itu tidak bisa dihadang, dan apa yang belum ditakdirkan itu tidak bisa didapatkan.

Adapun orang hina,maka ia bersabar dengan terpaksa dan ia berputar-putar dipekarangan keluh kesah dan melihatnya tidak membawa manfaat baginya,kemudian kesabarannya seperti kesabaran orang yang diikat untuk dibunuh.Orang mulia bersabar dalam taat kepada Allah, sedang orang hina bersabar dalam taat kepada syetan.

 

BAB KEDUA BELAS:HAL-HAL YANG MENDUKUNG SABAR

 

Karena sabar termasuk hal yang diperintahkan,maka Allah Ta’ala menyiapkan untuknya hal-hal yang mendukungnya dan menghusung kepadanya.Jadi sabar,kendati ia amat berat dan tidak disukai jiwa, namun memilikinya adalah tidak mustahil.Untuk memilikinya dibutuhkan dua unsur; ilmu dan amal.Dari kedua unsur tersebut semua obat diambil untuk mengobati hati dan badan. Ilmu dan amal harus ada,sebab obat yang paling mujarab berasal dari keduanya.

Ilmu ialah mengetahui apa yang tersedia di dalam hal-hal yang diperintahkan seperti kebaikan,keberuntungan,kenikmatan,dan kesempurnaan,serta mengetahui apa yang berada di dalam hal-hal yang dilarang keburukan,bahaya,dan kekurangan.Jika kedua hal tersebut diketahui sebagaimana mestinya,kemudian dilngkapi dengan tekad yang benar,semangat yang tinggi,keberanian,kejantanan manusiawi,dan ilmu disandingkan dengan amal,maka jika hal tersebut dilakukan,maka sabar bisa dimiliki,segala kesulitan menjadi kemudahan,dan sakit berubah menjadi nikmat.

 

BAB KETIGA BELAS:

MANUSIA MEMBUTUHKAN SIFAT SABAR DALAM SEGALA KONDISI

 

Sesungguhnya seseorang itu berada di antara perintah yang wajib ia kerjakan,larangan yang wajib ia jauhi dan tinggalkan,takdir yang terjadi padanya,dan nikmat yang ia wajib bersyukur kepada Pemberinya. Jika semua hal di atas tidak pernah berpisah dengannya,maka sabar menjadi kebutuhan baginya hingga akhir hayatnya.

Apa saja yang diberikan kepada seorang hamba di dunia tidak lepas dari dua hal;Pertama,sesuatu yang sesuai dengan hawa nafsunya dan keinginan hawa nafsunya.Kedua,sesuatu yang bertentangan dengan hawa nafsunya dan keinginan hawa nafsunya.Dan ia harus bersabar dalam kedua kondisi tersebut.

Jenis pertama yang sesuai dengan hawa nafsunya ialah kesehatan, kedamaian,jabatan,kekayaan,dan semua jenis kelezatan yang diperbolehkan.Dalam menghadapi hal ini,tidak ada sesuatu yang sangat ia butuhkan melainkan sifat sabar dengan memperhatikan hal-hal berikut;

  • Pertama,ia jangan cenderung kepadanya,tidak tertipu dengannya, tidak membuat arogan,pongah,dan kegembiraan tercela yang pelakunya tidak dicintai Allah.
  • Kedua,ia jangan larut dalam usaha mendapatkannya,dan berlebih-lebihan dalam meraihnya,karena ia akan berubah menjadi kebalikannya.Barangsiapa berlebih-lebihan dalam makanan, minuman,dan berhubungan seksual,maka semua itu akan berubah

Menjadi kebalikannya,kemudian ia diharamkan dari makanan, minuman,dan hubungan seksual.

  • Ketiga,ia harus bersabar terhadap pelaksanaan hak Allah di dalamnya dan tidak menyia-nyiakannya,kemudian nikmat tersebut dicabut daripadanya.
  • Keempat,ia harus bersabar dari mengarahkannya kepada hal-hal yang haram dan tidak menyiapkan dirinya terhadap apa saja yang diinginkannya dari hal-hal di atas,karena itu semuanya menjerumuskannya kepada hal-hal yang haram.Tidak ada yang mampu bersabar terhadap kenikmatan kecuali orang-orang yang jujur.

Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu Anhu berkata,”Kami diuji dengan musibah kemudian kami bersabar,dan kami diuji dengan kenikmatan kemudian kami tidak bersabar terhadapnya.”

Oleh karena itu,Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya dari fitnah kekayaan,isteri,dan anak-anak.Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kekayaan kalian,dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari ingat kepada Allah.”(Al-Munafiqun:9).

“Hai orang-orang yang beriman,sesungguhnya di antara isteri-isteri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka.”(At-Taghabun:14).

Yang dimaksud dengan permusuhan ini bukanlah yang seperti dipahami manusia bahwa ia adalah permusuhan karena benci.Yang dimaksud ialah permusuhan cinta yang menghalang-halangi para orang tua dari hijrah,jihad,mempelajari ilmu,bersedekah,dan masalah-masalah agama yang lain,sebagaimana Ibnu Abbas yang pernah ditanya seseorang tentang maksud ayat ini,beliau menjawab,”Mereka adalah orang-orang Mekkah yang masuk Islam.Mereka ingin datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,namun isteri-isteri dan anak-anak mereka menolak diajak datang kepada Rasulullah Shallallahu Al;aihi wa Sallam. Ketika mereka tiba di tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan melihat orang-orang telah memahami agama,maka mereka bermaksud menghukum istri-istri dan anak-anaknya,kemudian Allah menurunkan ayat At-Taghabun:9 di atas.At-Tirmidzi berkata,”Hadits ini hasan shahih.”

Betapa banyak kesempurnaan dan keberuntungan yang sirna dari dirinya disebabkan istrinya dan anaknya.Disebutkan dalam hadits’

“Anak itu membuat orang pelit dan pengecut.”(Diriwayatkan Ibnu Majah,dan Ahmad).

Jika bersabar terhadap kenikmatan itu sangat susah karena ia mempunyai fasilitas,dan orang yang kelaparan ketika tidak ada makanan lebih bisa bersabar daripada ketika makanan telah tersedia.

Sedang jenis kedua yang bertentangan dengan hawa nafsunya,maka terbagi ke dalam tiga bagian;

*Bagian Pertama,sesuatu yang terkait dengan usahanya,yaitu semua berbuatannya;baik ketaatan atau maksiat.Di sini seorang hamba membutuhkan sifat sabar dalam tiga kondisi;

^Kondisi pertama,sebelum memulai mengerjakan aktifitas-aktifitas ibadah dengan meluruskan niatnya,ikhlas,menjauhi motif-motif riya’ dan sum’ah,dan menyatukan tekad untuk menyempurnakan hak sesuatu yang diperintahkan kepadanya.

^Kondisi kedua,bersabar pada saat proses pengerjaan.Pada kondisi ini seorang hamba harus senantiasa  bersabar dari motif-motif teledor dan tidak serius,selalu bersabar dengan ingat niatnya,menghadirkan hati di depan Tuhannya,dan tidak melupakan-Nya dalam perintah-Nya.

^Kondisi ketiga,bersabar setelah menyelesaikan aktifitas-aktifitas ibadah. Hal ini bisa dilakukan dengan hal-hal berikut;

  • Pertama,ia bersabar dari mengerjakan sesuatu yang menghapus amal perbuatan sebelumnya.Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti(perasaan pihak penerima).”(Al-Baqarah:264).

  • Kedua,ia bersabar dari melihatnya,ujub dengannya,dan sombong dengannya,karena hal tersebut lebih membahayakan dirinya daripada kemaksiatan-kemaksiatan yang terlihat.
  • Ketiga,ia bersabar dari memindahkannya dari kerahasiaan kepada terang-terangan,karena jika seorang hamba mengerjakan suatu amal perbuatan dengan rahasia,maka Allah mencatatnya di kantor rahasia,dan jika terjadi padanya pemindahan ke kantor terang-terangan,maka janganlah ia beranggapan bahwa hamparan sabar itu ditutup dengan selesai dari pengerjaannya.

Sedang bersabar dari kemaksiatan,maka permasalahannya lebih jelas dan yang sangat efektif membantunya bersabar daripadanya ialah berhenti dari hal-hal yang selama ini dipandang wajar oleh masyarakat, tidak bergaul dengan teman-temannya untuk bermaksiat di tempat-tempat ngobrol,dan memutus semua rintangan,karena se3sungguhnya kebiasaan itu adalah pembawaan khusus,jika syahwat dipadukan dengan kebiasaan,maka keduanya menjadi tentera-tentera syetan dan akibatnya dorongan agama tidak berdaya untuk mengalahkan keduanya.

*Bagian kedua,apa saja yang tidak masuk dalam usaha manusia,maka seorang hamba tidak mempunyai taktik untuk melawannya,seperti musibah-musibah yang tidak ada andil manusia seperti kematian orang amat dicintainya,pencurian kekayaannya,sakit yang dideritanya,dan lain sebagainya.Ada dua bagian dalam point ini.;Pertama,bukan karena ulah manusia.Kedua,yang disebabkan karena ulah sesamanya seperti penghinaan,pemukulan,dan lain sebagainya.

Pada jenis pertama,seorang hamba di dalamnya mempunyai empat tingkatan;

  • Tingkatan pertama,tingkatan lemah,yaitu tingkatan berkeluh kesah,mengeluh,dan uring-uringan.Ini tidak dikerjakan kecuali oleh orang yang lemah akalnya,agamanya,dan kejantanannya. Ini adalah musibah yang terbesar.
  • Tingkatan kedua,tingkatan sabar;baik karena Allah atau karena tuntutan kemanusiaan.
  • Tingkatan ketiga,tingkatan ridha.Ia lebih tinggi dari tingkatan sabar.
  • Tingkatan keempat,tingkatan syukur.Ia lebih tinggi daripada tingkatan ridha,karena seseorang menganggap musibah itu sebagai nikmat,kemudian ia bersyukur karenanya.

*Bagian ketiga,yang disebabkan karena manusia sesamanya,maka baginya keempat tingkatan diatas plus empat tingkatan di bawah ini;

=Tingkatan pertama,tingkatan pemberian ma’af.

=Tingkatan kedua,tingkatan kebersihan hati dari keinginan untuk balas dendam.

=Tingkatan ketiga,tingkatan mengakui takdir.

=Tingkatan keempat,tingkatan berbuat baik kepada orang yang berbuat kepadanya,dan membalas kejahatannya dengan perbuatan baik anda.Pada tingkatan ini terdapat banyak manfaat dan keuntungan yang tidak diketahui siapa pun kecuali oleh Allah.Jika seorang hamba kehilangan tingkatan tinggi ini,maka ia tidak rela dirinya menerima tingkatan yang lebih rendah dan bawah.

 

BAB KEEMPAT BELAS:SABAR YANG PALING SULIT BAGI JIWA

 

Dalam Al-Musnad dan lain-lainnya disebutkan dari Nabi Nuhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Tuhanku merasa kagum terhadap seorang pemuda yang tidak ada penyimpangan padanya.”(Diriwayatkan Ahmad).

Oleh karena itu,kelompok-kelompok yang disebutkan dalam hadits bahwa bahwa Allah melindungi mereka di bawah naungan Arsy-Nya itu disebabkan karena kesempurnaan kesabaran mereka dan kesulitannya. Sesungguhnya kesabaran seorang penguasa ialah adil dalam pendistribusian kekayaan negara,keputusannya,keridhaannya dan emosinya.Kesabaran seorang pemuda ialah ibadah kepada Allah dan mekawan hawa nafsunya.Kesabaran seseorang ialah dengan ketekunannya di masjid.Kesabaran yang bersedekah terletak dalam merahasiakan sedekahnya dari orang yang lain.Kesabaran orang yang diajak berbuat mesum,padahal pihak pengajaknya dan jabatannya amat sempurna,kesabarannya dua orang yang saling mencintai karena Allah pada saat pertemuan dan perpisahan keduanya,dan kesabaran orang yang menangis karena takut kepada Allah dengan merahasiakannya dan tidak menampakkannya kepada manusia,itu semua adalah kesabaran yang paling sulit.

Oleh karena itu pula,sabar dari maksiat lisan dan kemaluan termasuk jenis sabar yang paling sulit,karena kuatnya dorongan kepada keduanya dan adanya kemudahan kepada keduanya.Oleh karena itu,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Mu’adz,

“Jagalah lisanmu.” Mu’adz berkata,”Apakah kita dihukum karena apa yang kita katakan?”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Adakah yang menjungkir manusia di neraka kalau tidak karena lisan mereka.”(Diriwayatkan Ibnu Majah,At-Tirmidzi,dan Ahmad).

Apalagi jika kemaksiatan lisan sudah menjadi kebiasan bagi seseorang, maka bersabar darinya menjadi sangat sulit baginya.

 

BAB KELIMA BELAS: NASH-NASH AL-QUR’AN TENTANG SABAR

 

Imam Ahmad Rahimahullah berkata,”Allah Ta’ala mnyebut sabar di dalam Al-Qur’an di sembilan puluh tempat.Kami sebutkan jenis-jenis redaksi bahasa sabar;

  • Pertama,perintah untuk bersabar,seperti firman Allah Ta’ala,

“Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan Allah.”(An-Nahl:127).

“Dan bersabarlah terhadap hukum Tuhanmu,sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami.”(Ath-Thur:48).

  • Kedua,larangan dari hal-hal yang berlawanan dengan sabar, seperti firman Allah Ta’ala,

“Janganlah kamu minta disegerakan(adzab) bagi mereka.”(Al-Ahqaf:35).

“Dan janganlah kalian lemah dan bersedih hati.”(Ali Imran:139)

“Dan janganlah kamu seperti orang(Yunus) yang berada dalam perut ikan.”(Al-Qalam:48).

Semua hal-hal diatas adalah hal-hal yang dilarang dan ia berlawanan dengan sifat sabar yang diperintahkan.

  • Ketiga,keterkaitan keberuntungan dengan sifat sabar,seperti firman Allah Ta’ala,

“Hai orang-orang yang beriman,bersabarlah kalian,dan mushabarahlah dan murabathahlah kalian dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.”(Ali Imran:200).

  • Keempat,pemberitaan tentang berlipatgandanya pahala orang-orang yang sabar daripada orang lain,seperti firman Allah Ta’ala,

“Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka,” (Al-Qashash:54)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(Az-Zumar:10).

  • Kelima,keterkaitan kepemimpinan dalam agama dengan sifat sabar dan yakin.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar,dan mereka yakin terhadap ayat-ayat Kami.”(As-Sajdah:24)

Jadi dengan sabar dan yakin,kepemimpinan dalam agama didapatkan.

  • Keenam,kemenangan orang-orang yang sabar dengan penyertaan Allah kepada mereka.Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Al-Baqarah:153).

Abu Ali Ad-Daqqaq,”Orang-orang yang sabar beruntung dengan kemuliaan dunia dan akhirat,karena mereka mendapatkan penyertaan Allah.”

  • Ketujuh,Allah mengumpulkan tiga hal bagi orang-orang yang sabar dan ketiga hal tersebut tidak diberikan kepada selain mereka,yaitu shalawat Allah atas mereka,rahmat-Nya kepada mereka,dan petunjuk-Nya kepada mereka.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan sampaikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun”.Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan(shalawat) dari Tuhan mereka dan rahmat,dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(Al-Baqarah:155-157).

Sebagian generasi salaf merasa terhibur dengan musibah yang menimpanya.Ia berkata,”Kenapa aku tidak bersabar,padahal Allah telah berjanji akan memberi tiga hal kepadaku dan satu dari ketiga hal tersebut lebih baik daripada dunia dan seisinya?”

 

  • Kedelapan,Allah menjadikan sabar sebagai penolong,bekal,dan memerintahkan orang-orang beriman berbekal dengannya.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian,”(Al-Baqarah:45).

Maka barangsiapa tidak bersabar,maka tidak ada pertolongan baginya.

  • Kesembilan,Allah mengkaitkan kemenangan dengan sabar dan takwa.Allah Ta’ala berfirman,

“Ya(cukup),jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan tiba-tiba,niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.”(Ali Imran:125).

Oleh karena itu,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Dan ketahuilah,bahwa kemenangan itu bersama dengan sabar.” (Diriwayatkan Ahmad).

  • Kesepuluh,Allah Ta’ala menjadikan sabar dan takwa sebagai benteng kokoh dari tipu daya dan makar syetan.Allah Ta’ala berfirman,

“Jika kalian bersabar dan bertakwa,niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan bahaya kepada kalian.” (Ali Imran:120).

  • Kesebelas,Allah Ta’ala menjelaskan,bahwa para Malaikat-Nya memberi salam kepada orang-orang sabar di surga karena kesabaran mereka,seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Dan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengatakan),’Kesejahteraan atas kalian karena kesabaran kalian,maka alangkah baiknya tempat kesudahan ini’.”(Ar-Ra’du:23-24).

  • Kedua belas,Allah Ta’ala membolehkan orang-orang yang sabar untuk membalas atas perlakuan yang mereka terima,kemudian

Allah menegaskan bahwa kesabaran mereka itu lebih baik bagi mereka.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan jika memberi balasan,maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian,akan tetapi jika kalian bersabar,maka sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”(An-Nahl:126).

  • Ketiga belas,Allah Ta’ala mengkaitkan ampunan dan pahala yang besar dengan sabar dan amal shalih.Allah Ta’ala berfirman,

“Kecuali orang-orang yang sabar(terhadap musibah) dan mengerjakan amal-amal shalih,maka mereka itu memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”(Huud:11).

  • Keempat balas,Allah Ta’ala menjadikan sabar terhadap musibah sebagai sifat yang paling utama dan mulia,Allah Ta’ala berfirman,

“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan,sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”(Asy-Syura:43)’

Luqman berkata kepada anaknya,

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan perbuatan yang baik,dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.”(Luqman:17).

  • Kelima belas,Allah Ta’ala menjanjikan kemenangan dan kejayaan kepada orang-orang beriman.Allah juga menjelaskan,bahwa mereka mendapat kemenangan karena kesabaran mereka.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik kepada Bani Israil disebabkan kesabaran mereka.”(Al-A’raf:137).

  • Keenam belas,Allah Ta’ala mengkaitkan kecintaan-Nya dengan sabar dan memberikan kecintaan-Nya kepada orang-orang yang sabar.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa.Mereka tidak menjadi lemah karena musibah yang menimpa mereka di jalan Allah,dan tidak lesu,dan tidak menyerah,Allah mencintai orang-orang yang sabar.”(Ali Imran:146).

  • Ketujuh belas,Allah Ta’ala menjelaskan tentang sifat-sifat yang baik dan menjelaskan bahwa sifat-sifat tersebut tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang yang sabar di dalam dua tempat dalam Kitab-Nya; dalam surat Al-Qashash tentang kisah Qarun dan bahwa orang-orang yang diberi ilmu berkata kepada orang-orang yang ingin mendapatkan seperti yang diterima Qarun,

“Kecelakaan yang besar bagi kalian,pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih,dan tidak diperoleh pahala tersebut,kecuali oleh orang-orang yang sabar.” (Al-Qashash:80).

Di dalam surat Fushshilat,Allah memerintahkan hamba-Nya membalas kejahatan dengan sikap yang lebih baik.Jika hal tersebut ia lakukan,maka musuhnya menjadi teman yang akrab dengannya.Allah Ta’ala berfirman,

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fushshilat:35).

  • Kedelapan belas, Allah Ta’ala menjelaskan,bahwa orang-orang yang bisa mengambil faidah dari ayat-ayat-Nya ialah orang-orang yang sabar dan orang-orang yang bersyukur.Allah Ta’ala berfirman,

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di atas laut dengan nikmat Allah,supaya diperlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya,sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (Luqman:31).

  • Kesembilan belas, Allah Ta’ala menyanjung hamba-Nya.Ayyub dengan sanjungan yang sangat indah karena kesabarannya.Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya Kami dapati dia(Ayyub) seorang yang sabar,dialah sebaik-baik hamba,sesungguhnya dia amat taat.”(Shaad:44).

Pada ayat di atas,Allah menamakan Ayyub sebagai sebaik-baik orang,karena Dia mendapatinya bersabar.Ini menunjukkan,bahwa barangsiapa tidak sabar ketika diuji,maka ia seburuk-buruk orang.

  • Keduapuluh,Allah Ta’ala memvonis rugi bagi semua orang yang tidak beriman dan tidak termasuk orang yang benar dan sabar.Ini menandakan bahwa orang yang tidak termasuk kelompok yang benar dan bersabar itu tidak mendapatkan keberuntungan.

“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih,dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran,dan nasihat menasihat supaya menetapi kesabaran.”

(Al-Ashr;1-3).

 

  • Keduapuluh satu,Allah Ta’ala menamakan golongan kanan adalah orang-orang yang sabar dan berkasih sayang.Mereka berdiri kokoh di atas landasan kedua pilar tersebut dan mewasiatkannya kepada orang lain.Allah Ta’ala berfirman.

“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling menasihati untuk bersabar dan saling menasihati untuk berkasih sayang.Mereka adalah golongan kanan.”(Al-Balad:17-18).

  • Keduapuluh dua, Allah Ta’ala menggabungkan sabar dengan rukun-rukun Islam dan tingkatan-tingkatan iman.Misalnya Allah menggabungkan sabar dengan shalat,seperti dalam firman-Nya,

“Jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kalian.”(Al-Baqarah:45).

Atau Allah menggabungkan sabar dengan amal-amal yang shalih secara umum,seperti dalam firman-Nya.

“Kecuali orang-orang yang sabar dan mengerjakan amal-amal yang shalih.”(Huud:11).

Allah menjadikan sabar sebagai pasangan takwa,seperti disebutkan dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar.”(Yusuf:90).

Atau Allah menjadikan sabar sebagai pasangan syukur,seperti dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar lagi banyak bersyukur.”(Ibrahim:5,Luqman:31,Saba’:19,dan Asy-Syura:33).

Atau Allah menjadikan sabar sebagai pasangan kebenaran,seperti dalam firman-Nya,

“Dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran,dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”(Al-Ashr:3).

Atau Allah menjadikan sabar pasangan kasih sayang,seperti dalam firman-Nya,

“Dan saling menasihati untuk bersabar dan saling menasihati untuk berkasih sayang.”(Al-Balad:17).

Atau Allah menjadikan sabar sebagai pasangan keyakinan,seperti dalam firman-Nya,

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petuinjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar,dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(As-Sajdah:24).

Allah juga menjadikan sabar sebagai pasangan kejujuran,sepert dalam firman-Nya,

“Dan laki-laki yang jujur dan wanita-wanita yang jujur,dan laki-laki yang sabar dan wanita-wanita yang sabar.”(Al-Ahzab:35).

Selain itu, Allah menjadikan sabar sebagai penyebab kecintaan-Nya,penyertaan-Nya,pertolongan-Nya,bantuan-Nya,dan balasan-Nya yang baik. Itu semua sudah cukup sebagai sebuah kemuliaan dan keistimewaan, wallahu a’lam.

 

BAB KEENAM BELAS: NASH-NASH SUNNAH TENTANG SABAR

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu,bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya sabar itu pada awal terjadinya musibah.”

Bahwa dalam hadits ini terdapat banyak ilmu;

Pertama,kewajiban bersabar terhadap musibah dan bahwa itu adalah takwa yang diperintahkan kepada seorang hamba.

Kedua,amar ma’ruf dan nahi mungkar,dan bahwa kesulitan musibah dan kedahsyatannya tidak menggugurkan status seseorang sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi mungkar.

Ketiga,amar ma’ruf dan nahi mungkar harus dilakukan secara berulang-ulang hingga seseorang mempunyai alasan ketika menghadap Tuhannya.

Dalam Abu Daud mngenai hadits dari Ummu Salamah yang berkata,bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Jika musibah menimpa salah seorang dari kalian,maka hendakah  ia berkata,’Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun.Ya,Allah, aku mengharap keridhaan di sisi-Mu dari musibah ini,maka berilah aku pahala di dalamnya,dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya’.Ketika Abu Salamah hendak meninggal dunia,ia berdoa,’Ya Allah berilah ganti di keluargaku yang lebih baik daripadaku’.Ketika Abu Salamah meninggal dunia,Ummu Salamah berkata,”Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun.Aku mengharap keridhaan di sisi Allah atas mjusibahku ini.” (Diriwayatkan Abu Daud).

Lihatlah hasil dari sabar,mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raajiun,mematuhi Rasul,ridha dengan Allah membuat Ummu Salamah menikah dengan manusia paling mulia di sisi Allah.

Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu  Anhu,bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Allah Ta’ala berfirman,’Jika Aku menguji hamba-Ku dengan orang yang dicintainya,kemudian ia bersabar,maka Aku menggantinya dengan surga.”(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim juga disebutkan hadits dari Az-Zuhri dari Urwah dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata,bahwa Rasulullah Shallallahu Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tiadalah satu musibah yang menimpa seorang Muslim,melainkan dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahannya hingga duri yang mengenainya.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim juga disebutkan hadits dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Tiadalah seorang Muslim menderita kelelahan, sakit, kegalauan, kesedihan,siksaan,gelisah hingga duri yang mengenainya melainkan Allah menghapus dengannya dosa-dosanya,” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam Shahih Muslim disebutkan hadits dari Aisyah Radhiyallahu Anha dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Seorang Mukmin tidak terkena duri dan yang lebih besar dari duri kecuali dengannya Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapus darinya satu kesalahan,”(Diriwayatkan Muslim).

Dalam Al-Musnad disebutkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Tidaklah musibah senantiasa mendera seorang Mukmin dan Mukminah dalam tubuhnya,hartanya,dan anaknya melainkan ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” (Diriwayatkan Ahmad).

Disebutkan dalam mursal Al-Hasan Al-Basri dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Sesungguhnya Allah pasti menghapus seluruh dosa-dosa dari seorang Mukmin dengan demam semalam.”

Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda,

“Sesungguhnya demam itu merontokkan dosa-dosa sebagaimana pohon merontokkan daun-daunnya.”

 

BAB KETUJUH BELAS :

ATSAR-ATSAR DARI PARA SAHABAAT,DAN TABI’IN

TENTANG KEUTAMAAN SABAR

 

Imam Ahmad berkata,bahwa berkata kepada kami Abu Muawiyah yang berkata,bahwa berkata kepada kami Al-A’masy dari Mujahid yang berkata,bahwa Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata,

“Kami mendapatkan kebaikan hidup kami dengan bersabar.”

Umar bin Khaththab berkata,”Kehidupan yang terbaik kami dapatkan dengan sabar,jika sabar itu berasal dari seseorang,pasti ia tergolong orang dermawan,”

Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berkata,”Ketahuilah,bahwa posisi sabar bagi iman adalah seperti posisi kepala bagi tubuh.Jika kepala terputus,maka matilah badan.”Kemudian ia meninggikan suaranya,”Ketahuilah,bahwa tidak beriman orang yang tidak bersabar.”

Al-Hasan berkata,”Sabar adalah anugerah yang tidak habis-habisnya.”

Sulaiman bin Al-Qasim berkata,”Setiap amal perbuatan,maka pahalanya bisa diketahui kecuali sabar,karena Allah Ta’ala telah berfirman,’Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’(Az-Zumar:10).Sabar itu seperti air yang mengalir deras.

 

BAB KEDELAPAN BELAS :

MASALAH-MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSIBAH;

MENANGIS,MERATAP,MEROBEK BAJU,DAN LAIN SEBAGAINYA

 

Menangisi Mayit

Madzhab Ahmad dan Abu Hanifah membolehkan menangisi mayit sebelum kematiannya dan sesudahnya.

Imam Syafi’i dan sebagian besar sahabat-sahabatnya memandangnya makruh menangisi mayit setelah kematiannya dan memberi keringanan sebelum ruh keluar dari si mayit.Mereka berhujjah dengan hadits Jabir bin Atik,

“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjenguk Abdullah bin Tsabit dan mendapatinya dalam keadaan kritis.Beliau memanggilnya,namun ia tidak memberi jawaban,lalu beliau mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raajiun.Beliau berkata,”Kami kalah olehmu wahai Abu Ar-Rabi’.”Para wanita pun menjerit dan menangis,kemudian Ibnu Atik memerintahkan mereka diam. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam b ersabda,”Biarkan mereka.Jika ia telah wajib,maka janganlah kalian menangis lagi.” Oranhg-orang berkata,”Apa yang dimaksud dengan wajib,wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Kematian.”(Diriwayatkan Abu Daud dan An-Nasai).

Meratapi Mayit

Ibnu Abdul Bar berkata,”Para ulama telah mengadakan ijma’ bahwa meratap itu tidak boleh bagi laki-laki dan wanita.”

Disebutkan dalam Shahih Muslim hadits dari Abu Malik Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda,

“Ada empat perkara dalam umatku yang merupakan perkara jahiliyah yang belum mereka tinggalkan;berbangga diri dengan keturunan,mencela nasab,meminta air kepada bintang,dan meratap.” Beliau juga bersabda,”Wanita yang meratap,jika ia tidak bertaubat sebelum meninggal dunia,maka ia dibangkitkan pada hari kiamat dengan memakai jubah dari ter dan baju besi dari kulit.” (Diriwayatkan Muslim).

Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu,bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Bukan termasuk golongan kami orang yang memukul pipi,merobek baju,dan mengatakan ucapan jahiliyah.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

 

 

BAB KESEMBILAN BELAS:

SABAR ADALAH SEPAROH IMAN

 

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata,”Iman adalah dua paroh;separoh sabar dan separoh syukur.Oleh karena itu,Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatukan sabar dan syukur dalam surat Ibrahim:5,Asy-Syura:33,Aba’:19,dan Luqman:31,

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur.”

Ada beberapa alasan mengenai pembagian tersebut;

  • Pertama,bahwa iman adalah kata yang menghimpun perkataan, perbuatan,dan niat.Ia kembali kepada dua paroh;mengerjakan dan meninggalkan.Mengerjakan adalah melakukan ketaatan kepada Allah.Itulah hakikat syukur.Dan meninggalkan ialah bersabar dari maksiat.Sedang agama,maka ia dalam dua hal ini;mngerjakan hal-hal yang diperintahkan,dan meninggalkan hal-hal yang dilarang.
  • Kedua, bahwa iman dibangun di atas dua pilar;keyakinan dan kesabaran.Kedua pilar tersebut disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar, dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(As-Sajdah:24).

  • Ketiga, bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan.Perkataan adalah mencakup perkataan hati dan lisan,dan perbuatan ialah mencakup perbuatan hati dan anggota badan.Barangsiapa mengenal Allah dengan hatinya,dan tidak mengakui dengan lisannya,maka ia tidak dikatakan orang beriman,seperti difirmankan Allah tentang kaumnya Fir’aun,

“Dan mereka mengingkarinya karena kedzaliman dan kesombongan(mereka),padahal mereka meyakininya.”(An-Naml:14).

Begitu juga orang yang lisannya mengatakan apa yang tidak ada dalam hatinya,ia juga tidak dinamakan orang beriman,hingga ia melakukan pekerjaan hati yaitu cinta,marah,setia,dan memusuhi, mencintai Allah dan Rasul-Nya,setia kepada wali-wali Allah dan memusuhi musuh-musuh-Nya,menyerahkan diri dengan hatinya kepada Allah saja,iitiba’ kepada Rasul-Nya,taat kepadanya,dan konsisten dengan syariat-Nya secara lahir dan batin.Jika ia mengerjakan itu semua,keimanannya tidak sempurna hingga ia mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepadanya.Jadi iman menjadi dua paroh;Pertama,sabar.Kedua hasil dari kesabaran yaitu ilmu dan amal perbuatan.\

  • Keempat, bahwa jiwa mempunyai dua kekuatan;kekuatan untuk maju(ofensif) dan kekuatan untuk menghadang(defensif).Jiwa selalu berputar pada kedua kekuatan tersebut.Ia maju terhadap apa yang disukainya,dan menolak apa saja yang tidak disukainya.Sementara itu,agama itu secara keseluruhan adalah maju dan mundur.Maju pada ketaatan,dan mundur dari maksiat kepada Allah.Dan masing-masing dari keduanya tidak dapat diperoleh kecuali dengan sabar.
  • Kelima, agama secara umum adalah berharap dan cemas.Orang Mukmin adalah orang yang cinta dan benci.Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam kebaikan-kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.”(Al-Anbiya’:90).

Jadi Anda tidak melihat seorang Mukmin,melainkan dia orang yang berharap dan cemas.Berharap dan cemas ini tidak bisa tegak kecuali di atas batang sabar.Harapan itu membawa orang Mukmin kepada sabar, dan kecemasannya menghusungnya kepada syukur.

  • Keenam, sesungguhnya apa saja yang dikerjakan seorang hamba di dunia tidak keluar dari apa yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat,atau apa yang merugikannya di dunia dan akhirat, bermanfaat baginya di salah satu negeri,dan merugikannya di negeri satunya.Jadi mengerjakan apa saja yang  bermanfaat baginya adalah syukur,dan meninggalkan apa saja yang merugikannya adalah sabar.
  • Ketujuh, bahwa seseorang tidak terlepas dari perintah yang harus ia kerjakan,larangan yang harus ia tinggalkan,dan takdir yang terjadi padanya.Kewajibannya terhadap tiga hal tersebut ialah bersabar dan bersyukur. Jadi mengerjakan apa saja yang diperintahkan adalah syukur.Meninggalkan apa saja yang dilarang adalah bersabar dan terhadap takdir adalah sabar.
  • Kedelapan, sesungguhnya dalam diri seorang hamba terdapat dua penyeru;penyeru yang mengajaknya kepada dunia, syahwatnya, dan kelezatannya, dan penyeru yang mengajaknya kepada Allah, negeri akhirat,dan apa saja yang telah disiapkan Allah di dalamnya berupa kenikmatan yang abadi. Jadi ketidakpatuhannya terhadap penyeru syahwat dan hawa nafsu adalah sabar,dan responnya kepada penyeru Allah dan negeri akhirat adalah syukur.
  • Kesembilan, sesungguhnya agama,porosnya adalah dua hal; tekad dan tegar.Keduanya adalah dua prinsip yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad,dan An-Nasai dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Ya Allah,aku memohon kepadamu ketegaran dalam perintah,

dan tekad kuat dalam petunjuk.”(Diriwayatkan Ahmad dan An-Nasai).

Akar syukur ialah tekad yang benar,dan akar sabar ialah kekuatan ketegaran.Jika seorang hamba didukung dengan tekad kuat dan tegar,sungguh ia telah didukung dengan pertolongan dan petunjuk.

  • Kesepuluh, sesungguhnya agama itu dibangun di atas dua landasan;kebenaran dan kesabaran.Keduanya telah disebutkan Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

“Dan nasihat menasihat supaya mentaati kebenaran, dan nasihat menasihati menetapi kesabaran.”(Al-Ashr:3).

Karena yang dituntut pada seorang hamba adalah merealisir kebenaran pada dirinya dan orang lain,maka itulah hakikat syukur, dan tidak mampu melaksanakannya dengan optimal kecuali dengan bersabar terhadapnya.Jadi sabar adalah separoh iman,wallahua’lam.

 

 

BAB KEDUA PULUH:

PERBEDAAN PENDAPAT MANUSIA TENTANG MANA YANG

LEBIH BAIK ANTARA SABAR DENGAN SYUKUR

 

Abu Al-Faraj bin Al-Jauzi berkata,ada tiga pendapat dalam hal ini;Pertama,sabar lebih baik daripada syukur.Kedua,syukur lebih baik daripada sabar.Ketiga,keduanya sama,seperti dikatakan Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu, “Seandainya sabar dan syukur itu dua unta,maka aku tidak peduli mana diantara keduanya yang aku naiki.”

 

BAB KEDUA PULUH SATU:

PEMBAHASAN TENTANG KEDUA KELOMPOK  DAN KATA PEMUNGKAS TENTANG KEDUANYA

 

Syukur seorang hamba berputar di atas tiga tiang dan ia tidak dinamakan orang yang bersyukur melainkan dengan ketiga tiang tersebut ;Pertama,pengakuannya akan nikmat Allah padanya.Kedua, sanjungannya kepada Allah atas nikmat tersebut.Ketiga,menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan-Nya

Ada yang berkata,syukur ialah mengetahui ketidakmampuan diri untuk melakukan syukur.Ada yang berkata,syukur ialah mengerahkan segenap tenaga dalam mentaati Allah.

Jika telah dipahami,bahwa kekayaan dan kemiskinan,sakit dan kesehatan adalah ujian dan cobaan dari Allah kepada hamba-Nya, dan bahwa dengan itu semua,Allah menguji kesabaran hamba dan kesyukurannya,maka bisa diketahui,bahwa sabar dan syukur ialah pemberian iman,iman tidak dibangun kecuali di atas keduanya,setiap orang Mukmin harus memiliki salah satu dari keduanya,dan masing-masing dari keduanya adalah lebih baik dari yang lain pada tempatnya masing-masing.Sabar pada tempatnya adalah lebih baik dari syukur,dan syukur pada tempatnya adalah lebih baik dari sabar.

Jiwa itu mempunyai dua kekuatan;Pertama,kekuatan sabar,menahan dan mengendalikan diri.Kedua, kekuatan memberi,mengerjakan kebaikan,dan keinginan mengerjakan apa saja yang membuat dirinya sempurna

Manusia dalam hal ini terbagi ke dalam empat tingkatan;manusia yang paling tinggi tingkatannya ialah orang yang terkumpul padanya kedua kekuatan di atas dan manusia yang paling rendah tingkatannya ialah yang tidak memiliki kedua kekuatan tersebut.Di antara manusia,ada orang yang kesabarannya lebih sempurna daripada kekuatan mengerjakan perbuatan yang baik,dan memberi.Dan di antara manusia ada orang yang sebaliknya.

 

BAB KEDUA PULUH DUA :

PERBEDAAN PENDAPAT MANUSIA TENTANG MANA YANG LEBIH BAIK ANTARA ORANG KAYA YANG BERSYUKUR DENGAN ORANG MISKIN YANG BERSABAR,DAN PENDAPAT YANG BENAR DALAM MASALAH INI

 

Permasalan inilah yang seringkali diperdebatkan antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin.Masing-masing kelompok berhujjah terhdap kelompok lain dengan dalil yang tidak bisa ditolak;dari Al-Qur’an,Sunnah,atsar,dan ibrah.

Firman Allah Ta’ala,

“Mereka itulah yang dibalasi dengan martabat yang tinggi karena kesabaran mereka.” (Al-Furqan:75).

Muhammad bin Ali bin Al-Husain berkata,”Yang dimaksud dengan kata al-ghurfah pada ayat diatas ialah surga karena kesabaran mereka terhadap kemiskinan di dunia.”

Al-Qur’an juga menyebutkan pahala bagi orang-orang yang bersyukur,

“Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(Ali Imran:145).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang permasalan ini,ia menjawab,”Banyak ulama khalaf berbeda pendapat mengenai orang kaya yang bersyukur dan orang miskin yang sabar,manakah yang paling baik di antara keduanya? Sekelompok ulama dan hamba-hamba Allah memilih orang yang kaya yang bersyukur lebih baik daripada orang miskin yang sabar dan sekelompok ulama dan hamba-hamba Allah lainnya memilih orang miskin yang sabar lebih baik daripada orang kaya yang bersyukur. Kelompok ketiga berkata,masing-masing kelompok tidak memiliki kelebihan atas kelompok lainnya kecuali dengan takwa. Jika iman dan takwa kedua kelompok sama,maka keduanya sama-sama terbaik.”Kata Ibnu Taimiyah lebih lanjut,”Pendapat terakhir inilah yang paling benar,karena nash-nash Al-Kitab dan Sunnah menyatakan,bahwa kelebihan itu dengan iman dan takwa.Allah Ta’ala berfirman,

“Jika ia kaya atau miskin,maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.” (An-Nisa’:135).

 

BAB KEDUA PULUH TIGA:

HUJJAH ORANG-ORANG MISKIN DARI AL-QUR,AN, SUNNAH, ATSAR, DAN , IBRAH

 

Orang-orang miskin berkata,Allah Subhanahu wa a’ala tidak menyebutkan orang kaya,dan harta di dalam Al-Aqur’an kecuali dalam salah satu dari konteks-konteks berikut;

  • Pertama, konteks mencela,seperti firman Allah Ta’ala,

“Ketahuilah,sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena ia melihat dirinya serba cukup.”(Al-Alaq:6-7).

  • Kedua, Allah menyebutnya dalam konteks ujian dan cobaan,

“Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah cobaan, di sisi Allah-lah pahala yang besar.”(At-Taghabun:15).

  • Ketiga, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan,bahwa harta dan anak-anak sedikit pun tidak mendekatkan pemiliknya kepada-Nya dan yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya dan yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya hanyalah iman dan amal perbuatan yang shalih,

“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada Kami sedikit pun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih,mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan, dan mereka aman sentausa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (Saba’: 37).

  • Keempat, penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa dunia,orang kaya,dan harta dijadikan Allah sebagai kesenangan bagi orang yang tidak mendapatkan pahala di akhirat,dan bahwa akhirat Dia sediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka,sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai  mereka dengannya,dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.”(Thaha:131).

  • Kelima,Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyebutkan orang-orang yang mewah dan orang-orang kaya,melainkan dalam konteks mencela,seperti firman-Nya,

“Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.”(Al-Waqiah:45).

  • Keenam, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela pecinta harta.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan kalian memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan(yang halal dan yang batil).Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”(Al-Fajr:19-20

 

 

  • Ketujuh, sesungguhnya Allah Subhanahu Ta’ala mencela orang yang mengharapkan dunia,dan harta yang banyak di dunia.Sebaliknya,Dia memuji orang yang berbeda dengan mereka dan menentang mereka.Allah Ta’ala berfirman tentang orang paling kaya(Qarun) pada zamannya,

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya, berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, ’Semoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang diberikan kepada Qarun,sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntunghan yang besar.’ Berkatalah orang-orang yang dianugerahi imu, ‘Kecelakaan yang besar bagi kalian,pahala  Allah itu lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala tersebut kecuali oleh orang-orang yang sabar’.”(Al-Qashash:79-80).

  • Kedelapan, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menolak asumsi orang bahwa kemuliaan itu dengan harta yang dibutuhkan sebagai modal untuk menduduki kursi kerajaan.Allah Ta’ala berfirman,

“Nabi mereka berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja.’ Mereka menjawab, ‘Bagaimana Thalut memerintah kami,padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripada dia, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak.’ (Nabi mereka) berkata,’Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’” (Al-Baqarah:147).

Pada ayat di atas, Allah menolak perkataan mereka dan menjelaskan bahwa kemuliaan itu tidak dengan harta seperti yang mereka asumsikan,namun dengan ilmu.Allah berfirman,

“Katakanlah,’Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,hendaklah dengan itu mereka bergembira.Karunia Allah dan rahmat-Nya  itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(Yunus:58).

Karunia Allah dan rahmat-Nya ialah ilmu,iman, dan Al-Qur’an,sedang apa yang mereka kumpulkan ialah harta bunda dan sarana-sarananya .

  • Kesembilan,sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa persaingan dalam mengumpulkan harta,dan lain sebagainya adalah melalaikan manusia dan melupakan mereka dari negeri akhirat dan persiapan untuknya.Allah juga mengancam perbuatan tersebut.Allah Ta’ala berfirman,

“Bermegah-megahan telah melalaikan kalian.Sampai kalian masuk ke dalam kubur.Janganlah begitu,kelak kalian akan mengetahui.Janganlah begitu,jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.”(At-Takatsur:1-4)

 

BAB KEDUA PULUH EMPAT :

HUJJAH ORANG-ORANG KAYA DARI AL-QUR’AN,SUNNAH ,ATSAR DAN IBRAH

 

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Kitab-Nya memuji banyak sekali amal perbuatan,dan menyanjung para pelakunya. Kesemua amal perbuatan tersebut tidak terjadi kecuali pada orang kaya seperti zakat, berinfak di pos-pos kebaikan, jihad di jalan Allah dengan   kekayaan, mempersiapkan perbekalan pasukan, membantu orang yang membutuhkan, memerdekakan budak, memberi makan pada saat paceklik terjadi.

Orang-orang kaya berkata, kekayaan dengan syukur adalah tambahan karunia dan rahmat.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar.”(Al-Baqarah:105).

Disebutkan dalam Shahih Ibnu Khuzaimah hadits dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyebutkan tentang bulan Ramadhan,kemudian beliau bersabda,

“Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka itu adalah ampunan bagi dosa-dosanya, dan membebaskan lehernya dari neraka, serta ia mendapatkan pahala sebesar pahalanya (orang yang berpuasa) tanpa mengurangi sedikit pun dari pahalanya.”

Jadi orang kaya yang bersyukur mendapatkan pahala puasanya, dan pahala sebesar pahala orang yang berpuasa yang ia beri makan untuk berbuka puasa.

Diriwayatkan An-Nadhr bin Syamil dari Qurrah, dari Sa’id bin Al-Musayyib yang berkata,bahwa ia berkata dari Umar bin Khaththab yang berkata,”Dikisahkan, bahwa amal-amal shalih saling membanggakan dirinya.Sedekah berkata, “Akulah yang terbaik dari kalian (amal-amal shalih yang lain).”

Orang-orang kaya berkata, sedekah adalah pembenteng seseorang dari neraka, dan orang yang bersedekah dengan diam-diam pada hari kiamat berteduh dengan sedekahnya di bawah naungan Allah.

Amr bin Al-Harits dan Yazid bin Abu Habib meriwayatkan dari Abu Al-Khair dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya sedekah itu pasti mematikan panasnya kubur bagi penghuninya, dan sesungguhnya seorang Mukmin pada hari Kiamat berteduh di bawah naungan sedekahnya.”

Disebutkan dalam hadits Mu’adz dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Dan sedekah itu mematikan kesalahan sebagaimana air mematikan api.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi,Ibnu Majah dan Ahmad).

Al-Baihaqi meriwayatkan hadits dari Abu Yusuf Al-Qadhi dari Al-Mukhtar bin Fulful dari Anas dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Bersegeralah melakukan sedekah,karena musibah itu tidak bisa melewati sedekah,”

 

BAB KEDUA PULUH LIMA:

HAL-HAL YANG BERTENTANGAN DENGAN SABAR

 

Karena sabar ialah menahan lisan dari mengadu kepada selain Allah, menahan hati dari marah,dan menahan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-robek baju,dan lain sebagainya,maka apa saja yang bertentangan dengan sabar juga terjadi pada ketiga bagian diatas.

Diriwayatkan dalam atsar,bahwa orang sakit,jika ia memulai dengan memuji Allah kemudian ia menceritakan keadaan dirinya,maka itu tidak dikatakan mengeluh.

Imam Ahmad berkata,bahwa berkata kepada kami Kahmas dari Abdullah bin Syaqiq yang berkata,bahwa Ka’ab Al-Ahbar berkata, ”Sesungguhnya di antara perbuatan yang baik ialah membersihkan pembicaraan dan di antara perbuatan yang buruk ialah tahdzif.” Ditanyakan kepada Abdullah, “Apa yang dimaksud dengan membersihkan pembicaraan?” Abdullah menjawab,”Yaitu ucapan subhanahu wa bihamdihi di sela-sela pembicaraan.” Ditanyakan lagi ,”Apa yang dimaksud dengan tahszif” Abdullah menjawab,”Yaitu manusia pada suatu pagi berada dalam kebaikan.Namun ketika mereka ditanya,mereka menjawab bahwa tidak dalam kebaikan.”

Hammad bin Salamah berkata dari Ali bin Zaid dari Yusuf bin Mahran dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Apa saja yang berasal dari mata dan hati,maka itu berasal dari Allah dan rahmat.Apa saja yang berasal dari tangan dan lisan, maka berasal dari syetan.”(Diriwayatkan Ahmad).

Di hal-hal lain yang mencoreng sabar ialah memperlihatkan musibah,dan mebicarakannya.Merahasiakan musibah adalah akar kesabaran.

Hal lain yang bertentangan dengan sabar yaitu berkeluh kesah , yaitu sedih ketika mendapatkan musibah dan tidak memberi ketika mendapatkan nikmat.Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa musibah,ia berkeluh kesah.Dan apabila ia mendapatkan kebaikan,ia amat kikir.”(Al-Ma’arij:18-20).

 

BAB KEDUA PULUH ENAM:

MASUKNYA SABAR DAN SYUKUR KE DALAM SIFAT-SIFAT ALLAH DAN PENAMAAN ALLAH SEBAGAI DZAT YANG MAHA PENYABAR DAN MAHA MENSYUKURI

 

Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari  dan Shahih Muslim hadits dari Al-Masy dari Sa’id bin Jubair dari Abu Abdurrahman As-Sulami dari Abu Musa dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Tidak ada seorang pun yang lebih bersabar terhadap kata-kata menyakitkan yang didengarnya daripada Allah Azza wa Jalla. Mereka menuduh-Nya mempunyai anak,padahal Allah yang memberi mereka kesehatan dan rezki.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Di antara Nama-nama Allah yang agung ialah Ash-Shabur(Yang Mahasabar).Kata tersebut lebih sempurna daripada kata Ash-Shabir atau Ash-Shabbar.Kesabaran Allah Ta’ala tidaklah sama dengan kesabaran makhluk dan tidak bisa dibandingkan dengannya apa pun alasannya.Di antara perbedaannya,bahwa kesabaran Allah itu berasal dari kemampuan yang sempurna. Perbedaan lain bahwa Allah tidak mengkhawatirkan tidak mendapatkan bantuan.Sedang manusia, maka ketakutan membuatnya meminta bantuan.Perbedaan lain bahwa kesabaran-Nya tidak menimbulkan sakit,kesedihan,dan kekurangan.Kemunculan pengaruh Nama tersebut di dunia bisa dilihat oleh mata seperti kemunculan Nama-Nya yang lain yaitu Al-Halim(Yang Maha mengendalikan diri).

Perbedaan antara sabar dengan pengendalian diri(Al-Hilmu),ialah bahwa sabar adalah hasil dari pengendalian diri(Al-Hilmu).Bobot Al-Hilmu(pengendaliab diri) itu berbanding lurus dengan bobot sabar.Al-Hilmu dalam Sifat-sifat Allah Ta’ala lebih luas daripada sifat sabar. Oleh karena itu,Nama Allah yaitu Al-Halim(Yang Maha Mengendalikan diri) disebutkan di dalam Al-Qur’an tidak hanya dalam satu ayat. Dan juga karena saking luasnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menggabungkan Nama-Nya Al-Halim dengan Nama-Nya yang lain yaitu Al-Alim seperti dalam firman-Nya,

“Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengendalikan diri.” (Al-Ahzab:51).

“Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengendalikan diri.”(An-Nisa’:12).

Sesungguhnya manusia mengendalikan diri karena ketidaktahuannya dan memaafkan karena ketikdakmampuannya.Sedang Allah Ta’ala, Dia mengendalikan diri dengan kesempurnaan ilmu-Nya dan memaafkan dengan kesempurnaan kemampuannya.

Adapun kesabaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia terkait dengan kekafiran hamba-hamba-Nya, kesyirikan mereka, cacian mereka terhadap-Nya, berbagai macam maksiat mereka dan kejahatan mereka. Itu semua tidak membuat-Nya buru-buru menurunkan siksa kepada mereka, namun Dia bersabar terhadap hamba-Nya,memberi kelonggaran waktu kepada mereka,menyuruh mereka memperbaiki diri, bersikap lemah lembut kepada mereka, dan santun kepada mereka hingga ketika tidak tersisa pada-Nya tempat untuk bersikap diam, tidak tepat kalau Dia masih memberi kelonggaran waktu, bersikap lemah lembut, bersikap santun, dan hamba tersebut tidak bertaubat kepada Tuhannya serta menghadap kepada-Nya tidak dari pintu kebaikan dan nikmat, tidak pula dari pintu ujian dan musibah, maka Allah menyiksanya sebagai adzab dari Yang Mahaperkasa setelah sebelumnya memberi nasihat kepadanya dan mengajaknya kepada-Nya dari semua pintu.Ini semua adalah tuntutan sifat pengendalian diri Allah dan sifat tersebut adalah sifat asli Allah yang tidak hilang.

 

Adapun sabar, maka jika variabelnya telah hilang, maka ia sama seperti semua perbuatan-perbuatan yang ada karena keberadaan hikmah dan hilang karena hilangnya hikmah,maka renungkanlah hal ini!

Adapun penamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Asy-Syakur (Yang Maha Mensyukuri), maka ini disebutkan dalam hadits Abu Hurairah dan di dalam Al-Qur’an, Allah dinamakan Asy-Syakir(Yang Maha Mensyukuri).Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”(An-Nisa’:147).

“Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengendalikan Diri.”(At-Taghabun:17).

“Sesungguhnya ini adalah balasan untuk kalian dan usaha kalian adalah disyukuri.”(Al-Insan:17).

Pada ayat di atas, Allah menggabungkan untuk mereka dua hal; bahwa Allah mensyukuri(menerima) usaha mereka dan memberi balasan atas usaha mereka. Allah Ta’ala mensyukuri (menerima) hamba-Nya jika ia taat kepada-Nya dengan baik dan mengampuninya jika ia bertaubat kepada-Nya. Jadi Allah mengumpulkan dua hal untuk seorang hamba,yaitu syukur-Nya(penerimaan-Nya) karena kebaikannya, dan ampunan-Nya karena kejahatannya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri.

 

PENUTUP

Hai orang yang bertekad bepergian kepada Allah dan negeri akhirat,sungguh ilmu telah diangkat darimu, maka bersungguh-sungguhlah kepada-Nya dan jadikan perjalananmu itu di antara memperhatikan nikmat-nikmat-Nya dan mengakui kekurangan diri, dan amal perbuatan.Pengakuan akan nikmat dan dosa tidak menyisakan bagi orang yang berilmu selain kebaikan.

Apalah arti amal perbuatanmu, seandainya amal perbuatan tersebut diantar untuk dihapus dengan salah satu nikmat terendah yang diberikan kepadamu? Anda tergadaikan dengan mensyukurinya sejak nikmat tersebut diberikan kepada Anda.Apakah Anda memelihara nikmat tersebut dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya ketika nikmat tersebut berada dalam pengaturan Anda dan pengendalian kedua tangan Anda?

Maka bergantunglah kepada tali harapan dan masuklah dari pintu taubat dan amal shalih, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri!

=======================================================

NOKTAH NOKTAH DOSA

NOKTAH NOKTAH DOSA

(TERAPI PENYAKIT HATI)

[IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH]

SETIAP PENYAKIT ADA OBATNYA

Telah disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhary,dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan juga menurunkan penawar baginya.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menganggap kebodohan sebagai penyakit.Adapun penyembuhnya ialah bertanya kepada orang-orang yang berilmu.

AL-QUR’AN SEBAGAI 0BAT PENAWAR

Sebagaimana firman-Nya,

“Dan,Kami turunkan dari AL-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(Al-Ira’:82)

DOA ADALAH OBAT PENAWAR YANG PALING BERGUNA

Doa termasuk obat penawar yang paling berguna, karena doa itu  musuhnya musibah, yang dapat menolaknya,mencegah turunnya musibah dan menghilangkannya,atau minimal ia meringankan jika musibah itu benar-benar turun.Jadi doa merupakan senjata orang Mukmin. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Doa itu adalah senjata orang Mukmin,sendi agama dan cahaya langit dan bumi.” (Diriwayatkan Al-Hakim di dalam Shahih-nya,dari Ali bin Abu Thalib).

“Tidak ada yang dapat menolak qadar kecuali doa dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebajikan.Sesungguhnya seseorang benar-benar terhalang rezkinya karena dosa yang dilakukannya.”(Diriwayatkan Al-Hakim dari hadits Tsauban).

“Siapa yang tidak mau memohon kepada Allah,maka Allah murka kepadanya.” (Diriwayatkan Ibnu Majah dari hadits Abu Hurairah).

“Janganlah kalian menjadi lemah dalam berdoa,karena tidak ada seseorang yang binasa karena berdoa.”(Diriwayatkan Al-Hakim dari hadits Anas).

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang terus-menerus dalam berdoa.”(Al-Auza’y dari Az-Zuhry,dari Urwah,dari Aisyah Radhiyallahu Anha).

Hal-hal Yang Menghalangi Terkabulnya Doa

Di antara hal-hal yang dapat menghalangi rentetan pengaruh doa,ialah jika hamba menginginkan pengabulan dengan segera dan dia menganggap lambat pemenuhannya,lalu dia merasa letih,jemu dan akhirnya tidak mau berdoa lagi.Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Dikabulkan bagi seseorang di antara kalian selagi dia tidak terburu-buru,seraya berkata,’Aku sudah memanjatkan doa namun belum jua dikabukan bagiku,’” (Diriwayatkan Al-Bukhary di dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah).

WAKTU-WAKTU PENGABULAN DOA

Doa akan segera dikabulkan jika kehadiran hati,kebersamaan dan keyakinannya terhadap apa yang dipinta,dengan dipadukan dengan salah satu dari enam waktu pengabulan doa,yaitu:Sepertiga terakhir dari waktu malam, Ketika adzan, Antara adzan dan iqamah, Seusai shalat fardhu, Ketika imam naik ke atas mimbar pada hari Jum’at hingga usai shalat pada hari itu, Saat-saat terakhir sesudah shalat Ashar.

Hal ini dipadu lagi dengan kekhusyu’an di dalam hati, ketundukan di hadapan Allah serta merendahkan diri.Posisi orang yang berdoa menghadap ke arah kiblat, dalam keadaan bersuci, menengadahkan tangan ke atas, memulai dengan pujian kepada Allah, kemudian shalawat kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, menghaturkan kebutuhannya kepada ampunan Allah, kemudian mengulang-ulang permohonan kepada Allah, bergantung kepada-Nya,memanjatkan doa dengan rasa takut dan berharap, bertawasul dengan asma dan sifat-Nya.

Doa semacam ini hampir-hampir tak tertolak sama sekali.Apalagi jika doa yang dipanjatkan seperti yang dikabarkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,yang diyakini pengabulannya, atau jika doa itu mengandung salah satu asma’ Allah Yang agung.

BEBERAPA  DOA  MA’TSUR

Disebutkan di dalam As-Sunan dan Shahih Ibnu Hibban,dari hadits Abdullah bin Buraidah,dari ayahnya,bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah mendengar seseorang memanjatkan doa,

“Ya Allah,sesungguhnya aku memohon kepada-Mu,aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah yang tiada Ilah melainkan Engkau,Yang Maha Esa dan tempat meminta segala sesuatu,yang tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,yang tak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.” Lalu beliau bersabda,”Dia telah memohon kepada Allah dengan asma’,yang apabila dimohonkan dengannya,maka Dia memberi,dan jika dipanjatkn doa dengannya,maka Dia mengabulkan.” Dalam lafazh lain disebutkan,”Engkau telah memohon kepada Allah dengan asma’-Nya yang agung.”

Di dalam As-Sunan dan Shahih Ibnu Hibban juga disebutkan dari hadits Anas bin Malik,bahwa dia pernah bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sambil duduk, sementara ada seseorang yang mendirikan shalat,kemudian orang itu memanjatkan doa,

“Ya Allah,sesungguhnya aku memohon kepada-Mu bahwa segala puji bagi-Mu,yang tiada Ilah melainkan Engkau,Pemberi anugerah,Pencipta langit dan bumi,wahai Dzat yamg memiliki keagungan dan kemuliaan,wahai Yang Mahahidup dan yang senantiasa menangani urusan hamba.” Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Dia telah berdoa kepada Allah dengan asma’-Nya yang agung,yang apabila dipanjatkan doa dengannya,maka Dia mengabulkan,dan apabila dimohon dengannya,maka Dia memberi.”

Di dalam Musnad Al-Imam Ahmad dan Shahih Al-Hakim disebutkan dari hadits Abu Hurairah,Anas bin Malik dan Rabi’ah bin Amir,dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Terus-meneruslah membaca,’Ya Dzal-Jalaali wal-Ikraam’.”

 

 

Di dalam Jami’ At-Tirmidzy disebutkan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,bahwa jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam digelisahkan oleh suatu urusan,beliau menengadahkan muka ke langit,dan bersungguh-sungguh dalam berdoa,sembari mengucapkan, “Ya Hayyu ya Qayyuum”

Di sana juga disebutkan dari hadits Anas bin Malik,dia berkata,”Jika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam disusahkan suatu urusan,beliau mengucapkan,

“Wahai Yang Mahahidup,wahai Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya,dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan.”

Di dalam Jami’At-Tirmidzy dan Shahih Al-Hakim disebutkan dari hadits Sa’d bin Abu Waqqash, dari Nabi  Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Doa Dzun-Nun ketika dia berada di perut ikan paus ialah:’Tiada Ilah melainkan Engkau,Mahasuci  Engkau,sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.’ Sesungguhnya sekali-kali orang Muslim tidak berdoa dengannya tentang sesuatu melainkan Allah mengabulkan baginya.”

Siapa pun orang Muslim yang mengucapkan doa ini sebanyak empat puluh kali ketika dia sedang sakit,lalu dia meninggal dunia selagi masih sakit itu,maka dia akan diberi pahala layaknya orang mati syahid.Kalau pun dia sembuh,tentu dia akan sembuh dan dosanya diampuni.

Di  dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Ibnu Abbas,bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda ketika sedang kesusahan,

“Tiada Ilah melainkan Allah Yang Mahaagung dan Maha Penyantun,yang tiada Ilah melainkan Allah Rabb ‘Arsy yang agung,tiada Ilah melainkan Allah Rabb langit yang tujuh dan Rabb bumi serta Rabb ‘Arsy yang mulia.”

Di dalam Musnad Al-Imam Ahmad disebutkan dari hadits Ali bin Abu Thalib Radhjyallahu Anhu, dia berkata,”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajariku jika aku ditimpa kesusahan untuk mengatakan,

“Tiada Ilah melainkan Allah Yang Maha Penyantun lagi Mahamulia,Mahasuci Allah Rabb “Arsy yang agung,dan segala puji bagi Allah Rabbul-‘alamiin.”

Di dalam Musnad Al-Imam Ahmad juga disebutkan dari hadits Abdullah bin Mas’ud,dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sekali-kali tidaklah ada kekhawatiran dan ketakutan yang menimpa seseorang,lalu dia mengucapkan, ‘Ya  Allah,sesungguhnya aku adalah hamba-Mu,anak hamba-Mu,anak hamba-Mu yang wanita,ubun-ubunku ada di Tangan-Mu,hukum-Mu berlaku padaku, qadha’-Mu adil  padaku,aku memohon kepada-Mu ya Allah dengan segala nama yang menjadi milik-Mu,yang dengannya Engkau menamai diri-Mu,atau Engkau mengajarkannya kepada seseorang di antara makhluk-Mu,atau Engkau menurunkannya di dalam Kitab-Mu,atau Engkau tetapkan di dalam ilmu gaib di sisi-Mu,agar Engkau menjadikan Al-Qur’an Al-Azhim sebagai musim semi hatiku,cahaya dadaku,hilangnya kesedihanku dan perginya kekhawatiranku’,melainkan Allah menghilangkan kekhawatiran dan kesedihannya,mengganti tempatnya dengan kegembiraan.”Ada yang bertanya,Wahai Rasulullah,tidak bolehkah kita mempelajarinya?”Beliau bersabda, Benar,bagi siapa saja yang mendengarnya hendaklah mempelajarinya.”

UMAR MEMOHON PERTOLONGAN DENGAN DOA

Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu pernah memohon pertolongan dengan doa untuk menghadapi musuhnya,dan dia menganggap doa ini merupakan pasukan perangnya yang paling besar.Dia pernah berkata kepada para sahabat,”Kalian tidak mendapat pertolongan karena jumlah yang banyak,tetapi kalian mendapat pertolongan dari langit.”

Dia juga pernah berkata,”Sesungguhnya aku tidak membawa hasrat pengabulan,tetapi aku membawa hasrat doa.Jika kalian mendapat ilham berdoa,maka pengabulan akan menyertainya.” Sebab Allah telah berfirman,

“Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian.”(Al-Mukmin:60).

HUBUNGAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN DENGAN AMAL

Allah telah mengaitkan kebaikan di dunia dan akhirat,keburukan di dunia dan akhirat di dalam Kitab-Nya dengan amal seperti kaitan balasan dengan syarat,sebab dengan akibat.Yang demikian ini banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an,lebih dari dari seribu tempat di dalamnya.

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya,Kami katakan kepadanya,’Jadilah kalian kera yang hina.”(Al-A’raf:166)

“Maka tatkala mereka membuat Kami murka,Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut).”(Az-Zukhruf:55).

“Sesungguhnya laki-laki dan  wanita yang Muslim,laki-laki dan Wanita yang Mukminah, laki-laki dan wanita yang tetap dalam ketaatannya,laki-laki dan wanita yang benar,laki-laki dan wanita yang sabar,laki-laki dan wanita yang khusyu’,laki-laki dan wanita yang bershadaqah,laki-laki dan wanita yang berpuasa,laki-laki dan wanita yang memelihara kehormatannya,laki-laki dan wanita yang banyak menyebut (nama) Allah,Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”(Al-Ahzab:35).

“Jika kalian bertakwa kepada Allah,niscaya Dia akan memberikan kepada kalian furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan kalian dan mengampuni (dosa-dosa) kalian,”(Al-Anfal:29).

“Jika mereka bertaubat,mendirikan shalat dan menunaikan zakat,maka (mereka itu) adalah saudara-saudara kalian seagama.”(At-Taubah:11).

Begitulah orang yang diberi taufik dan petunjuk oleh Allah,akan menolak takdir hukuman di akhirat dengan takdir taubat,iman dan amal shalih.Yang paling bermanfaat dalam hal ini ialah mempelajari Al-Qur’an ,kemudian As-Sunnah yang menjadi pasangan Al-Qur’an dan merupakan wahyu kedua.Siapa yang mengalihkan perhatian perhatian kepada keduanya,maka dia tidak membutuhkan yang lain,karena keduanya memperlihatkan kepadamu kebaikan dan keburukan serta sebab-sebabnya,hingga seakan-akan engkau dapat melihatnya dengan mata kepala.

BERBAIK SANGKA TERHADAP ALLAH

Tidak dapat diragukan bahwa baik sangka hanya dapat terjadi jika ada kebaikan.Orang yang berbuat kebaikan ialah yang berbaik sangka terhadap Allah,bahwa Dia akan membalas kebaikannya dan tidak akan mengingkari janji-Nya serta akan menerima taubatnya.Adapun kezhaliman,kedurhakaan dan hal-hal haram yang dilakukan dan intens dalam melakukan dosa-dosa besar,menghalanginya untuk berbaik sangka terhadap Allah.

BAIK SANGKA ADALAH HARAPAN

Baik sangka yang mendorong kepada amal dan menganjurkannya,maka itu adalah baik sangka yang benar.Jika mengajak kepada kemalasan dan menyeret kepada kedurhakaan,maka itu berarti tipuan.Baik sangka adalah harapan .Siapa yang harapannya menjadi petunjuk baginya kepada ketaatan dan pencegahan dari kedurhakaan,maka itu merupakan harapan yang benar. Adapun siapa yang harapannya adalah kemalasan dan pengabaian,ituberarti tipuan.Allah berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman,orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah,mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Mahapenyayang.”(Al-Baqarah:218).

Rahasia dari masalah ini,bahwa harapan dan baik sangka hanya terwujud dengan memperhatikan sebab-sebab yang mengharuskan berlakunya hikmah Allah dalam syariat, kekuasaan,pahala dan kemuliaan-Nya,lalu seorang hamba melaksanakan apa yang menggugah baik sangkanya terhadap Allah dan berharap kepada-Nya agar Dia tidak menelantarkannya dan menghantarkannya kepada sesuatu yang bermanfaat baginya serta menghindarkan dari hal-hal yang tidak disukainya atau menghilangkan pengaruhnya.

HARAPAN DAN ANGAN-ANGAN

Siapa yang mengharapkan sesuatu,maka dia harus menyertakan tiga perkara terhadap harapannya itu:

1.Kecintaan kepada apa yang diharapkannya

2.Ketakutan akan kehilangannya

3.Usaha untuk mendapatkannya menurut kesanggupan.

Harapan yang tidak disertai tiga perkara ini,berarti sama dengan angan-angan.Harapan merupakan satu hal dan angan-angan merupakan hal lain.

Di dalam  Jami’ At-Tirmidzy disebutkan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,dia berkata,”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa takut,akan berjalan malam hari,dan siapa yang berjalan malam hari akan tiba  di tempat tinggal.Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu mahal.Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu adalah surga.”

Allah menjadikan harapan bagi orang-orang yang melakukan amal shalih,sebagaimana Dia juga menjadikan rasa takut bagi mereka.Dengan begitu dapat diketahui bahwa harapan dan rasa takut yang bermanfaat ialah yang disertai amal.Allah berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab)Rabb mereka, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Rabb mereka,dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apa pun),dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,dengan hati yang takut,(karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka,mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan,dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”(Al-Mukminun:57-61).

Allah mensifati orang yang mendapatkan kebahagiaan sebagai orang yang berbuat kebajikan dan takut,sedangkan orang yang celaka sebagai orang yang berbuat keburukan dan merasa aman.

 

DOSA DAN KEDURHAKAAN

 

Mudharat Dosa Di dalam Hati Seperti Mudharat Racun Di dalam Tubuh

Kita kembali membicarakan penyembuhan penyakit yang apabila berkelanjutan akan merusak dunia dan akhiratnya.Dosa dan kedurhakaan akan menimbulkan mudharat,dan mudharatnya terhadap hati seperti mudharat racun terhadap tubuh,dengan tingkat kemudharatan yang berbeda-beda.Apakah di dunia dan akhirat ada keburukan dan penyakit yang sebabnya tiada lain adalah dosa dan kedurhakaan?

Apa sebab yang mengeluarkan Adam dan Hawa’ dari surga,tempat tinggal yang penuh kenikmatan,kesenangan dan kegembiraan untuk beralih ke tempat tinggal yang penuh penderitaan,kesedihan dan musibah?

Apa yang mengeluarkan Iblis dari kerajaan langit,pengusiran dan pelaknatannya, pemusnahan zhahir dan batinnya dijadikan yang paling buruk dan paling hina,batinnya yang paling rendah dan nista,yang mengganti kedekatan menjadi kejauhan,rahmat menjadi laknat, keindahan menjadi keburukan,surga menjadi neraka,iman menjadi kufur,pertolongan menjadi permusuhan,suara tasbih,tahlil dan taqdis menjadi suara kufur,syirik dan kedustaan,pakaian iman menjadi pakaian kufur dan kedurhakaan,yang kemudian dia menjadi hina di mata dengan kehinaan yang tiada tara,yang mendapat murka Allah dan kebencian-Nya,yang menjadi pemimpin setiap orang fasik dan berdosa,yang rela bagi dirinya dengan kedudukan seperti itu?

Apa yang menenggelamkan semua penduduk bumi hingga air meluap ke puncak gunung?Apa yang mendatangkan angin terhadap kaum ‘Ad sehingga mayat bergelimpangan di muka bumi, seakan-akan mereka itu ranting pohon yang ringan,rumah dan tempat tinggal mereka hancur lebur,begitu pula tanaman dan binatang ternak,sehingga mereka menjadi pelajaran bagi seluruh umat hingga hari kiamat?

Apa yang menyebabkan suara gemuruh yang menimpa kaum Tsamud,hingga membuat jantung mereka terputus dan akhirnya mereka menemui ajal hingga orang terakhir?

Apa yang membuat suara lengkingan kaum Luth hingga para malaikat pun dapat mendengar suara lolongan anjing mereka,kemudian bumi dibalikkan bagi mereka,yang atas dibalik menjadi di bawah dan yang di bawah dibalik menjadi di atas,hingga mereka semua binasa lalu diikuti dengan turunnya batu-batu dari langit yang menimpa mereka,yang menjadi siksaan bagi mereka yang tidak pernah ditimpakan kepada umat mana pun selain mereka?

Apa yang menyebabkan awan siksaan dikirimkan kepada kaum Syu’aib,yang tadinya seperti lindungan lalu berubah menjadi hujan api yang membakar diri mereka?

Apa yang menyebabkan Fir’aun dan kaumnya tenggelam di laut,kemudian roh mereka  beralih ke neraka Jahannam,tubuh dalam keadaan tenggelam sementara roh terbakar? Apa yang membuat tempat tinggal Qarun terbalik beserta harta dan keluarganya

Apa yang membinasakan manusia hingga beberapa abad setelah Nuh dengan berbagai macam siksaan?

Apa sebab diutusnya suatu kaum yang memiliki kekuatan yang besar dan merejalela di kampung-kampung Bani Israel,yang membunuh kaum laki-laki,menawan para wanita dan anak-anak serta merampas harta mereka,kemudian mereka diutus untuk kedua kalinya dan menciptakan kerusakan yang amat parah? Apa yang membuat mereka dikepung berbagai macam siksaan,terkadang berupa pembunuhan,perampasan,penghancuran atau terkadang mereka disebut sebagai kera dan babi,dan puncaknya adalah sumpah Allah sebagaimana firman-Nya, “Bahwa sesungguhnya mereka akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka adzab yang seburuk-buruknya.”(Al-A’raf:167).

Di dalam Musnad Al-Imam Ahmad disebutkan dari hadits Ummu Salamah,dia berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Apabila muncul berbagai kedurhakaan di tengah umatku,maka Allah mendatangkan siksa dari sisi-Nya secara menyeluruh kepada mereka.”Aku bertanya,”Wahai Rasulullah,apakah di tengah mereka  saat itu tidak ada orang-orang yang shalih?”Beliau menjawab,”Begitulah.”Aku bertanya,”Lalu apa yang dilakukan orang-orang itu?”Beliau menjawab,”Mereka juga ditimpa seperti yang menimpa manusia,lalu mereka beralih kepada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya.”

Di dalam Al-Musnad disebutkan dari hadits Tsauban,dia berkata,Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya seseorang terhalang rezkinya karena dosa yang dilakukannya.”

“Begitu cepat berbagai umat dari segala penjuru berhimpun untuk menguasai kalian, sebagaimana makanan yang berhimpun di mangkuknya.” Kami bertanya,”Wahai Rasulullah,apakah pada saat kita golongan minoritas?” Beliau menjawab,”Kalian pada saat itu adalah golongan mayoritas.Tetapi kalian adalah buih seperti buih yang mengalir.Ketakutan dicabut dari hati musuh kalian dan di dalam hati kalian dijadikan al-wahn.” Mereka bertanya,”Apa al-wahn itu?” Beliau menjawab,”Mencintai kehidupan dan membenci kematian.”

Di dalam Jami’ At-Tirmidzy disebutkan dari hadits Abu Hurairah,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Pada akhir zaman akan muncul segolongan orang yang mencari dunia dengan agama, mengenakan kulit domba karena kelembutannya untuk pamer kepada manusia,lidah mereka lebih manis dari gula dan hati mereka adalah hati serigala.Allah Azza wa Jalla berfirman,”Apakah mereka hendak menipu Aku?Apakah mereka berani kepada-Ku? Aku bersumpah benar-benar akan mengirim kepada mereka cobaan dari mereka sendiri, yang membiarkan orang yang lemah lembut di antara mereka dalam keadaan kebingungan.”

Ibnu Abid-Dunya menyebutkan dari Anas bin Malik,bahwa dia pernah masuk ke tempat Aisyah bersama seorang laki-laki lain.Orang ini berkata,”Wahai Ummul-Mukminin, beritahukanlah kepada kami tentang hari keguncangan,” Aisyah berkata,Yaitu apabila mereka memperbolehkan zina,meminum khamr dan menabuh alat musik.

Allah cemburu di langit-Nya dan berfirman kepada bumi,’Berguncanglah karena mereka.Jika mereka bertaubat dan menghentikan perbuatannya,namun jika tidak,maka .binasakan mereka’.”Orang itu berkata,Wahai Ummul-Mukminin,apakah hal itu merupakan adzab bagi mereka?” “Benar,dan sekaligus sebagai pelajaran serta rahmat bagi orang-orang Mukmin,hukuman dan siksaan serta kemurkaan bagi orang-orang kafir,” jawab Aisyah.

DAMPAK NEGATIF DAN PENGARUH KEDURHAKAAN

Pertama: Menghambat usaha untuk mencari ilmu.Sebab ilmu itu merupakan cahaya yang dimasukkan Allah ke dalam hati.Sementara kedurhakaan memadamkan cahaya itu.

Kedua: Menghambat rezki. Sebaliknya,ketakwaan kepada Allah akan mendatangkan rezki dan meninggalkan ketakwaan akan mendatangkan kemiskinan.Tidak ada yang dapat melancarkan rezki seperti halnya meninggalkan kedurhakaan.

Ketiga: Kemurungan hati yang dirasakan orang yang durhaka dan jarak pemisah antara dirinya dengan Allah,yang sama sekali tidak mendatangkan kenikmatan.Sekiranya dosa ditinggalkan karena ingin menghindari kemurungan ini,maka akan membuat orang yang berakal merasa bebas karena hal itu.

Keempat: Kegelisahan yang muncul dalam hubungan antara dirinya dengan manusia,apalagi dengan orang-orang yang baik di antara mereka.

Kelima: Mempersulit urusannya.Siapa yang mengabaikan ketakwaan,Allah menjadikan urusannya serba sulit.

Keenam: Sesungguhnya ketaatan itu merupakan cahaya dan kedurhakaan itu merupakan kegelapan.Selagi kegelapan semakin pekat,maka kebingungan semakin bertambah,sehingga dia terseret ke dalam bid’ah dan kesesatan serta hal-hal yang merusak,sementara dia tidak menyadarinya.

Ketujuh: Kedurhakaan melemahkan hati dan badan.Pengaruhnya yang melemahkan hati sudah jelas,dan senantiasa membuatnya lemah hingga hidupnya berakhir total.Jika hatinya kuat, maka badannya kuat pula.Sementara orang yang durhaka,dia adalah orang yang paling lemah pada saat dibutuhkan,meskipun badannya kuat.Kekuatannya jutru berkhianat pada saat sangat dibutuhkan dirinya.Perhatikan kekuatan bangsa Persi dan Romawi,bagaimana kekuatan itu berkhianat terhadap diri mereka,justru pada saat mereka sangat membutuhkannya,yaitu ketika mereka diserang orang-orang yang memiliki iman,dengan mengerahkan kekuatan badan dan  hati.

Kedelapan: Menghalangi ketaatan.

Kesembilan: Kedurhakaan memendekkan umur dan menghapus barkahnya.Ini pasti akan terjadi.Sementara kebajikan menambah umur.Rahasia dari masalah ini,bahwa umur manusia adalah yang dia jalani sepanjang hidupnya,dan tidak ada kehidupan baginya kecuali dengan menghadapkan diri kepada Rabb-nya,memupuk cinta kepada-Nya dan mengingat-Nya serta lebih mementingkan keridhaan-Nya.

Kesepuluh: Berbagai kedurhakaan menanamkan kedurhakaan lain yang serupa,      sebagian kedurhakaan melahirkan sebagian yang lain, hingga hamba memisahkan diri dan keluar dari lingkungannya.Di antara orang salaf ada yang berkata,”Sesungguhnya hukuman keburukan adalah keburukan yang datang sesudahnya,dan pahala kebaikan adalaah kebaikan yang datang sesudahnya.

 

Kesebelas: Ini merupakan akibat paling layak ditakuti hamba,yaitu melemahkan kehendak hati dan kehendak untuk melakukan kedurhakaan.Kehndaknya untuk bertaubat menjadi lemah sedikit demi sedikit,hingga kehendak untuk bertaubat ini hilang sama sekali dari hatinya.Yang demikian ini merupakan penyakit yang paling besar dan lebih dekat kepada kehancuran.

Kedua Belas: Hati tidak menganggap kedurhakaan itu sebagai sesuatu yang buruk, sehingga kedurhakaan itu menjadi kebiasaannya.Dia tidak lagi merasa sungkan kepada manusia dan tidak peduli dengan ucapan mereka tentang dirinya.

Ketiga Belas: Setiap jenis kedurhakaan merupakan warisan dari suatu umat yang dibinasakan Allah.Inilah di antara rinciannya:

  •  Homoseksual merupakan warisan dari kaum Luth.
  • Mengambil hak dengan nilai lebih dan mengembalikannya dengan nilai yang lebih sedikit adalah warisan kaum Syu’aib.
  • Membuat kerusakan di muka bumi adalah warisan kaum Fir’aun.
  • Takabur dan sombong merupakan warisan kaum Hud.

Orang yang melakukan kedurhakaan mengenakan sebagian pakaian dari umat-umat ini,dan mereka adalah musuh-musuh Allah.

Di dalam Musnad Ahmad disebutkan dari hadits Abdullah bin Umar,dari Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Aku diutus dengan membawa pedang sebelum kiamat tiba,hingga Allah semata yang disembah,yang tiada sekutu baginya,dan rezkiku dijadikan di bawah lindungan tombakku, kehinaan dan kerendahan dijadikan bagi orang yang menyalahi perintahku,dan siapa yang menyerupai suatu kaum,maka dia termasuk golongan mereka.”

Keempat Belas: Kedurhakaan merupakan sebab kehinaan hamba dan kerendahannya di hadapan Rabb-Nya.

“Dan,barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya.”(Al-Hajj:18).

Kelima Belas: Manusia dan binatang terimbas oleh kesialan dosanya,sehingga dia dan orang lain harus ikut     menanggung dampak dari dosa dan kezhalimannya.

Keenam Belas: Kedurhakaan mewariskan kehinaan,dan itu pasti.Sementara kemuliaan ada dalam ketaatan kepada Allah.Firman-Nya

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan,maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (Fathir:10).

Ketujuh Belas: Kedurhakaan merusak akal.Sebab akal itu memiliki cahaya,sementara kedurhakaan memadamkan cahaya akal,dan itu pasti.

Kedelapan Belas: Jika dosa semakin banyak dan menumpuk,ia akan terbentuk di dalam hati pelakunya,sehingga dia termasuk golongan orang-orang yang lalai,

“Sekali-kali tidak (demikian),sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”(Al-Mtththaffifin: 14).

 

Kesembilan Belas: Dosa dan kedurhakaan membawa hamba kepada laknat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,karena beliau melaknat orang yang berbuat durhaka.Inilah di antara orang-orang yang mendapat laknat dari beliau:

  • Wanita yang mentatto dan yang meminta untuk ditatto,wanita yang menyambung rambut dan yang meminta agar rambutnya disambung,wanita yang mencabut bulu-bulu dan meminta agar bulu-bulunya dicabut,wanita yang memanggur gigi dan meminta agar giginya dipanggur.
  • Orang yang makan riba,wakilnya,penulisnya dan dua orang saksinya.
  • Orang yang diminta agar mengawini wanita yang ditalak tiga lalu menceraikannya, begitu pula suami wanita itu yang mengatur pernikahan dan perceraian ini,agar dia dapat mengawini mantan istrinya itu.
  • Pencuri.
  • Peminum khamr,orang yang memerahnya,orang yang diminta untuk memerahnya, penjual dan pembelinya,orang yang memakan dari harganya,pengangkutnya dan orang yang diminta untuk membawanya.
  • Orang yang mengubah tanda-tanda pembatas tanah.
  • Orang yang melaknat kedua orang tuanya.
  • Orang yang menjadikan makhluk yang memiliki roh sebagai sasaran lemparan anak panah.
  • Laki-laki yang berperilaku seperti layaknya wanita(banci) dan wanita yang berperilaku seperti layaknya laki-laki.
  • Orang yang melakukan penyembelihan untuk selain Allah.
  • Orang yang membuat hal-hal yang baru dalam urusan agama dan yang nenampungnya.
  • Para pelukis.
  • Orang yang melakukan homoseksual.
  • Orang yang mencaci maki ayah ibunya.
  • Orang menyimpangkan orang buta dari jalan.
  • Orang yang menyetubuhi binatang.
  • Orang yang memberi tanda pada bagian wajah binatang.
  • Orang yang mendatangkan muhdarat kepada orang muslim atau melakukan makar terhadap dirinya.
  • Orang mendirikan masjid dan bangunan di atas kuburan.
  • Orang yang mengacaukan hubungan suami istri atau antara tuan dan budaknya.
  • Berkumpul dengan istrinya pada bagian anusnya.
  • Wanita yang meninggalkan tempat tidur suami,yang mendapat laknat para malaikat hingga pagi hari.
  • Yang mengaitkan nasab kepada orang yang bukan ayah kandunganya.
  • Orang yang mencaci maki para sahabat.
  • Orang yang mengacungkan sepotong besi kepada saudaranya,yang mendapat laknat dari para malaikat.
  • Laki-laki yang mengenakan pakaian wanita dan wanita yang mengenakan pakaian laki-laki.
  • Orang yang menyuap/menyogok,orang yang disuap/disogok dan orang yang menelantarkannya.

Sementara inilah orang-orang yang mendapat laknat dari Allah :

  • Orang yang membuat kerusakan di muka bumi,memutuskan silaturrahim,menyakiti sanak saudara dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
  • Menyembunyikan apa yang diturunkan Allah,berupa bukti-bukti keterangan dan petunjuk.
  • Orang –orang yang menuduh wanita-wanita Mukminah yang lalai dengan tuduhan zina.
  • Orang-orang yang menganggap jalan orang-orang kafir lebih lurus daripada jalan orang-orang Muslim.

Dan masih banyak lagi di antara mereka yang mendapat laknat dari Allah maupun dari Rasululah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Kedua Puluh: Tidak mendapatkan doa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para malaikat.Karena Allah telah memerintahkan RasulNya agar memintakan ampunan bagi laki-laki Mukmin dan Mukminah.Firman-Nya,

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabb-nya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan),”Ya Rabb kami,rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu,maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.Ya Rabb kami,dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih di antara bapak-bapak mereka,dan istri-istri mereka,dan keturunan mereka semua.Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan.Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu,maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.”(Al-Mukmin:7-9).

Inilah doa para malaikat bagi orang-orang Mukmin yang bertaubat dan mengikuti Al-Kitab serta Sunnah Rasul-Nya, yang tiada jalan bagi mereka selain keduanya.Selain mereka,sama sekali tidak tertarik dengan pemenuhan doa ini.

DOSA MENIMBULKAN KERUSAKAN DI MUKA BUMI

Firman Allah,

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(Ar-Rum:41).

Mujahid berkata,”Jika orang yang zhalim berkuasa,maka dia akan bertindak berdasarkan kezhaliman dan kerusakan.Lalu Allah menahan turunnya hujan,sehingga membinasakan tanaman dan keturunan.Sebab Allah tidak menyukai kerusakan.” Lalu dia membaca ayat,”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia………”Kemudian dia berkata lagi,”Demi Allah,yang dimaksudkan bukan laut kalian ini. Tapi setiap perkampungan yang di sana ada air yang mengalir,maka itu disebut laut.”

Qatadah berkata,”Makna darat adalah penduduk kota,sedangkan laut adalah penduduk desa dan kampung.’.

KEDURHAKAAN MERUPAKAN SEBAB GEMPA DAN GUNCANGAN

Di antara dampak kedurhakaan ialah terjadinya guncangan dan gempa serta barakahnya yang sirna.Masih banyak gambaran lain dari bencana yang dijadikan Allah sebagai akibat dari dosa yang dilkukan hamba.

PENGARUH DOSA TERHADAP RUPA DAN BENTUK

Tentang pengaruh dosa terhadap rupa dan bentuk,telah diriwayatkan At-Tirmidzy di dalam Jami’-nya,dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Allah menciptakan Adam yang panjangnya di langit enam puluh hasta.Lalu manusia berangsur menyusut hingga sekarang.”

Jika Allah hendak membersuhkan dunia dari kezhaliman,kekejian dan pengkhianatan, maka Dia mengeluarkan seorang hamba dari hamba-hambanya dari ahli bait Nabi-Nya,lalu memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana ia sebelumnya penuh dengan kezhaliman,yang saat itu pun Al-Masih membunuhi orang-orang Yahudi dan Nasrani,menegakkan agama yang disampaikan kepada Rasul-Nya, dan bumi mengeluarkan barakahnya serta kembali seperti sediakala.

DOSA MEMADAMKAN KECEMBURUAN

Di antara hukuman karena dosa ialah padamnya api cemburu di dalam hati.Pada hal api cemburu ini merupakan kehidupan hati dan kemaslahatannya,seperti kehangatan alami di badan,yang merupakan kehidupan bagi seluruh anggota badan.Rasa cemburu merupakan kehangatan,panas dan apinya hati,yang mengeluarkan kotoran dan sifat-sifat yang tercela, sebagaimana tungku api yang menghilangkan kotoran kotoran yang melekat di emas,perak dan besi.Disebutkan di dalam Ash-Shahih,bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tak seorangpun yang lebih cemburu selain dari Allah.Karena itulah Dia mengharamkan kekejian-kekejian yang tampak maupun yang tidak tampak.Tak seorang pun yang lebih suka kepada alasan selain dari Allah.Karena itulah Dia mengutus para rasul sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan.Tak seorang pun yang lebih suka kepada pujian selain dari Allah.Karena itulah Dia memuji atas Diri-Nya.”

Di dalam hadits ini Allah menghimpun antara cemburu yang dasarnya adalah kebencian terhadap keburukan,dengan kecintaan penyampaian alasan,yang mengharuskan kesempurnaan keadilan,rahmat dan kebajikan.Rasa cemburu yang terpuji ialah rasa cemburu yang disertai alasan,sehingga seseorang cemburu pada tempatnya.Siapa yang keadaannya seperti ini,maka dia orang yang terpuji.

KEDURHAKAAN MENGHILANGKAN RASA MALU

Di antara pengaruh dosa dan kedurhakaan ialah hilangnya rasa malu yang merupakan materi kehidupan hati dan pangkal semua kebaikan.Hilangnya rasa malu sama dengan hilangnya semua kebaikan,

Di dalam Ash–Shahih disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Rasa malu merupakan kebaikan semuanya.”

“Sesungguhnya di antara perkataan nubuwah pertama kali yang diketahui manusia ialah: Jika engkau tidak malu,maka perbuatlah menurut kehendakmu.”

 

 

 

KEDURHAKAAN MELEMAHKAN PENGAGUNGAN TERHADAP ALLAH DI DALAM HATI

Di antara pengaruh kedurhakaan,bahwa ia melemahkan pengagungan terhadap Allah di dalam hati,melemahkan penghormatan kepada-Nya di dalam hati hamba. Pengaruh kedurhakaan lainnya,Allah mencabut ketakutan kepada-Nya dari hati hamba dan mengabaikan-Nya ,sehingga Allah pun meremehkannya.Karena itu Allah berfirman tentang sujudnya berbagai makhluk kepada-Nya,

“Dan,barangsiapa yang dihinakan Allah,maka tidak seorang pun yang memuliakannya.” (Al-Hajj:18).

Ketika mereka meremehkan dan mengabaikan sujud kepada-Nya serta tidak mau melakukannya,Allah pun menghinakan mereka,sehingga tak seorang pun yang memuliakan mereka setelah Allah menhinakan.Lalu siapakah yang dapat menghinakan orang yang telah dimuliakan Allah?

KEDURHAKAAN MELALAIKAN ALLAH

Di antara akibat dosa dan kedurhakaan ialah mendorong hamba untuk melalaikan Allah,meninggalkan-Nya dan menyerahkan dirinya kepada syetan.Padahal kalau sudah begitu,kehancurannya sulit diselamatkan.Firman Allah,

“Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),dan bertakwalah kepada Allah,sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Dan, janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.Mereka itulah orang-orang yang fasik.”(Al-Hasyr:18-19).

KEDURHAKAAN MENGELUARKAN PELAKUNYA DARI AREA KEBAJIKAN

Di antara hukuman dosa dan kedurhakaan,ia mengeluarkan hamba dari area kebajikan dan menghambatnya untuk mendapatkan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan.Jika kebajikan bersemayam di dalam hati,maka ia akan mencegahnya berbuat kedurhakaan. Sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Tidaklah pezina berzina,ketika berzina dia orang Mukmin.Tidaklah ia minum khamr, ketika meminumnya dia orang Mukmin.Tidaklah pencuri mencuri,ketika mencuri dia orang Mukmin.Tidaklah dia merampas barang yang berharga yang menjadi pusat perhatian manusia,ketika merampasnya dia orang Mukmin.”

ORANG DURHAKA KEHILANGAN PAHALA ORANG-ORANG MUKMIN

Siapa yang kehilangan persahabatan dengan orang-orang Mukmin dan pembelaan Allah terhadap mereka,karena Allah membela orang-orang yang beriman,berarti dia kehilangansegala kebaikan yang dikaitkan Allah dengan iman seperti yang disebutkan di dalam Kitab-Nya,yang jumlahnya mencapai seratus perkara,dan setiap perkara lebih baik daripada dunia dan seisinya. Diantaranya:

  • Pahala yang besar,sebagaimana firman-Nya,”Dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”(An-Nisa’:146).
  • Pembelaan dari keburukan dunia dan akhirat.Firman-Nya,”Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman.”(Al-Hajj:38).
  • Permintaan ampunan para malaikat yang memikul ‘Arsy.Firman-Nya ,

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman.”(Al-Mukmin:7).

  • Pertolongan dan perlindungan Allah,dan siapa yang mendapat pertolongn-Nya tidak dapat dihinakan.Firman-Nya,”Allah Pelindung orang-orang yang beriman.”(Al-Baqarah:257).
  • Perintah Allah kepada para malaikat untuk meneguhkan hati mereka.Firman-Nya, “(Ingatlah),ketika Rabbmu mewahyukan kepada para malaikat,’Sesungguhnya Aku bersama kalian,maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman’.”(Al-Anfal:12).
  • Mendapatkan derajat di sisi Rabb mereka,ampunan dan rezki yang mulia.Firman Allah, ”Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.”(Al-Anfal:4).
  • Kekuatan.Firman-Nya,”Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah,bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin,tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”(Al-Munafiqun:8).
  • Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang beriman.Firman-Nya,”Dan,sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman.”(Al-Anfal:19).
  • Derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat.Firman-Nya,”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”(Al-Mujadilah:11).
  • Dua bagian dari rahmat Allah dan cahaya yang mereka pergunakan penerang jalan serta ampunan dosa-dosa mereka.
  • Kecintaan yang dijadikan Allah bagi mereka,bahwa Dia mencintai mereka dan menjadikan mereka dicintai para malaikat,para nabi dan hamba-hamba-Nya yang shalih.
  • Perasaan aman dari rasa takut ketika ketakutan menghantui semua manusia.Firman-Nya,”Barangsiapa beriman dan mengadakan perbaikan,maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(Al-An’am:48).
  • Orang-orang yang beriman adalah mereka yang mendapat nikmat dan kita diperintahkan memohon kepada Allah agar menunjuki kita jalan mereka,minimal tujuh belas kali dalam sehari semalam.
  • Al-Qur’an adalah petunjuk dan penawar bagi mereka yang beriman.Firman Allah, ”Katakanlah Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan,orang-orang yang tidak beriman,maka telinga mereka ada sumbatan,sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka.Mereka itu adalah seperti orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.”(Fushshilat:44).

Maksudnya, iman itu merupakan sebab yang mendatangkan setiap kebaikan,dan sumber setiap kebaikan di dunia dan di akhiratnya adalah iman,sedangkan sebab setiap keburukan di dunia dan di akhirat adalah tidak adanya iman.Maka bagaimana mungkin hamba tak ambil pusing ketika melakukan sesuatu yang dapat mengeluarkannya dari area iman,yang membatasi antara dirinya dan iman? Padahal jika dia terus-menerus melakukan dosa,maka dikhawatirkan akan menimbulkan tutupan di hatinya,lalu mengluarkannya dari Islam secara total.Berangkat dari sinilah ada kekhawatiran di kalangan orang-orang salaf,seperti yang dikatakan sebagian di antara mereka,”Kalian takut dosa,sementara aku takut kekufuran.”

 

 

 

KEDURHAKAAN MELEMAHKAN HATI

Di antara pengaruh kedurhakaan ialah melemahkan perjalanan hati kepada Allah dan hari akhirat,dapat menghambat,menghentikan dan membatalkan perjalanan,sehingga tidak membiarkannya mengayunkan satu langkah pun kepada Allah.Ini belum lagi jika ia justru menyurutkan langkah kebelakang.Sebab dosa itu memang menghambat hati yang sedang berjalan dan melemahkan pencarian.

Boleh jadi dosa itu mematikan hati,atau membuatnya jatuh sakit hingga kronis,atau melemahkan kekuatannya,dan itu pasti,hingga kelemahannya berakhir pada delapan hal yang dimintakan perlindungan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,yaitu:Kekhawatiran dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kelemahan hati dan kebakhilan, rongrongan hutang dan pemaksaan orang.Masingh-masing di antara dua perkara ini merupakan pasangan.

Kekhawatiran dan kesedihan merupakan pasangan.Sesuatu yang dibenci hati dari suatu masalah yang akan terjadi pada masa mendatang disebut kekhawatiran.Bila sudah terjadi dan berlalu, disebut kesedihan.

Kelemahan dan kemalasan merupakan merupakan pasangan.Jika manusia tak mendapatkan sebab-sebab kebaikan dan keberuntungan, sementara dia tidak memiliki kesanggupan, maka hal itu disebut kelemahan, dan jika tidak ada keinginan, disebut kemalasan.

Kelemahan hati dan kebakhilan merupakan pasangan.Ketidakmampuan mendatangkan manfaat dengan badan disebut kelemahan hati, dan jika ketidakmampuan itu dengan harta, disebut kebakhilan.

Rongrongan hutang dan pemaksaan orang merupakan pasangan.Kekuasaan orang lain terhadap dirinya dengan cara yang benar, disebut rongrongan hutang, dan kekuasaannya tidak secara benar disebut pemaksaan.

Maksudnya, dosa merupakan sebab yang paling kuat untuk mendatangkan delapan perkara ini,di samping ia juga mendatangkan keadaan yang berat, puncak kesengsaraan, keburukan qadha’ dan kegembiraan musuh atas kemalangannya. Dosa juga merupakan sebab yang paling kuat untuk melenyapkan nikmat Allah, lalu berubah menjadi siksa dan kemurkaan-Nya.

KEDURHAKAAN MELENYAPKAN NIKMAT

Di antara hukuman dosa dankedurhakaan,ia melenyapkan nikmat dan mendatangkan siksaan.Allah berfirman,

“Dan,apa saja musibah yang menimpa kalian,maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri,dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (Asy-Syura;30).

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum,hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”(Al-Anfal:53).

KEDURHAKAAN MENYUSUPKAN KETAKUTAN DI DALAM HATI

Di antara hukuman dosa dan kedurhakaan,maka Allah memasukkan ketakutan di dalam hati pelakunya,sehingga engkau melihatnya sebagai sosok yang serba takut dan gamang. Sementara ketaatan merupakan benteng Allah yang paling besar.Siapa memasukinya,dia termasuk orang-orang yang aman dari siksa dunia dan akhirat.

KEDURHAKAAN MEMBUAT HATI MENJADI SAKIT

Di antara hukuman kedurhakaan dan dosa, ia membuat hati yang tadinya sehat dan istiqamah, menjadi sakit dan menyimpang.Orang yang dapat mencegah dirinya dari hawa nafsu,tempat tinggalnya adalah surga.Maka begitu pula dengan hatinya yang berada di dunia ini,  yang serasa di surga dunia.Kenikmatan yang dirasakannya tidak dapat disamai kenikmatan macam apa pun.Bahkan perbedaan antara dua jenis kenikmatan ini seperti perbedaan antara kenikmatan dunia dan akhirat.Tak ada orang yang mempercayai hal ini kecuali orang yang hatinya sudah terbentuk seperti itu.

Jangan anggap firman Allah dalam surat Al-Infithar:13-14,”Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”, hanya terbatas pada kenikmatan akhirat dan siksa nerakanya, tetapi juga berlaku di tiga tempat tinggal,yakni di dunia, Barzakh dan akhirat yang kekal.

Siapa yang bergantung dan mencintai kepada selain Allah,pasti akan mendapatkan siksaan. Siapa pun yang mencintai selain Allah,maka dia disiksa dengan tiga macam siksaan di dunia ini:

  • Disiksa sebelum mendapatkannya hingga saat mendapatkannya
  • Disiksa dengan ketakutan akan kehilangan apa yang didapatkannya,pengurangan dan kehilangannya setelah dia mendapatkannya.
  • Jika apa yang telah didapatkannya itu benar-benar lenyap dari tangannya,maka siksaan ini benar-benar terasakan,di samping siksaan lain yang menyertainya.

Inilah tiga macam siksaan yang dirasakan di dunia ini.Sementara di alam Barzakh,ada siksaan yang menyertainya,yaitu penderitaan karena meninggalkan sesuatu yang tidak dapat diharapkan akan kembali dan penderitaan kehilangan kenikmatan yang lebih besar,karena dia menyibukkan dengan kebalikannya,penderitaan karena terhalang dari Allah dan kerugian yang menghentak jantung.

KEDURHAKAAN MEMBUTAKAN PANDANGAN HATI

Di antara hukuman kedurhakaan,ia membutakan pandangan hati,memadamkan cahayanya, menghambat jalan pengetahuan dan menhalangi materi petunjuk.Kemudian kegelapan itu semakin kuat hingga mengimbas ke badan dan membuat muka tampak muram dan hitam,tergantung seberapa kuatnya.Dari saat kematian akan tampak di alam Barzakh, sehingga kuburan penuh dengan kegelapan,sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Sesungguhnya kubur ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya,dan sesungguhnya, Allah memancarkan cahaya-Nya dengan doaku terhadap mereka.”(Diriwayatkan Ahmad dari Anas,dan rijalnya shahih).

KEDURHAKAAN MENGECILKAN JIWA

Di antara hukuman kedurhakaan,ia mengecilkan jiwa,menindas,mengubur dan mnghinakannya, hingga ia menjadi amat kecil dan hina,sebagaimana ketaatan yang dapat membesarkan,membersihkan dan membangkitkan jiwa.Firman Allah.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”(Asy-Syams:9-10).

KEDURHAKAAN MENJEBLOSKAN PELAKUNYA KE DALAM PENJARA SYETAN

Di antara hukuman kedurhakaan,ia membuat pelakunya senantiasa berada di dalam tawanan syetan dan penjara syahwatnya serta belenggu nafsunya.Dasar semua ini,bahwa selagi hati lebih jauh dari Allah,maka bencana yang menimpanya terlalu cepat.Tapi selagi ia dekat dengan Allah,maka bencana itu pun akan jauh darinya.

Jauh dari Allah memiliki beberapa tingkatan.Sebagian ada yang lebih jauh dari sebagian yang lain.Kelalaian menjauhkan hati dari Allah.Kedurhakaan lebih menjauhkan dari Allah darpapada kelalaian.Bid’ah lebih menjauhkan dari Allah daripada kedurhakaan.Kemunafikan dan syirik lebih menjauhkan dari Allah daripada semua itu.

KEDURHAKAAN MENURUNKAN KEHORMATAN

Di antara hukuman kedurhakaan,ia menurunkan kemuliaan,kehormatan dan kedudukan di hadapan Allah dan di hadapan manusia.Orang yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling takwa di antara mereka.Adapun orang paling dekat kedudukannya dengan-Nya ialah yang paling taat di antara mereka.

Di antara nikmat Allah yang paling besar terhadap hamba ialah jika Allah meninggikan derajatnya di antara manusia dan menjadi kenangan yang manis di tengah mereka.Karena itu Allah mengkhususkan para nabi dan rasul-Nya dengan kedudukan semacam ini,yang tidak didapatkan orang selain mereka,sebagaimana firman-Nya,

“Dan,ingatlah hamba-hamba Kami,Ibrahim,Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”(Shaqd:45-46).

Allah berfirman kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Dan,kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.”(Al-Insyirah:4).

Para pengikut rasul memiliki bagian yang serupa dengan itu tergantung pada ketaatan dan keikutsertaan mereka.Seberapa jauh seseorang menyalahi para rasul,maka sejauh itu pula kejauhan darinya.

KEDURHAKAAN MENDATANGKAN CELAAN

Di antara hukuman kedurhakaan,ia merampas pujian dan kemuliaan dari pelakunya,lalu memberinya celaan dan kehinaan.Bahkan ia dapat merampas sebutan sebagai orang Mukmin, bajik,bertakwa,orang taat,penolong,wara,orang shalih,ahli ibadah,orang yang takut,orang yang baik,orang yang diridhai dan lain sebagainya.Sebagai gantinya,ia memberinya sebutan orang keji,fasik,orang durhaka,penentang,orang buruk,orang rusak,orang kotor,orang yang dimurkai, pezina,pencuri,pembunuh,pendusta,pengkhianat,homoseks,pemutus silaturrahim dan lain sebagainya,yang semuanya ini merupakan sebutan kefasikan.

“Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman.”(Al-Hujurat:11)’

Semua itu juga mendatangkan kemurkaan Allah,masuk ke neraka,kehidupan yang hina dan celaka.

 

 

KEDURHAKAAN MEMPENGARUHI AKAL

Di antara hukuman kedurhakaan,secara khusus ia dapat berpengaruh terhadap penurunan akal.

“Dan,bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”(Al-Baqarah:197)

Tiada Ilah melainkan Allah.Tidak ada orang yang akalnya lebih menyusut selain dari orang yang menjual sebutir mutiara untuk ditukar dengan kotoran hewan,menjual minyak kesturi dengan tinja,yang tidak mau berkumpul bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah dari kalangan para nabi,shiddiqin ,syuhada’ dan shalihin,lalu berkompul dengan orang-orang yang mendapat murka Allah,yang dilaknat dan disediakan neraka bagi mereka.

KEDURHAKAAN MEMUTUSKAN HUBUNGAN HAMBA DENGAN ALLAH

Di antara hukuman kedurhakaan yang paling besar ialah putusnya hubungan antara hamba dengan Rabbnya.Jika hubungan ini benar-benar putus,perputus pula semua kebaikan dari dirinya,terputus hubungan antara dirinya dengan Pelindung dan Penolongnya.Firman Allah,

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat,’Sujudlah kalian kepada Adam’,maka sujudlah mereka kecuali Iblis.Dia adalah dari golongan jin,maka ia mendurhakai perintah Rabbnya.Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku,sedang mereka adalah musuh kalian? Amat burukah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang zhalim.”(Al-Kahfi:50).

Dengan begitu tampak jelas permusuhan Iblis terhadap Rabb-nya dan permusuhannya terhadap kita, merupakan sebab yang membuat Allah menyeru untuk memusuhinya.Kalau sudah begini keadaannya,lalu untuk apa menjadikan Iblis sebagai penolong dan pemimpin? Buat apa mengganti penolong? Betapa buruk yang dilakukan orang-orang zhalim karena penggantian itu.

KEDURHAKAAN MENGHAPUS BARAKAH

Di antara hukuman kedurhakaan, ia menghapus barakah umur,barakah rezki,barakah amal dan barakah ketaatan.Firman Allah,

“Jika sekiranya penduduk ngeri-negeri beriman dan bertakwa,pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)itu,maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(Al-‘Araf:96).

Keluasan rezki dan amal tidak terletak pada banyaknya,panjangnya umur,bukan terletak pada banyaknya usia,tetapi keluasan rezki terletak pada barakahnya, begitu pula dengan umur.

PANGKAL DOSA

Karena tingkatan dan kerusakan dosa itu berbeda-beda,hukumannya juga berbeda-beda di dunia maupun di akhirat,tergantung kepada keragamannya.Dengan taufik Allah dan karunia-Nya,kami akan menyampaikan uraiannya.

Pangkal dosa itu ada dua macam:

  • Meninggalkan apa yang diperintahkan
  • Mengerjakan apa yang dilarang

Inilah dua dosa,yang dengannya Allah menguji jin dan manusia.Dua dosa ini dibagi lagi karena pertimbangan tempatnya,yaitu kepada zhahir anggota tubuh dan batin di dalam hati.Dua dosa ini juga dibagi berdasarkan hubungan dengan hak Allah dan hak makhluk-Nya.Sebenarnya setiap hak makhluk mencakup hak Allah.Tapi disebut hak makhluk,karena hak itu menjadi wajib karena ada tuntutan dan menjadi gugur karena ada pencabutan tuntutan.

Kemudian dosa-dosa ini dibagi empat macam:Mulkiyah, syaithaniyah, sabu’iyah, dan bahimiyah. Tidak ada dosa yang keluar dari empat macam ini.

Dosa mulkiyah ialah jika memberikan apa yang tidak layak diberikan dari sifat-sifat Rububiyah, seperti keagungan, kebesaran, kekuasaan, pemaksaan, ketinggian, penyembahan yang dilakukan hamba dan lain sebagainya. Yang termasuk dalam jenis ini ialah syirik kepada Allah.Ada dua macam syirik:

  • Syirik dalam asma’ dan sifat dan membuat sesembahan lain bersamanya.
  • Syirik dalam perlakuan kepada-Nya.Yang kedua ini tidak mengharuskan pelakunya masuk neraka, meskipun amal yang dia sekutukan di dalamnya bersama Allah menjadi gugur.

Ini merupakan jenis dosa yang paling besar.Termasuk pula mengatakan terhadap Allah tanpa didasarkan kepada pengetahuan,sehubungan dengan penciptaan dan perintah-Nya.Siapa yang mengerjakan dosa ini,berarti dia telah menyalahi Allah dalam Rububiyah dan kerajaan-Nya, yang berarti membuat tandingan bagi-Nya.Ini merupakan dosa yang paling besar di sisi Allah, yang membuat amal apa pun tidak berguna lagi.

Dosa syaithoniyah ialah menyerupai syetan dalam hal kedengkian, pelanggaran, tipu daya, pengkhianatan, penipuan, makar, perintah untuk mwndurhakai Allah dan menganggap kedurhakaan itu sesuatu yang baik, mencegah ketaatan kepada-Nya, berbuat bid’ah dalam agama, menyeru kepada bid’ah dan kesesatan.

Dosa sabu’iyah ialah dosa pekanggaran, marah, menumpahkan darah, menindas orang-orang yang lemah dan tak berdaya, yang kemudian melahirkan berbagai cabang kezhaliman dan pelanggaran terhadap hak manusia.

Dosa bahimiyah ialah seperti hasrat melam,piasakan syahwat perut dan kemaluan, yang kemudian melahirkan zina, pencurian, mengambil harta anak yatim, bakhil, kikir, lemah hati, gentar dan lain sebagainya.Jenis dosa ini paling banyak dilakukan manusia, karena ketidak-mampuan mereka melakukan dosa-dosa sabu’iyah dan mulkiyah.Berangkat dari sini mereka dapat masuk keseluruh bagian dan jenis. Dosa ini menghela mereka dengan tali kendalinya,lalu memasukkan mereka ke dosa sabu’iyah, kemudian beralih ke syaithoniyah, kemudian menentang Rububiyah dan syirik.

Siapa yang bersunguh-sungguh memperhatikan masalah ini, tentu akan mendapatkan kejelasan bahwa dosa-dosa itu merupakan lorong syirik, kufur dan menentang Rububuiyah Allah.

PINTU MASUK KEDURHAKAAN

Mayoritas kedurhakaan masuk ke dalam diri hamba lewat empat pintu ini.

Pertama: Pandangan Mata

Pandangan mata merupakan pemandu dan duta syahwat.Menjaga pandangan mata ini merupakan dasar penjagaan kemaluan.Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Janganlah menyusuli pandangan dengan pandangan yang berikutnya,karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang akhir bukan lagi menjadi bagianmu.”

Di dalam Al-Musnad disebutkan dari beliau,

“Pandangan mata itu merupakan anak panah beracun dari berbagai anak panah Iblis. Barangsiapa menahan pandangan matanya dari keelokan-keelokan wanita hamba Allah, maka Allah mempusakakan kemanisan hingga hari dia bersua dengan-Nya.”

Kedua: Lintasan Hati

Mengatur lintasan hati relatif lebih sulit, karena hal itu merupakan sumber kebaikan dan keburukan, yang dari intasan hati inilah melahirkan kehendak dan hasrat.Siapa yang peduli terhadap lintasan hati ini, tentu dapat mengendalikan jiwa dan menundukkan hawa nafsunya. Namun siapa yang dikuasai lintasan hatinya, maka hawa nafsunyalah yang tampil sebagai pemenang dan menjadi penguasa bagi dirinya. Siapa yang ditundukkan lintasan hati, ia akan menghelanya ke kebinasaan.Firman Allah,

“Laksana fatamorgana di tanah yang datar; yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun.Dan, didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya.”(An-Nur:39).

Lintasan-lintasan hati ini berkisar pada empat macam:

  • 1.Lintasan hati yang mendatangkan manfaat di dunia
  • 2.Lintasan hati yang dapat menyingkirkan bahaya dalam kehidupan dunia
  • 3.Lintasan hati yang mendatangkan kemaslahatan di akhirat
  • 4.Lintasan hati yang dapat menyingkirkan bahaya di akhirat.

Setiap hamba harus membuat batasan lintasan hati dan pikirannya serta angan-angannya pada empat macam ini.Jika ada kerancuan pada lintasan-lintasan hati ini karena kerancuan kaitan-kaitannya, dia harus memprioritaskan yang lebih penting daripada yang penting, yang dikhawatirkan akan lepas, baru kemudian beralih ke hal lain yang tidak lebih penting, yang tidak dikhawatirkan jika ia lepas.

Ketiga: Lintasan Pikiran

Lintasan pikiran orang yang berakal tidak mampu melampaui batasan yang lebih tinggi lagi.Karenanya Karenanya datang syariat agama.Lintasan pikian yang paling tinggi,paling mulia dan paling bermanfaat ialah memikirkan sesuatu yang diperuntukkan bagi Allah dan hari akhirat.Apa yang diperuntukkan bagi Allah ini ada beberapa macam, di antaranya:

1.Memikirkan ayat-ayat Allah yang diturunkan dan segala kaitannya dan memahami maksud yang terkandung didalamnya.Karena itu Allah menurunkan ayat-ayat itu bukan sekedar untuk dibaca.Tapi bacaan ini hanya dijadikan sarana dan piranti Di antara orang salaf ada yang berkata, “Al-Quir’an diturunkan untuk diamalkan.Karena itu buatlah bacaan kalian sebagi amalan.

2.Memikirkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang dapat disaksikan dan mengambil pelajaran darinya, menjadikannya sebagai dalil atas asma’ dan sifat-sifat Allah, hikmah dan kemurahan-Nya, kebaikan dan eksistensi-Nya.

3.Memikirkan karunia dan kemurahan Allah, berbagai nikmat  yang dilimpahkan kepada makhluk dengan berbagai macam dan ragamnya, memikirkan keluasan rahmat,ampunan dan kasih sayang-Nya.Senantiasa memikirkan hal-hal ini dan disertai dzikir,dapat membentuk ma’rifat dan kecintaan di dalam  hati dengan bentuk yang sempurna.

4.Memikirkan aib dan kekurangan diri sendiri, serta aib amal. Pemikiran seperti ini mendatangkan manfaat yang amat besar dan menjadi pintu segala kebaikan, berpengaruh untuk memecah jiwa yang senantiasa menyuruh kepada keburukan.Sebab jika jiwa ini dapat dikalahkan, yang hidup adalah jiwa yang tentram,dan jiwa inilah yang berkuasa atas jiwa yang menyuruh kepada keburukan. Dengan begitu hati menjadi hidup, keputusan ada dalam kekuasaannya, ia dapat memerintah pasukan dan para pembantunya untuk kemaslahatannya.

5.Memikirkan waktu yang harus dipikirkan dan tugas-tugasnya serta menghimpun hasrat untuk mendukung pelaksanaannya. Orang yang arif ialah anak bagi waktunya.Jika dia menyia-nyiakan waktunya, hilang pula seluruh kemaslahatannya. Semua kemaslahatan ini hanya muncul dari waktu ini. Jika dia menyia-nyiakan dan menelantarkannya, tentu dia tidak akan mendapatkan kemaslahatan itu.

Jika seorang hamba sedang mendirikan shalat, tidak ada yang dia pikirkan selain dari shalatnya itu, maka umurnya itu hanya diisi Allah dan diperuntukkan bagi Allah.

Selain dari beberapa macam lintasan pikiran ini adalah bisikan syetan atau hanya berupa angan-angan yang batil dan tipuan dusta, sama dengan lintasan didalam pikiran orang yang mabuk atau tak sadar atau yang dikuasai bisikan.Ketahuilah bahwa datangnya lintasan pikiran tidak mendatangkan mudharat.Tapi mudharat itu akan muncul jika lintasan ini terus diseru dan diajak bicara.

Allah telah menghimpun di dalam diri manusia dua macam jiwa:

  1. An-Nafsul-ammarah (jiwa yang menyuruh kepada keburukan)
  2. An-Nafsul-muthma ‘innah (jiwa yang tentram)

Keduanya saling bermusuhan.Malaikat bersama an-nafsul-muthma’innah dihati sisi kanan dan syetan bersama an-anfsul-ammarah di hati sisi kiri.Peperangan terus berkecamuk di antara keduanya dan apinya tidak pernah padam hingga ajal lepas dari dunia ini.Semua kebatilan berkisar bersama syetan dan an-nafsul-ammarah dan semua kebenaran berkisar bersama malaikat dan an-nafsul-muthma’innah. Serangan dilancarkan secara timbal balik, terkadang mereda dan terkadang membara.Kemenangan bersama kesabaran.Siapa yang sabar dan menguatkan kesabaran, berjaga-jaga dan bertaqwa kepada Allah, tentu akan  mendapatkan kesudahan yang baik di dunia dan di akhirat.

Yang disebut kesempurnaan ialah mengisi hati dengan berbagai lintasan pikiran dan kehendak untuk mendapatkan ridha Allah, ridha hamba dan manusia, serta memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkannya.Karena itu Umar bin Al-khaththab Radhiyallahu Anhu menjadi orang yang paling disibukkan lintasan pikiran tentang keridhaan Allah.Boleh jadi dia memanfaatkan lintasan pikirannya ketika mendirikan shalat, dia berpikir bagaimana cara mengatur pasukan perang, justru ketika dia sedang mendirikan shalat.Dengan begitu dia menghimpun jihad dengan shalat.Hal ini termasuk memasukkan beberapa jenis ibadah ke satu ibadah.Ini merupakan masalah yang amat mulia, yang tidak diketahui kecuali oleh orang yang benar dan benar-benar dalam pencariannya, yang memperhatikan ilmu dan tinggi hasratnya, yang memasuki suatu ibadah, lalu dia beruntung denganberbagai jenis ibadah yang lain.Ini merupakan karunia yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

 

 

Keempat: Untaian kata

Untaian kata harus dijaga agar seorang hamba tidak terlontar kata –kata yang sia-sia, agar tidak beucap kecuali untuk mengharapkan keuntungan dan tambahan dalam agamanya. Jika dia ingin mengucapkan kata-kata, dia meneliti apakah di dalamnya ada keuntungan dan manfaat ataukah tidak? Jika di dalamnya tidak ada keuntungan, dia tidak jadi mengucapkannya. Jika di dalamnya ada keuntungan, dia masih meneliti, apakah di sana ada kata-kata lain yang lebih banyak keuntungannya ataukah tidak? Dia tidak akan menyia-nyiakan perkataan dengan cara ini.Jika engkau ingin mendapatkan petunjuk tentang apa yang ada didalam hati, carilah petunjuk dari gerakan lisan, karena lidah itu akan memberitahukan kepadamu apa yang terpendam di dalam hati, tak peduli apakah orangnya menghendaki hal itu ataukah tidak.

Di dalam hadits Anas disebutkan secara marfu’,”Iman seorang hamba tidak akan  lurus sebelum hatinya lurus.Hatinya tidak menjadi lurus sebelum lisannya menjadi lurus .”

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Sesungguhnya hamba benar-benar mengucapkan kata-kata yang diridhai Allah dan dia tidak peduli  terhadap kata-katanya itu, namun Allah mengangkatnya dengan kata-kata itu hingga beberapa derajat, dan sesungguhnya hamba benar-benar mengucapkan kata-kata yang dimurkai Allah dan tidak peduli terhadap kata-kata itu, namun dia masuk ke neraka Jahannam karenanya.”

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah berkata yang baik atau diam saja.”

Di dalam riwayat At-Tirmudzy disebutkan dengan isnad yang  shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meningalkan apa yang tidak dibutuhkannya.”

Dari Ummu Habibah, istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,dari Nabi Shallallhu alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

“Setiap perkataan anak Adam bukan merupakan pahala baginya kecuali yang berupa perintah kepada yang ma’ruf atau berupa larangan dari yang mungkar atau dzikir kepada Allah Azza wa Jalla.”

Gerakan anggota tubuh yang paling ringan adalah lidah, tapi justru lidah inilah yang paling banyak mendatangkan mudharat bagi hamba.

Kelima: Langkah Kaki

Cara hamba menjaga langkah-langkah kaki ialah tidak memindahkan telapak kakinya kecuali kepada yang dapat diharapkan pahalanya.Jika langkah kakinya tidak menambah pahala,maka duduk adalah tindakan yang paling baik.Bisa saja dia keluar memuju tempat yang mubah dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Tergelincir itu ada dua macam: Tergelincirnya kaki dan tergelincirnya lisan.Salah satu di antaranya disebutkan sebagai pasangan bagi yang lainnya dalam firman Allah,

“Dan, hamba-hamba yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”(Al-Furqan: 63).

3.CINTA DAN KEKASIH HATI

Siapa yang seluruh kekuatan cintanya tertuju kepada Kekasih Yang Mahatinggi, berarti kecintaan  kepada selain-Nya merupakan sesuatu yang batil dan siksaan.Cinta yang tulus  mengharuskan penunggalan sang kekasih, tidak menciptakan persekutuan antara dirinya dengan yang lain dalam kecintaan itu.Bahkan siapa yang berpaling dari cinta kepada Allah, mengingat-Nya dan merindukan perjumpaan dengan-Nya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya dengan mencintai selain-Nya, lalu Dia mengadzabnya di dunia, di Barzakh dan di akhirat.Boleh jadi cintanya itu kepada berhala, salib, pemuda tampan, wanita, kerabat, saudara atau cinta kepada apa pun yang merupakan gambaran kehinaan. Sebab manusia merupakan hamba bagi sesuatu yang dicintainya, siapa dan apa pun.

Siapa yang sesembahannya bukan penguasa dan pelindungnya, berarti sesembahannya adalah hawa nafsunya. Firman Allah,

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?”(Al-Jatsiyah:23).

KEKHUSUSAN PENGHAMBAAN

Kekhusuan penghambaan ialah cinta yang disertai ketundukan dan merendahkan diri kepada Sang Kekasih.Siapa yang mencintai seorang kekasih dan tunduk kepadanya, berarti hatinya menghamba kepadanya.Doa yang biasa dibaca Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam d dalam shalat,

“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan pengetahuan-Mu tentang yang gaib dan kekuatan-Mu atas makhluk, hidupkanlah aku selagi hidup itu baik bagiku, dan wafatkan aku selagi wafat itu baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ketakutan kepada-Mu pada saat sembunyi dan terang-terangan, dan aku memohon kepada-Mu kalimat yang haq ketika marah dan ridha, dan aku memohon kepada-Mu keserdahanaan ketika miskin dan kaya, dan aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak habis, dan aku memohon kepada-Mu kerinduan bersua dengan-Mu.Aku berlindung kepada-Mu dari kemalangan yang mendatangkan mudharat dan cobaan yang menyesatkan. Ya Allah hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami pemberi petunjuk bagi orang-orang yang mencari petunjuk.”

SYIRIK DALAM CINTA

Pangkal syirik kepada Allah adalah syirik dalam cinta, sebagaimana firman-Nya,

“Dan, di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah.Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165.

Maksudnya, hakikat ubudiyah tidak dapat diperoleh jika disertai syirik kepada Allah dalam cinta. Lain halnya dengan cinta kepada Allah yang merupakan konsekuensi dan keharusan ubudiyah. Sementara iman tidak sempurna kecuali dengan mencintai Rasul, bahkan keharusan mencintai Rasul ini lebih besar dari cinta kepada diri sendiri, bapak dan anak. Sebab mencintai beliau merupakan bagian dari cinta  kepada Allah. Begitu pula setiap cinta harena Allah dan bersama Allah, sebagaimana yang disebutkan di dalam Ash-Shahihain, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

“Tidak akan mendapatkan manisnya iman kecuali orang yang pada dirinya ada tiga perkara: Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada cintanya kepada selain keduanya, hendaknya seseorang mencintai seseorang, dia tidak mencintainya melainkan karena Allah, dan dia tidak suka dikembalikan kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka”.

Di dalam As-Sunan disebutkan,

“Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan karena Allah, maka imannya telah sempurna.”

Di samping itu,Allah telah berfirman,

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”(Al-Baqarah: 222).

“Dan, Allah menyukai orang-orang yang sabar.”(Ali Imran: 146).

“Dan, Allah menmyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”(Ali Imran:  148).

“Dan, Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.” (Al-Maidah:42).

“Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.”(Al-Baqarah: 216).

KALIMAT TAUHID

Kalimat tauhid merupakan kalimat yang karenanya bumi dan langit menjadi tegak. Allah memfitrahkan semua makhluk pada kalimat ini dan padanya pula Dia menegakkan millah, menjadikan kiblat dan melepaskan pedang-pedang jihad. Kalimat ini semata merupakan hak Allah atas semua hamba, suatu kalimat yang melindungi darah, harta dan keturunan di dunia ini, keselamatan dari adzab kubur dan api neraka. Kalimat inilah yang menjadi tempat kembali, yang tak seorang pun dapat masuk surga melainkan dengannya. Kalimat ini juga merupakan tali, siapa yang tidak berpegang kepadanya tidak akan sampai kepada Allah. Inilah kalimat Islam dan kunci kampung yang penuh kedamaian, yang karenanya manusia terbagi menjadi orang yang bahagia dan menderita, diterima dan ditolak, yang karenanya harus ada pemisahan antara wilayah kufur dan wilayah iman, dibedakan antara tempat yang penuh kenikmatan (surga) dan tempat yang penuh siksaan dan penderitaan (neraka). Kalimat ini juga yang sendiri menjangga hal yang wajib dan yang sunat. Siapa yang akhir perkataannya kalimat laa ilaaha illallah, tentu akan masuk surga.

Adapun roh dan rahasia kalimat ini ialah mengesakan Rabb yang memiliki pujian yang agung, yang memiliki asma’yang suci dan penuh barakah, yang tiada Ilah selain-Nya, pengesaan dalam cinta, pengagungan, takut dan harapan

 

CINTA MERUPAKAN DASAR SETIAP AGAMA

Sebagaimana cinta dan kehendak merupakan dasar setiap perbuatan seperti yang sudah dijelaskan dibgian terdahulu, ia juga merupakan dasar setiap agama, baik agama yang haq maupun agama yang batil. Agama mencakup amal-amal zhahir dan batin. Sementara cinta dan kehendak merupakan dasar dari semua itu. Agama adalah ketaatan, ibadah dan akhlak. Agama merupakan ketaatan yang hukumnya wajib dan rutin, yang kemudian menjadi akhlak dan kebiasaan.

DUA UNSUR AGAMA

Ada dua unsur dalam agama, yaitu:

  • Agama yang berunsur syariat dan perintah
  • Agama yang berunsur hisab dan pembalasa

Kedua-duanya milik Allah semata. Semua sisi agama milik Allah, baik yang berupa perintah maupun pembalasan. Cinta merupakan dasar dari masing-masing unsur ini. Apa pun yang disyariatkan dan diperintahkan Allah, maka Dia mencintai dan meridhainya.Sedang apa pun yang  dilarang-Nya, maka Dia tidak dan membencinya, karena ia menafikkan apa yang dicintai dan diridhai-Nya, karena Dia mencintai kebalikannya. Jadi agama yang berunsur perintah ini kembali kepada cinta dan keridhaan-Nya.

Agama yang diperuntukkan hamba bagi Allah dapat diterima jika berasal dari kecintaan dan ridha-Nya,sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam ,

“Akan merasakan rasanya iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabb dan kepada Islam sebagai agama serta kepada Muhammad sebagai rasul.

****************************************************************

 

PERANGKAP SYETAN

PERANGKAP SYETAN

(IBNUL JAUZY)

BAB I : PERINTAH MENGIKUTI AS-SUNNAH WAL-JAMA’AH

Dari Ibnu Umar,bahwa Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu pernah berpidato di hadapan orang-orang,lalu dia pun berkata,”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berdiri di hadapan kami,seraya bersabda,

“Barangsiapa di antara kalian menghendaki taman surga,maka hendaklah dia mengikuti Al-Jama’ah,karena syetan itu beserta satu orang,adapun dari dua orang dia lebih jauh lagi.”

Dari Usamah bin Syarik,dia berkata,”Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tangan Allah itu di atas Al-Jama’ah.Jika ada salah aeorang di antara mereka menyendiri,maka syetan-syetan menyambarnya,sebagaimana serigala yang menyambar seekor domba yang keluar dari rombongannya.”

Dari Abdullah,dia berkata,”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membuat sebuah garis dengan tangan beliau,kemudian bersabda,”Ini adalah jalan Allah yang lurus.”Kemudian beliau membuat garis lagi di sebelah kanan dan kirinya,lalu bersabda,”Inilah adalah jalan-jalan,yang tidak dilalui melainkan di sana ada syetan yang mengajak untuk ke sana.”Kemudian beliau membaca ayat,

“Dan,bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,maka ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain).”(Al-An’am:153).

Ahmad meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu Anhu,bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya syetan itu serigala (yang memangsa) manusia seperti serigala (yang memangsa) domba.Dia mengambil domba yang menjauh dan memencil.Jauhilah jalan di antara dua bukit,hendaklah kalian mengikuti Al-Jama’ah,orang umum dan berada di masjid.”

Umat Terbagi Menjadi Tujuh Puluh Tiga Golongan

Dari Ibnu Umar,dia berkata,”Rasululah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Benar-benar akan terjadi pada umatku seperti yang terjadi pada Bani Israel,layaknya sepasang terompah,sampai-sampai jika ada di antara mereka yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan,tentu di tengah umatku ada pula yang berbuat demikian.Sesungguhnya Bani Israel terbagi-bagi menjadi tujuh puluh dua golongan,sedangkan umatku terbagi-bagi menjadi tujuh puluh tiga golongan.Semuanya ada di neraka kecuali satu golongan”.Mereka bertanya,”Golongan apa itu wahai Rasulullah?”Beliau menjawab,”Yang berada pada jalanku dan para shahabatku.”Diriwayatkan At-Tirmidzy,ini hadits hasan gharib).

BAB II : CELAAN TERHADAP BID’AH DAN AHLI BID’AH

Disebutkan di dalam Ash-Shahihain,dari Aisyah Radhiyallahu Anha,dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan(agama) kami yang bukan termasuk darinya,maka ia tertolak.”

“Barangsiapa mengerjakan sesuatu yang tidak termasuk agama kami,maka ia tertolak.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Aku nasihatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah,mendengar dan taat,sekalipun terhadap seorang (pemimpin) budak Habsyi. Sesungguhnya orang yang masih hidup sepeninggalku akan melihat pertentangan yang banyak.Maka hendaklah kalian berpegang kepada Sunnahku dan sunnah Al-Khulafa’ur-Rasyidun yang mendapat petunjuk sesudahku.Berpeganglah kepadanya dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Jauhi oleh kalian hal-hal yang baru,karena setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”(Menurut At-Tirmidzy, ini adalah hadits hasan shahih).

Dari Ibnu Mas’ud,dia berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Aku mendahului kalian ke telaga,dan benar-benar ada orang-orang yang bergerak-gerak ke arahku,lalu kukatakan,’Wahai Rabbi,mereka para shahabatku’.Dikatakan,’Kamu tidak tahu hal-hal baru yang mereka ciptakan sesudahmu’.”(Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim).

Abdullah bin Mahraz berkata,”Agama akan sirna satu sunnah demi satu sunnah,seperti seutas tali yang semakin usang kekuatannya,sedikit demi sedikit.”

Sufyan Ats-Tsaury pernah berkata,”Barangsiapa pernah mendengar dari ahli bid’ah,maka Allah tidak memberikan manfaat dari apa yang telah didengarnya itu,dan siapa yang sering berjabat tangan dengannya,maka Islamnya akan berkurang sedikit demi sedikit.

Muhammad bin Abu Bakar berkata,Aku pernah mendengar Fudhail bin Iyadh berkata,”Siapa yang duduk-duduk bersama pelaku bid’ah,maka waspadailad dirinya.

Fudhail bin Iyadh juga berkata,”Siapa yang mencintai pelaku bid’ah,maka Allah menggugurkan amalnya dan mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya.”

Dia juga pernah berkata,”Jika engkau berpapasan dengan ahli bid’ah di suatu jalan,maka laluilah jalan lain.Tidak ada satu amalan pun yang dilakukan ahli bid’ah yang sampai kepada Allah,dan siapa yang membantu ahli bid’ah,maka dia telah membantu untuk merusak Islam.

Dia juga pernah berkata,”Siapa yang menikahkan keluarganya yang wanita dengan laki-laki ahli bid’ah,maka dia telah memutuskan hubungan kekeluargaannya.Siapa yang duduk-duduk dengan ahli bid’ah,dia tidak akan mendapat hikmah.Jika Allah Azza wa Jalla mengetahui seseorang membenci ahli bid’ah,maka aku berharap agar.Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya.

Muhammad bin An-Nadhr Al-Haritsy berkata,”Siapa yang mendengarkan perkataan.ahli bid’ah,maka perlindungan terhadap dirinya dilepaskan dan dia diserahkan kepada ahli bid’ah itu.”

Asy-Syafi’y berkata,”Andaikata aku melihat ahli bid’ah dapat terbang dan melayang-layang di udara,maka aku tetap tidak akan mempercayai dirinya.”

Al-Laits bin Sa’d berkata,Andaikan aku melihat ahli bid’ah dapat berjalan di atas permukaan air,aku tetap tidak akan mempercayai dirinya.”

JALAN AHLUS SUNNAH

Menurut pengertian bahasa,As-Sunnah itu adalah jalan.Tidak dapat diragukan lagi bahwa ahlun-naqli wal-atsari,yaitu orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah dan para shahabat adalah Ahlus-Sunnah,sebab mereka berada di atas jalan itu,yang di sana tidak ada hal baru yang diada-adakan.Sebab hal-hal baru dan bid’ah itu baru muncul sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabat.

Bid’ah merupakan ungkapan tentang suatu perbuatan yang belum ada, karena itu perlu diada-adakan.Yang lebih sering terjadi,bid’ah ini berseberangan dengan dengan syariat dan bertentangan dengannya,entah dengan cara menambahi atau mengurangi.Kalau pun toh bid’ah itu tidak bertentangan dengan syariat,orang-orang salaf tetap membncinya,dan mereka pasti menghindar dari setiap ahli bid’ah.Jika perbuatan itu dalam perkara yang memeng diperbolehkan dan menjaga gambaran yang asli,maka itulah yang disebut itba’.

BAB III : MEWASPADAI TALBIS IBLIS

Allah juga menciptakan syetan yang menyuruhnya untuk berlebih-lebihan tentang apa yang harus dia lakukan dan apa yang harus dia tinggalkan.Yang harus dilakukan orang yang berakal ialah mewaspadai musuh yang satu ini,yang telah menetapkan permusuhannyasemenjak masa Adam,yang telah bersumpah menhabiskan umurnya untuk merusak keadaan anak keturunan Adam.Allah telah memerintahkan untuk mewaspadai Iblis dan syetan,sebagaimana firman-Nya

“Dan,janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syetan,karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya syetan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.”(Al-Baqarah:168-169).

‘Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian bebuat kejahatan(kikir) ”(Al-Baqarah:268).

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu,dia memarfu’kan,dengan berkata, ”Sesungguhnya Iblis merasa putus asa karena tidak disembah orang-orang yang sedang shalat.Tetapi tidak berputus asa mengadu domba di antara mereka.”

BAB IV : MAKNA TALBIS DAN GHURUR

Talbis artinya menampakkan kebatilan dalam rupa kebenaran.Adapun makna ghurur itu semacam kebodohan yang menimbulkan keyakinan bahwa yang rusak itu lurus dan yang hina itu bagus.Sebabnya ialah adanya kerancuan.

Ketahuilah bahwa hati itu bagaikan benteng.Di sekelilingnya ada pagar dan pagar itu mempunyai beberapa pintu.Sekalipun begitu,di sana masih ada celah-celah yang bisa dimasuki.Yang menjaga celah-celah ini adalah akal dan para malaikat. Ada beberapa satuan pasukan penyerang yang senantiasa mendatangi benteng itu,pasukan hawa nafsu dan syetan.Pasukan penyerang ini senantiasa datang dari waktu ke lain waktu dan tak mungkin bisa dihentikan,sehingga peperangan terus berkecamuk antara penghuni benteng dan pasukan penyerang(musuh).Pasukan syetan berputar-putar mengelilingi benteng mencari kelengahan penjaga untuk bisa melewati celah.Berarti penjaga harus mengetahui seluruh pintu benteng dan celah-celah yang ada di bawah tanggung jawabnya, tidak boleh lengah walau sekejap pun.Sebab musuh juga tidak pernah lengah walau sekejap pun.

Benteng ini menjadi terang karena iman dan dzikir.Di dalamnya ada cermin yang mengkilap,membiaskan berbagai rupa yang terjadi di sana.Yang pertama kali dilakukan syetan di tengah pasukan musuh ialah dengan memperbanyak asap,agar tembok-tembok benteng tampak kusam dan cerminnya menjadi buram.Hanya kesempurnaan pikiran dan kejernihan dzikirlah yang dapat membuat cermin itu tampak bersih dan bening.Sementara pasukan musuh sendiri senantiasa melancarkan serangan dan adakalanya serangan itu berhasil menyusup ke dalam benteng.Tentu saja penjaga akan menhadang serangannya.Terkadang syetan dapat masuk dan berada di dalam benteng karena kelalaian penjaganya.Terkadang angin ikut berperang menhembuskan asap ke arah benteng,membuat dinding-dindingnya menjadi kusam dan cerminnya menjadi buram,sehingga syetan dapat.menembusnya tanpa diketahui.Terkadang penjaga benteng terluka karena lalai,atau justru dapat diperalat dan diperdayai.

Selagi baju besi yang berupa iman tetap menempel pada diri orang Mukmin,maka anak panah musuh tidak akan sampai ke kancah peperangan.

BAB V : TALBIS IBLIS DALAM MASALAH AQIDAH

TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG-ORANG ATEIS

Iblis telah membisikkan kepada sekian banyak manusia bahwa di sana tidak ada Ilah dan Pencipta.Segala benda yang ada terjadi tanpa pencipta.Mereka tidak mengenal Pencipta dengan menggunakan indera dan tidak pula akal.Karena itu mereka mengingkari Sang Pencipta.

Kalau pun manusia memperhatikan keadaan dirinya sendiri,tentu sudah cukup sebagai bukti bahwa di dalam jasad ini terkandung berbagai macam hikmah,yang tidak cukup diuraikan dalam satu buku.

TALBIS IBLIS TERHADAP PARA FILOSOF DAN PARA PENGIKUTNYA

Iblis dapat memperdayai para filosof,karena mereka merasa lain daripada yang lain dalam pendapat dan pikirannya.Mereka berbicara menurut tuntunan dugaan-dugaan,tanpa mau melihat kepada para nabi.Di antara mereka ada yang berkata menurut paham materialisme,bahwa alam ini tidak ada penciptanya.Para filosof mengingkari kebangkitan badan dan pengmbalian roh ke badan.Mereka juga mengingkari surga dan neraka.Mereka beranggapan bahwa jiwa itu tetap abadi setelah kematian.

Iblis menghampiri segolongan orang dari pemeluk Islam,menyusup ke dalam diri mereka lewat pintu kekuatan kecerdikan dan kepandaian mereka,lalu memperlihatkan pengetahuan bahwa yang benar adalah mengikuti para filosof, karena mereka adalah orang-orang yang bijak.

Beberapa golongan dari umat kita belakangan ini ada yang mengisahkan,bahwa orang-orang yang katanya bijak itu pernah mengingkari adanya Sang Pencipta. menolak syariat,menganggap syariat agama sebagai peraturan dan undang-undang biasa.Sebagian dari umat kita ini percaya kepada apa yang dikisahkan dari para filosof di atas,hingga membuat mereka menolak syiar-syiar agama,mengabaikan shalat,meremehkan peringatan dan hukum-hukum syariat serta melepaskan ikatan Islam.

TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG-ORANG PENYEMBAH BERHALA

Setiap cobaan yang disampaikan Iblis terhadap manusia,sebabnya adalah kecenderungan kepada rasa,tanpa mau memfungsikan akal.Ketika rasa senang kepada sosok idola,maka Iblis mengajak sekian banyak manusia untuk menyembah gambar dan perhala.Mereka pun menurut tanpa mau mengaktifkan akalnya.

Di antara mereka ada yang memandang bahwa sosok gambar itu merupakan satu-satunya tuhan yang harus disembah.Di antara mereka ada pula yang merasa bahwa penyembahan secara total kurang layak diberikan kepada sosok gambar itu.Karenanya Iblis membisikinya bahwa penyembahan itu hanya sekedar untuk mendekatkan diri kepada Khaliq.Mereka berkata,”Kami tidak menyembah berhala-berhala itu melainkan untuk mendekatkan diri kami kepada Allah semata”.

TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG-ORANG JAHILIYAH

Di antara talbis Iblis yang paling buruk dalam masalah ini adalah taqlid terhadap nenek moyang,tanpa mau melihat kepada dalil,sebagaimana firman Allah,

“Dan,apabila dikatakan kepada mereka,’Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah’,mereka menjawab,’(Tidak),tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami’. (Apakah mereka akan mengikuti juga),walaupun nnek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun,dan tidak mendapat petunjuk?”(Al-Baqarah:170).

TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG-ORANG YAHUDI

Iblis telah memperdayai mereka dalam berbagai hal.Di antaranya adalah tindakan mereka yang menyerupakan Khaliq dengan makhluk.Bahwa Allah yang disembah adalah berupa seorang laki-laki yang terbuat dari api,duduk di atas kursi. dari api,di atas kepalanya tersematkan mahkota dari api,dan dia mempunyai anggota badan sebagaimana anggota badan manusia.Mereka juga mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah,karena mereka melihat Uzair itu dapat bangkit kembali setelah mati,lalu membaca Taurat secara hapalan.

Di antara bukti yang menunjukkan kebodohan mereka,ialah tatkala mereka melihat laut terbelah lalu mereka bisa melewatinya dan menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun,lalu mereka melihat berhala-hala yang disembah manusia,maka mereka meminta berhala yang seperti itu,

“Hai Musa,buatlah untuk kami sebuah tuhan(berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan(berhala).”(Al-A’raf:138)

Ketika Musa mencela apa yang mereka pinta itu,ternyata niat itu tetap terpendam di dalam hati mereka.Apa yang tersembunyi ini terlihat jelas tatkala mereka menyembah anak sapi.Andai bukan karena kebodohan mereka tentang Khaliq, tentu mereka tidak selancang itu terhadap Allah,seperti perkataan mereka,

“Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.”(Ali.Imran:181)

“Tangan Allah terbelenggu.”(Al-Maidah:64).

Di antara talbis Iblis terhadap orang-orang Yahudi lainny adalah yang tercermin dalam ucapan mereka,

“Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka kecuali hanya beberapa hari saja (Al-Baqarah :80).

Maksudnya ialah selama mereka menyembah anak sapi.Sementara kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan amat banyak.Kemudian Iblis mendorong mereka untuk membangkang secara total,hingga mereka mengingkari apa pun yang tertulis di dalam kitab mereka,seperti sifat Nabi kita Shallallhu Alaihi wa Sallam dan merubahnya.Padahal mereka relah diperintahkan untuk beriman kepada beliau.Rupanya mereka ridha terhadap siksa akhirat.

TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG-ORANG NASRANI

Talbis Iblis terhadap mereka banyak sekali.Di antaranya,Iblis membuat mereka beranggapan bahwa Allah adalah satu substansi.Substabsi allah itu terdiri dari tiga oknum.Tuhan yang pertama adalah Bapak,yang kedua Anak dan yang ketiga Roh Kudus.Mereka lupa bahwa andaikata Allah itu substansi,tentunya akan berlaku bagi Allah apa yang berlaku bagi substansi,seperti berada di suatu tempat, bergerak,diam dan lain-lainnya.Kemudian sebagian lainnya menganggap bahwa Al-Masih itulah Allah.

Kemudian Iblis memperdayai mereka tentang masalah nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,hingga mereka mengingkari beliau.Padahal nama beliau telah disebutkan di dalam Injil.Di antara mereka ada yang berkata tentang nabi kita,”Memang dia adalah seorang nabi.Tapi dia diutus hanya kepada bangsa Arab.”Sementara beliau bersabda,’Aku diutus kepada manusia semuanya.”Begitu pula yang beliau tulis dalam surat yang dikirimkan kepada Qishra dan Kaisar serta.berbagai raja di luar Arab.

lTALBIS IBLIS TERHADAP UMAT ISLAM

Iblis menyusup ke akidah umat Islam lewat dua jalan:

1.Taqlid kepada nenek moyang dan orang-orang terdahulu.

2.Ilmu yang tidak diketahui kedalamannya,dan siapa pun yang menyelaminya tidak akan sampai ke dasarnya.Iblis menjerumuskan orang-orang ini ke berbagai macam pencampuradukkan.

Tentang jalan yang pertama,Iblis menampakkan hal-hal yang serba baik di hadapan orang yang taqlid,bahwa dalil-dalil yang ada bisa rancu.Sementara yang benar masih tersembunyi dan taqlidlah jalan yang paling selamat.Ketahuilah bahwa alasan yang mereka pergunakan untuk memuji taqlid itu sebenarnya sangat tidak layak.Allah berfirman,

Dan demikianlah,Kami tidak mengutus sebelum kamu serang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri,melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata,’Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka’.(Rasul itu) berkata,’Apakah (kalian akan mengikuti juga) sekalipun aku membawa untuk kalian (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada yang kalian dapati bapak-bapak kalian menganutnya?” (Az-Zukhruf:23-24).

Dengan kata lain,”Apakah kalian tetap akan mengikuti jejak bapak-bapak kalian,padahal Allah telah berfirman,

“Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat.Lalu mereka tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua.mereka itu.”(Ash-Shaffat:69-70).

Ketahuilah bahwa orang yang bertaqlid itu sebenarnya tidak merasa yakin terhadap apa yang ditaqlidinya,dan dalam taqlid ini ada pengguguran terhadap fungsi akal.Padahal akal itu diciptakan untuk mengamati dan berpikir.Alangkah buruknya orang yang diberi lilin sebagai penerang,tapi justru dia memadamkan lilin itu lalu berjalan dalam kegelapan.

Sedangkan tentang jalan kedua,tatkala Iblis melihat orang-orang yang bodoh dan taqlid yang mereka lakukan secara berlebih-lebihan,maka Iblis menuntun mereka ke pasar hewan.Kemudian dia melihat golongan lain yang memiliki kepandaian dan kecederdikan.Iblis ganti memperdayai mereka sesuai dengan kemampuannya dalam menghadapi mereka Di antara mereka ada yang mencela jumud daripada taqlid dan memerintahkannya untuk memandang. Kemudian Iblis membujuk masing-masing pihak dengan cara-cara tertentu.Di antara mereka ada yang diperdayai Iblis,lalu berpendapat bahwa menggunakan zhahir syariat merupakan kelemahan.Lalu Iblis menuntun mereka kepada filsafat.Iblis tidak pernah berhenti membujuk,hingga akhirnya mereka keluar dari Islam.

TALBIS IBLIS TERHADAP GOLONGAN KHAWARIJ

Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya adalah Dzul-Khuwaishirah.Seorang laki-laki yang kedua matanya cekung,tulang pipinya menonjol keningnya menjorok kedepan,jenggotnya lebat,jubahnya bergerai-gerai dan kepalanya gundul Dia berkata,”Bertakwalah kepada Allah,wahai Rasulullah!”Beliau mengangkat kepala memandang orang itu,seraya bersabda, ”Celakalah engkau!Bukankah orang yang paling berhak untuk bertakwa kepada Allah adalah aku?”Dalam lafazh lain disebutkan,orang itu berkata,”Berbuat adillah!”Lalu beliau menjawab,”Celakalah engkau!Lalu siapa yang berbuat adil jika aku tidak adil?”

`Dialah orang Khawarij yang pertama kali muncul dalam Islam.celakanya, dia merasa benar dengan pendapatnya sendiri.Orang-orang yang mengikuti orang ini adalah mereka yang memerangi dan membunuh Ali bin Abu Thalib.

Dari Muhammad bin Ibrahim,dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Akan muncul segolongan orang di tengah kalian dimana shalat mereka lebih lebih unggul jika dibandingkan dengan shalat kalian,puasa mereka lebih unggul jika dibandingkan dengan puasa kalian,amal mereka jika dibandingkan dengan amal kalian.Mereka membaca Al-Qur’an,(yang bacaannya) tidak melebihi tenggorokan.Mereka lepas dari agama sebagaimna anak panah yang lepas dari busurnya.”(Ditakhrij Al-Bukhary dan Muslim).

Dari Abdullah bin Abi Aufa,dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Khawarij itu adalah anjing-anjing penghuni neraka.”

TALBIS IBLIS TERHADAP GOLONGAN RAFIDHAH

Kebalikan dari talbis Iblis terhadap orang-orang Khawarij sehingga mereka membunuh Ali bin Abu Thalib,Iblis membisiki segolongan orang lain untuk mencintai Ali secara berlebih-lebihan hingga keluar dari batas kewajaran.Di antara mereka ada yang menganggap Ali sebagai tuhan,yang lain menganggapnya lebih baik daripada nabi.yang lain mencaci-maki Abu Bakar dan Umar,sampai-sampai ada yang menganggap keduanya kafir.

Sikap golongan Rafidhah yang berlebih-lebihan dalam mencintai Ali bin Abu Thalib,mendorong mereka membuat hadits-hadits maudhu’ tentang kelebihan Ali,yang kebanyakan berupa hal-hal yang menggambarkan belas kasihan terhadap Ali.

Mereka tidak mau shalat berjama’ah dengan yang lain,karena mereka menuntut imam yang ma’shum,dan mereka juga senantiasa mencaci-maki para shahabat. Padahal telah disebutkan di dalam Ash-Shahihain,dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Janganlah kalian mencaci para shahabatku,karena jika salah seorang di antara kalian menginfakkan harta sebesar gunung Uhud,maka hal itu tidak bisa menyamai satu mud salah seorang di antara mereka,tidak pula setengahnya.”

Dari Abdurrahman bin Salim bin Abdullah bin Uwaim bin Sa’idah,dari ayahnya,dari kakeknya,dia berkata,”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah telah memilihku dan memilih para shahabat bagiku, lalu menjadikan bagiku di antara mereka para menteri,Anshar dan besan. Siapa yang mencaci mereka,maka laknat Allah,para malaikat dan semua manusia layak ditujukan kepadanya.Allah tidak akan menerima darinya pada hari kiamat,yang wajib maupun yang sunat.”

Dari Ali bin Abu Thalib,dia berkata,Pada akhir zaman akan mumcul segolongan orang yang mereka itu mempunyai julukan,yaitu Rafidhah.Mereka mengaku golongan kami,padahal mereka bukan golongan kami.Tandanya,mereka mencaci-maki Abu Bakar dan Umar.Dimana pun kalian mendapatkan mereka, maka,perangilah mereka dengan gigih,kareana mereka adalah orang-orang musyrik.”

TALBIS IBLIS TERHADAP GOLONGAN BATHINIYAH

Golongan Bathiniyah adalah sekumpulan orang-orang yang bersembunyi di balik nama Islam,namun mereka condong untuk menolaknya.Keyakinan dan amal mereka sama sekali bertentangan dengan Islam.Di antara inti perkataan mereka adalah meniadakan Sang Pencipta,menggugurkan nubuwah dan ibadah serta mengingkari kebangkitan.Pada awal mulanya mereka tidak menampakkan semua ini,tetapi mereka tetap menyatakan bahwa Allah itu benar,Muhammad dan Islam itu benar.Tentu saja mereka menyatakan pendapatnya secara sembunyi-sembunyi dan tidak berani terang-terangan.Setelah Iblis berhasil memperdayai mereka ,maka mereka pun semakin berani.Mereka mempunyai banyak pendapat.

BAB VI : TALBIS IBLIS TERHADAP ULAMA

TALBIS IBLIS TERHADAP PARA QARI’

Al-Hasan Al-Bashry berkata,”Al-Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Tapi banyak manusia yang menganggap membaca Al-Qur’an sebagai amal.”Dengan kata lain, mereka hanya mencukupkan diri dengan membacanya saja dan tidak mengamalkan isinya.

Iblis memperlihatkan kepada mereka bahwa banyak bacaannya sama dengan banyak pahalanya.Tentu saja ini termasuk tipu daya Iblis.Sebab qira’ah Al-Qur’an harus diniatkan karena Allah,bukan untuk mencari simpati orang banyak. Saat membacanya pun harus pelan-pelan.Allah berfirman,

“Dan,Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur,agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia.”(Al-Isra’:106).

“Dan bacalah Al-Qur’an secara tartil.”(Al-Muzzammil:4).

Di antara para qari’ ada pula yang bertenggang rasa terhadap sedikit kesalahan, seperti menggunjing saingan.Padahal tindakan ini bisa membawa mereka kepada dosa yang lebih besar.Sebab siksa yang ditimpakan kepada yang mengetahui lebih keras daripada siksa yang ditimpakan kepada orang yang tidak mengetahui.Sebab tambahan ilmu seharusnya bisa menguatkan hujjah.Status sebagai qari’ tidak membuatnyalebih terhormat,sehingga dia terlindung dari dosa yang dilakukan orang lain.

TALBIS IBLIS TERHADAP PARA AHLI HADITS

Segolongan orang yang bertujuan menjaga syariat,dengan cara mengetahui hadits yang shahih dari hadits yang dha’if.Keberadaan mereka perlu disyukuri Hanya saja Iblis memperdayai agar mereka tetap menyibukkan diri dalam urusan ini,melupakan fardhu ain dan apa yang harus mereka lakukan,lupa berijtihad melaksanakan yang wajib dan menelaah hadits itu sendiri.

Segolongan orang ada yang lebih banyak mendengarkan hadits,namun tujuannya tidak benar dan tidak ingin mengetahui yang shahih dari yang lainnya dari keseluruhan jalan hadits.Tujuannya ialah mencari yang aneh-aneh dan sulit.

Di antara talbis Iblis terhadap para ahli hadits ialah saling mencemarkan nama baik,karena hendak saling membalas.Adapun pendorong ghibah pada diri qari’ dan ahli ibadah ialah semacam ujub yang dia perlihatkan kepada orang lain,lalu dia pura-pura mendoakan orang lain yang berjauhan dan membuat doanya itu tampak khusyu’.

Di antara talbis Iblis terhadap ulama ahli hadits adalah periwayatan hadits maudhu’,tanpa menjelaskan bahwa itu adalah hadits maudhu’.Yang demikian ini merupakan tindak kejahatan terhadap syariat.Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa meriwayatkan sebuah hadits dariku seraya memperlihatkan bahwa hadits itu dusta,maka dia adalah salah seorang dari para pendusta.” (Diriwayatkan Muslim dan Ahmad).

TALBIS IBLIS TERHADAP FUQAHA

Para fuqaha’ pada zaman dahulu adalah ahli Al-Qur’an dan hadits.Lalu lama-kelamaan status ini semakin menurun,hingga akhirnya muta’akhirin berkata,”Kami cukup mengetahui ayat-ayat tentang hukum di dalam Al-Qur’an dan kami cukup mengacu kepada kitab-kitab yang terkenal dalam masalah hadits, seperti Sunan Abu Daud dan lainnya.”

Bahkan status ini semakin merosot,sehingga salah seorang di antara mereka ada yang berhujjah dengan satu ayat saja,tanpa mengetahui maknanya,atau cukup mngacu kepada satu hadits yang tidak dikenalnya secara pasti,apakah hadits itu shahih atau tidak.

Talbis Iblis lainnya terhadap fuqaha’,mereka lebih banyak mengandalkan kepada hasil berdebat,yang menurut mereka sebagai upaya untuk mencari dalil dari suatu hukum,menyimpulkan detail-detail syariat dan alasan-alasan berbagai madzab.Padahal seharusnya cukup menyibukkan diri dalam masalah-masalah yang besar,agar pembahasan mereka dalam masalah-masalah yang besar ini benar-benar tuntas,sehingga kalau pun ada yang menyanggahnya di antara manusia,bisa terjadi dialog yang sehat berdasarkan pandangan yang benar.Tujuan salah seorang di antara mereka yang menyusun rangka-rangka perdebatan dan mencari-cari kelemahan orang lain ialah karena hendak mencari ketenaran dan kebanggaan.

Talbis Iblis lainnya terhadap fuqaha’tatkala berdebat ialah dengan menyisipkan perkataan para filosof dan juga mempercayai topik-topik fisafat. Gambarannya,mereka lebih mementingkan qiyas(analogi) daripada hadits yang seharusnya bisa dijadikan dalil dalam suatu masalah,agar wawasan pandangannya dikatakan luas.Kalau pun ada di antara mereka yang berhujjah dengan suatu hadits,maka dia langsung dilihat dengan sebelah mata.Padahal adab yang harus diperhatikan adalah mendahulukan pembuktian secara hadits.

Talbis Iblis yang lain terhadap fuqaha’ ialah kebiasaan mereka berdekatan dengan para penguasa dan mencari muka di hadapan mereka serta tidak berani mengingkari mereka sekalipun sebenarnya mereka mampu melakukannya. Adakalanya para fuqaha’ itu membuat rukhshah(keringanan hukum agama) bagi mereka tentang sesuatu yang seharusnya tidak boleh ada rukhshah,agar para fuqaha’ itu menerima sejumlah imbalan.Yang demikian itu akan mendatangkan kerusakan bagi tiga golongan:

1.Penguasa.Dia berkata.”Kalau pun aku tidak benar,fuqaha’itu tentu akan mengingkariku.Bagaimana pun aku tidak benar ,sementara fuqaha’ itu makan dari hartaku.

2.Orang awam.Dia berkata,”Penguasa itu tidak salah,begitu pula harta dan perbuatannya.Tapi fuqaha’itulah yang tidak layak berada di sisinya.”

3.Fuqaha’.Dengan tindakannya itu dia telah merusak agamanya.

Talbis Iblis ini baru terungkap,ketika ada orang Muslim selain dia yang juga minta syafaat kepada penguasa,maka dia merasa tidak suka.Bahkan boleh jadi dia menjelek-jelekkan orang lain tersebut di hadapan penguasa,agar hanya dia saja yang mempunyai peluang untuk itu.

BAB VII : TALBIS IBLIS TERHADAP PARA PENGUASA

Iblis memperdayai para penguasa dari berbagai sisi.Kami sebutkan sebagian di antaranya yang penting.penting.

1.Iblis membisikkan kepada mereka bahwa Allah mencintai mereka Andaikan Allah tidak mencintai,tentunya Dia tidak akan mengangkat mereka menjadi penguasa sebagai wakil-Nya di tengah-tengah hamba-Nya.Kalau pun mereka itu benar-benar wakil Allah,mestinya mereka menerapkan hukum-hukum-Nya dan mencari keridhaan-Nya.Pada saat itulah mereka merupakan orang-orang yang dicintai Allah karena taat kepada-Nya.

Tidak jarang kekuasaan dan kerajaan diberikan kepada orang yang justru dibenci-Nya.Dia juga menghamparkan dunia kepada orang yang sebenarnya tidak dilihat-Nya,lalu membuatnya berkuasa terhadap orang-orang shalih.Karena berkuasa,para raja itu membunuhi orang-orang yang shalih dan wali-wali Allah,sehingga apa yang dilimpahkan Allah kepada mereka merupakan dosa bagi mereka dan bukan merupakan anugerah bagi mereka.Yang demikian inilah yang termasuk dalam firman Allah,

“Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka.”(Ali-Imran:178)

2.Iblis berkata kepada mereka,”Kekuasaan itu memerlukan pamoritas.”Karena itu mereka bersikap takabur,tidak mau mencari ilmu,duduk bersama para ulama, mengamalkan pendapat para ulama dan agama.

3.Iblis membuat para penguasa itu selalu merasa takut terhadap musuh, memerintahkan agar mereka mengokohkan pertahanan,agar apa yang ada di tangan tidak bisa terjarah.Abu Maryam Al-Asady meriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Barangsiapa yang diangkat Allah menjadi waliyul-amri dari sebagian urusan orang-orang Muslim,lalu dia tidak memenuhi kebutuhan,keperluan dan kefakiran mereka,maka Allah Azza wa Jalla tidak akan memenuhi kebutuhan,keperluan dan kefakirannya.”(Diriwayatkan Abu Daud,Al-Hakim,dan Ath-Thabrany).

4.Mereka mengangkat orang-orang yang tidak mumpuni dari mereka  yang tidak mempunyai ilmu dan tidak kuat,lalu dengan mudah dia menguasai mereka untuk menzhalimi manusia,memberi mereka gaji dari hasil yang haram,bersikap keras kepada orang yang seharusnya tidak diperlakukan seperti itu,dan mereka pun mengira akan terbebas dari hukuman Allah,karena mereka hanya sebagai pembantu penguasa.Sama sekali tidak.Jika seorang penanggung jawab zakat mengangkat orang-orang fasik untuk membagi-bagikan zakat dan mereka berkhianat,maka penanggung jawab zakat itu juga akan dimintai tanggung jawabnya

5.Iblis membujuk mereka untuk bertindak menurut pikirannya.Maka mereka memberikan bagian kepada orang yang sebenarnya tidak boleh diberi bagian,membunuh orang yang sebenarnya tidak boleh dibunuh,lalu mereka beranggapan bahwa semua ini untuk pertimbangan politik.Lebih jauh lagi,mereka beranggapan bahwa syariat Islam masih ada yang kurang,sehingga perlu dilengkapi.Karena itu kita bisa melengkapinya dengan pendapat kita.

Ini merupakan tipu daya yang paling buruk.Sebab syariat merupakan aturan Ilahy. Jelas tak mungkin ada celah dalam aturan Ilahy,yang dimaksudkan untuk mengatur makhluk.Firman Allah,

“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab”(Al-An’am:38).

“Dan,Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya),tidak ada yang menolak ketetapan-Nya”(Ar-Ra’d:41).

Seorang politikus yang menganggap ada celah di dalam syariat ,sama dengan kufur.

6.Iblis membisikkan kepada mereka untuk menguasai harta,dengan anggapan bahwa semua harta ada dalam kekuasaannya.Ini merupakan talbis Iblis,yang bisa disingkap dengan kebiasaan manusia bersikap ekonomis dalam membelanjakan uangnya sendiri.Kebalikan dari menghambur-hamburkan uang adalah mencegah pemberian harta kepada orang yang berhak menerimanya.

7.Iblis membisikkan kepada mereka untuk melakukan kedurhakaan dan memperdayai mereka bahwa tindakan mereka yang mengamankan keadaan negara bisa mencegah mereka dari hukuman macam apapun.Untuk menanggapi hal ini dapat dikatakan,”Kalian diangkat sebagai waliyul-amri agar kalian menjaga stabilitas negara dan mengamankan jalan-jalan.Ini merupakan kewajiban kalian.Kedurhakaan yang kalian lakukan tetap dilarang dan hal ini tidak ada keringanan bagi kalian.”

8.Iblis memperdayai mayoritas di antara mereka,bahwa mereka telah melaksanakan apa yang diwajibkan.Padahal kalau disimak lebih lanjut,di sana masih banyak terdapat celah yang harus dibenahi.

9.Iblis menjadikan mereka memandang bagus tindakan mereka yang merampas harta,memerintahkan manusia untuk mengeluarkan harta lewat pajak yang mencekik leher,lalu mengangkat orang-orang yang suka berkhianat.Padahal seharusnya seorang penguasa menindak secara nyata siapa pun yang berkhianat.

10.Iblis mnjadikan mereka memandang bagus melakukan tindakan mereka yang mengeluarkan uang setelah marah-marah.Menurut pandangan mereka,hal ini dapat menghapus apa yang pernah mereka lakukan sebelumnya.Iblis berkata, ”Shadaqah senilai satu dirham dapat menhabus dosa sepuluh kali marah.”Tentu saja ini sesuatu yang mustahil Dosa karena marah tetap ada,dan shadaqah satu dirham yang dikeluarkan karena marah,tidak mendatangkan pahala.Shadaqah itu harus dikeluarkan dari satu yang halal,dan juga tidak dapat mengenyahkan dosa marah.Sebab memberi seorang fakir tidak bisa menghapus dosa yang dilakukan terhadap orang lain.

11.Iblis menjadikan mereka memandang bagus kedurhakaan yang dilakukan terus-menerus,dengan cara mengunjungi orang-orang shalih dan meminta doa kepada mereka.

12.Di antara mereka ada yang bertindak demi atasannya,lalu memerintahkannya untuk berbuat zalim Maka Iblis memperdayainya dengan berkata,”Dosanya akan ditanggung atasanmu dan bukan di pundakmu”,Tentu saja ini anggapan yang batil.

BAB VIII : TALBIS IBLIS TERHADAP AHLI IBADAH

TALBIS IBLIS DALAM MASALAH HADATS

Iblis menyuruh mereka untuk berlama-lama berada di dalam WC.Padahal yang demikian itu bisa mengganggu fungsi paru-paru.Di antara mereka ada yang menganggap baik penggunaan air yang melimpah.Siapa yang tidak puas terhadap ketetapan syariat,maka dia layak disebut ahli bid’ah, bukan orang yang melakukan itba’.

TALBIS IBLIS DALAM MASALAH WUDHU’

Di antara mereka ada yang diperdaya syetan dalam masalah niat,dengan berucap.”Aku berniat menghilangkan hadast” dan ucapan lainnya.

Sebab talbis Iblis ini ialah kebodohan terhadap syariat.Sebab yang namanya niat itu ada di dalam hati,bukan dengan lafazh.Memaksakan niat dengan lafazh merupakan sesuatu yang sama sekali tidak diperlukan,disamping tidak ada maknanya.

Di antara mereka ada yang dikecoh Iblis tatkala memandang air yang digunakan untuk wudhu’,dengan berkata,”Dari mana engkau tahu bahwa air itu suci? Lalu dia membuat berbagai kemungkinan yang bermacam-macam.Padahal fatwa syariat sudah cukup baginya bahwa dasar hukum air adalah suci.Yang dasar ini tidak boleh ditinggalkan hanya karena kemungkinan-kemungkinan.

Adakalanya dia wudhu’ dalam jangka waktu yang lama,sehingga tertinggal waktu shalat,atau tidak bisa shalat pada awal waktu atau ketinggalan mengikuti shalat jama’ah.

Abdullah bin Mughaffal berkata,aku mendengar Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda

“Akan muncul di tengah umat ini segolongan orang yang berlebih-lebihan dalam berdoa dan bersuci.”(Diriwayatkan Abu Daud,Ibnu Majah dan Ahmad).

Abul-Wafa’ bin Aqil berkata,”Sesuatu paling berharga yang dicari-cari orang-orang yang berakal adalah waktu,dan yang paling sedikit digunakan orang yang beribadah adalah air.

TALBIS IBLIS DALAM MASALAH ADZAN

Di antaranya adalah melagukan adzan.Malik bin Anas dan ulama-ulama lainnya memakruhkan dengan keras melagukan adzan,karena yang demikian itu mengalihkan pengagungan terhadap Allah menjadi lantunan lagu

Yang lain lagi ada yang menambahi adzan subuh dengan dzikir tasbih dan peringatan,sehingga adzan subuh ada diapit oleh peringatan-peringatan ini.Para ulama memakruhkan apa pun yang ditambahkan kepada adzan.Ada pula yang membaca surat-surat Al-Qur”an dengan suara nyaring sehingga mengganggu tidurnya manusia dan juga mengganggu orang yang sedang shalat tahajjud.Semua ini termasuk kemungkaran.

TALBIS IBLIS DALAM MASALAH THAHARAH

Di antaranya dalam masalah pakaian yang dikenakan.Engkau lihat salah seorang di antara mereka mencuci pakaiannya yang sudah suci hingga beberapa kali.Boleh jadi ada orang Muslim lainnya yang menyentuh pakaiannya itu,sehingga dia merasa perlu untuk mencucinya.Ada pula yang mencelupkan pakaian yang dicucinya di dalam sumur.Para sahabat tidak pernah berbuat seperti itu.

Semua ini merupakan talbis Iblis .Semenikuttara syariat Islam sangat luwes dan mudah.

TALBIS IBLIS DALAM SHALAT

Kalau pun di antara orang-orang yang selalu merasa was-was dapat berniat secara benar,lalu dia bertakbir,ternyata bagian-bagian shalatnya yang lain dilakukan secara serampangan.Seakan-akan maksud dari shalat itu hanya takbir semata.

Di antara mereka ada yang bertakbir secara benar di belakang imam, sementara waktu yang tersisa dalam rakaat yang diikutinya itu sudah mepet.Toh sekalipun begitu dia membaca doa iftitah.Ketika dia membaca ta’awudz,imam sudah ruku’.Ini juga termasuk talbis Iblis Sebab pensyariatan doa iftitah dan ta’awudz hukumnya sunat.Sementara yang dia tinggalkan,yaitu bacaan Al-Fatihah termasuk yang wajib dibaca makmum menurut segolongan ulama.Jadi tidak seharusnya dia mendahulukan yang sunat daripada yang wajib.

MENINGGALKAN YANG SUNAT

Iblis memperdayai sebagian orang,lalu mereka meninggalkan sebagian banyak sunat karena berdasarkan pertimbangan mereka sendiri.Di antara mereka ada yang sengaja tidak ikut dalam shaf yang pertama,seraya barkata,”Karena aku ingin mencari ketenangan hati,”Di antara mereka ada yang tidak meletakkan satu tangan di atas tangan yang satunya lagi,seraya berkata,”Aku tidak suka memperlihatkan  kekhusyukan yang tidak ada di dalam hatiku.”

Telah disebutkan di dalam Ash-Shahihain,dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Andaikan manusia itu tahu pahala dalam adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mrndapatkannya kecuali dengan cara diundi, tentulah mereka mau diundi.”(Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim).

“Sebaik-baik shaf kaum laki-laki adalah yang pertama,dansebu4ruk-buruk shafnya adalah yang terakhir.”(Diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah).

Iblis memperdayai sebagian orang yang mendirikan shalat,berkaitan dengan makhraj huruf.Eangkau lihat bagaimana dia mengucapkan, “”Alhamdu….al-hamdu…”.dua kali,yang justru keluar dari adab shalat.Adakalanya Iblis melancarkan talbis dalam masalah tasydid,atau dalam makhraj huruf dhad saat membaca al-maghddhub (dalam surat al-Fathihah).

TALBIS IBLIS DALAM MASALAH MEMBACA AL-QUR’AN

Iblis memperdayai segolongan orang dengan banyak-banyak membaca Al-Qur’an. Mereka membacanya dengan cara yang cepat,tanpa tartil dan tidak disertai peresapan hati.Yang seperti ini bukan termasuk yang terpuji.Di antara mereka ada yang menbaca Al-Qur’an pada saat adzan dikumandangkan.Yang demikian itu bukan jalan orang-orang salaf,karena mereka suka menyembunyikan amalnya.

TALBIS IBLIS DALAM MASALAH PUASA

Iblis memperdayai segolongan orang lalu mereka menganggap baik puasa secara terus-menerus.Di antara mereka ada yang senantiasa berpuasa,namun tidak peduli dengan cara bagaimana dia mendapatkan makanan,tidak menhindari dari ghibah dan tidak mengurangi perkataannya yang berlebihan.Iblis membisikinya,”Puasamu dapat mengenyahkan dosa-dosamu.”Tentu saja semua ini termasuk talbis-nya.

TALBIS IBLIS DALAM HAJI

Adakalanya seseorang meninggalkan suatu kewajiban karena hendak mlaksanakan haji.Yang demikian itu adalah salah.Atau adakalanya seseorang berangkat haji,tapi dia masih mempunyai hutang atau suatu kedzaliman.Atau mungkin ia pergi haji hanya sekedar untuk jalan-jalan,atau menunaikan haji dengan harta yang meragukan halal haramnya.Atau mungkin di antara mereka ada yang ingin mendapat sebutan Haji.Berapa banyak orang yang menunaikan haji ke Mekkah ,karena hendak menghitung jumlah hajinya.

TALBIS IBLIS DALAM MASALAH TAWAKAL

Iblis memperdayai segolongan orang yang mengaku tawakal,lalu mereka berpergian jauh tanpa membawa bekal,karena mereka menganggap tindakan semacam itu termasuktawakal.Tentu saja mereka ini salah.

TALBIS IBLIS TERHADAP PRAJURIT PERANG

Iblis memperdayai sekian banyak orang,lalu mereka pergi untu berjihad dengan niat membanggakan diri dan riya’,agar dia disebut-sebut sebagai prajurit perang. Atau boleh jadi agar dia disebut-sebut sebagai seorang pemberani,atau dia bermaksud mencari harta rampasan.Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya.Manakah di antara hal-hal itu yang ada di jalan Allah?Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Siapa yang berperang agar kalimat Allah-lah yang tinggi,maka dia berada di jalan Allah.”(Ditakhrij Al-Bukhary dan Muslim).

TALBIS IBLIS TERHADAP YANG MELAKSANAKAN AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

Orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar bisa dibedakan menjadi dua golongan: Orang yang pandai dan orang yang bodoh.Iblis meyusup ke dalam diri orang pandai atau berilmu lewat dua jalan:

1.Membagus-baguskan tindakannya,mencari ketenaran dan ujub karena amalnya.

2.Marah kepada diri sendiri.

Sedangkan apabila orang yang melaksanakan amar ma’ruf adalah orang yang bodoh,maka Iblis akan mempermainkan dirinya.Sehingga kerusakan yang ditimbulkannya justru lebih banyak daripada kemaslahatan yang dihasilkannya. Karena boleh jadi dia melarang sesuatu yang sebenarnya diperbolehkan menurut ijma’ ulama.Boleh jadi dia bertindak kasar,memukul pelaku kemungkaran dan mencaci makinya.Jika orang-orang memberi jawaban yang dirasa sulit menurutnya,maka dia menjadi marah-marah.Kemudian perkataannya merembet ke mana-mana,dengan membuka aib orang-orang Muslim,dia memberitahukan orang yang sebelumnya tidak tahu.Padahal menutupi aib orang Muslim itu wajib,sebisa mungkin.Kami mendengar sebagian orang bodoh yang mencegah kemungkaran,dengan menyerang segolongan orang,yang dia sendiri tidak merasa tentang keadaan mereka.Dia mnyerang sana menyerang sini,yang semuanya bermula dari kebodohannya.

Namun jika yang melakukan pencegahan adalah orang yang pandai,maka engkau akan merasa aman.Orang-orang salaf bersikap lemah lembut dalam mencegah kemungkaran.Suatu kali shilah bin Usyaim melihat seorang laki-laki yang mengobrol dengan seorang wanita.Maka dia berkata,”Sesungguhnya Allah melihat kalian berdua.Semoga Dia menutupi aib kita dan kalian berdua.”

Orang yang paling layak untuk bersikap lemah-lembut adalah para penguasa.Ada baiknya jika dikatakan kepada mereka,”Sesungguhnya Allah telah mengangkat derajat kalian.Maka lihatlah nikmat Allah ini.Karena nikmat-nikmat-Nya bisa bertahan karena syukur.Tidak tepat jika kalian menerima nikmat itu dengan kedurhakaan.”

BAB IX : TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG-ORANG ZUHUD

Ada orang awam yang pernah mendengar celaan terhadap dunia yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits.Lalu dia melihat jalan keselamatan ialah dengan meninggalkan dunia.Dia tidak tahu bahwa bukan dunia itu yang harus dicela.Iblis memperdayainya dengan berkata,”Engkau tidak akan selamat di akhirat kecuali dengan meninggalkan dunia.”Seketika itu juga dia pergi ke gunung,tidak mau ikut shalat jama’ah dan Jum’at serta mencari ilmu.Dia mengira bahwa inilah yang disebut zuhud yang hakiki.Pasalnya,dia mendengar ada orang lain yang juga berbuat hal yang sama.

Dia tersusupi talbis Iblis,karena ilmunya yang minim,atau karena dia.memang bodoh dan ridha terhadap ilmu yang dimilikinya.Andaikata dia banyak berkumpul dengan fuqaha’,tentu dia akan memahami banyak hakikat,tentu dia akan tahu bahwa bukan dunia itulah yang harus dicela.

Manfaat orang zuhud itu tidak penah keluar dari ambang pintunya.Sementara manfaat orang yang berilmu merebak kemana-mana.Berepa banyak orang yang berilmu yang dapat menuntun ahli ibadah kepada yang benar.

Seseorang harus tahu bahwa dirinya adalah kendarannya,yang berarti dia harus memperlakukannya secara lemah lembut,agar dia bisa mencapai tujuan yang dikendakinya.Maka hendaklah dia melakukan apa yang memberikan maslahat bagi dirinya,meninggalkan apa yang dapat mengganggunya,eperti makan terlalu kenyang dan berlebih-lebihan mengumbar nafsu,karena yang demikian itu bisa mengganggu badan dan juga agamanya.

BAB X : TALBIS UBLIS TERHADAP ORANG-ORANG SUFI

Orang orang sufi tak jauh berbeda dengan orang-orang zuhud.Hanya saja orang-orang sufi mempunyai beberapa sifat dan keadaan yang berbeda,dan mreka juga memperlihatkan ciri-ciri sendiri.Yang pasti,istilah sufi ini muncul sebelum tahun dua ratus.

Talbis Iblis yang pertama kali terhadap mereka adalah menhalangi mereka mencari ilmu.Ketika pelita ilmu yang ada di dekat mereka dipadamkan,mereka pun menjadi linglung dalam kegelapan,dan di antara mereka ada yang karena minimnya ilmu, lalu berbuat berdasarkan hadits-hadits maudhu’,sementara dia tidak mengetahuinya.

Kemudian datang suatu golongan  yang lebih banyak berbicara tentang rasa lapar,kemiskinan,bisikan-bisikan hati dan hal-hal yang melintas di dalam sanubari, lalu,lalu mereka membutuhkan hal-hal itu.Ada pula golongan lain yang mengikuti jalan tasawuf,menyendiri dengan ciri-ciri tetentu,seperti mngenakan pakaian tambal-tambalan,suka mendengarkan syair-syair,mnabuh rebana,tepuk tangan dan berlebih-lebihan dalam masalah thaharah dan kebersihan.Memang mereka masih menggeluti ilmu,tapi mereka menamakannya ilmu batin,dan mereka menyebut ilmu syariat sebagai ilmu zhahir.

Kemudian muncul beberapa golongan lain yang mempunyai jalan sendiri-sendiri, dan akhirnya akidah mereka menjadi rusak.Di antara mereka ada yang berpendapat tentang adanya ingkarnasi,yaitu Allah menysup ke dalam diri makhluk dan ada pula yang menyatakan Allah menyatu dengan makhluk.Iblis senantiasa menjerat mereka dengan berbagai macam bid’ah,sehingga mereka membuat sunnah tersendiri bagi mereka.

BAB XI :TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG YANG MENGAKU MENDAPAT KARAMAH

Di antara mereka ada yang membual melihat cahaya atau kilatan sinar di langit pada bulan Ramadhan.Dia berkata,”Aku dapat melihatnya pada lailatul qadar.”Pada kesempatan yang lain dia berkata,”Pintu-pintu langit telah dibukakan.untukku.”Kebetulan sesuatu yang dia harapkan juga terwujud,lalu menganggapnya sebagai karamah.Padahal boleh jadi itu memang hanya sekedar kebetulan atau merupakan ujian baginya atau merupakan tipuan Iblis.Orang yang berakal tentu tidak akan terusik karena masalah sepeti ini,sekalipun itu benar-benar merupakan karamah.Sebagian orang-orang zuhud yang lemah ada yang seakan melihat sesuatu yang menyerupai karamah,sehingga di membual menyamai nabi.

Sebagian muta’akhirin juga ada yang sukarela duduk di atas tungku api yang menyala,sambil memperlihatkan bahwa semacam itu adalah karamah.Kami perlu memaparkan yang demikian itu agar dapat diketahui bagaimana sikap mereka yang berlebih-lebihan dalam mempermainkan agama.Kalau memang begitu keadaannya ,lalu buat apa syariat Islam tetap dipertahankan?

BAB XII TALBIS IBLIS TERHADAP ORANG-ORANG AWAM

Iblis mendatangi orang awam lalu mengusiknya untuk memikirkan Dzat Allah Azza wa Jalla dan sifat-sifat-Nya,sehingga dia menjadi ragu terhadap Allah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberitahukan hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah,dia berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya syetan itu mendatangi salah seorang di antara kalian seraya bertanya,’Siapakah yang menciptakanmu?’Dia menjawab,” Allah’.Syetan bertanya,’Siapa yang menciptakan langit dan bumi?’Dia menjawab,’Allah’.Syetan bertanya,’Siapa yang menciptakan Allah?’Jika salah seorang di antara kalian merasakan sebagian dari yang demikian itu,maka hendaklah ia berkata,’Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”(Diriwayatkan Muslim).

Cobaan semacam ini menghinggapi seseorang,karena lintasan-lintasan perasaannya.Terkadang syetan memperdayai orang awam tatkala mendengar sifat-sifat Allah Azza wa Jalla,lalu menafsirinya berdasarkan kemampuan perasaan semata,hingga dia meyakini hal-hal yang serupa dengan-Nya.

Terkadang Iblis memperdayai orang awam lewat fanatisme terhadap madzhab tertentu,sehingga tidak jarang engkau melihat orang awam yang saling mengutuk dan bermusuhan karena suatu urusan yang tidak diketahui hakikatnya.

Biasanya orang awam merasa dia telah memiliki pemahaman.Lalu Iblis memperdayainya untuk memusuhi Allah.Di antara mereka ada yang berkata, ”Bagaimana Allah membuat keputusan hukum dan hukuman?”Di antara mereka ada yang berkata,”Mengapa Allah menyempitkan rezki orang yang bertakwa dan melapangkan rezki orang yang durhaka?”

Di antara mereka ada yang mensyukuri nikmat yang dilimpahkan kepadanya.Tapi jika cobaan menimpanya,maka dia berpaling,tidak mau lagi bersyukur dan kufur.

Di antara orang-orang awam ada yang merasa puas dengan pikirannya sendiri dan tidak peduli sekalipun bertentangan dengan para ulama.Selagi fatwa para ulama itu berseberangan dengan kepentingannya,maka dia segera menyanggah pendapat mereka dan bahkan menyerang mereka.

Di antara mereka ada yang berkata,”Allah Maha Pemurah,ampunan-Nya luas dan berharap itu termasuk agama.”Mereka menyebut angan-angan dan tipuan sebgai harapan.Hal inilah yang seringkali membinasakan orang-orang awam yang berbuat dosa.

TALBIS IBLIS TERHADAP MANUSIA SECARA UMUM

Talbis iblis terhadap manusia secara umum ialah kebiasaan mereka yang mengikuti tradisi,dan ini termasuk faktor kerusakan mereka yang paling menonjol.Mereka meniru para nenek moyang dan orang yang terdahulu ,sesuai dengan keyakinan yang direrimanya.semenjak kecil dan yang memang sudah menjadi tradisi.Tapi tak pernah perpikir apakah yang dia ikuti benar atau salah. Mereka mendirikan shalat dan melaksanakan ibadah hanya berdasarkan tradisi. Sekian puluh tahun seseorang shalat seperti shalat orang lain yang dilihatnya.Boleh jadi bacaan Al-Fatihahnya tidak benar dan tidak tahu mana yang wajib.Tidak mudah baginya untuk mengetahui semua itu,karena memang dia mengabaikan agama.Tidak jarang di antara mereka ruku’ sebelum imam ruku’ atau sujud sebelum imam sujud.Atau,di antara mereka ada yang meninggalkan yang fardhu  dan berlebih-lebihan dalam mengerjakan yang sunat.Adakalanya di antara mereka meremehkan dalam membasuh tumit tatkala wudhu’,atau tidak memutar-mutar cincin di jarinya saat mmbasuh telapak dan tangan.Dengan begitu wudhu’nya dianggap belum sah.

Dalam masalah jual beli,banyak di antara mereka yang melakukannya dengan cara yang tidak benar,tidak berusaha mengenali hukum-hukum syariat dan tidak mempedulikan fatwa para fuqaha’.Barang-barang yang diperjualbelikan juga banyak yang cacat,atau mereka berbuat curang dan sengaja menutupi yang cacat.

Yang menjadi kebiasaan mereka adalah percaya kepada perkataan dukun,peramal atau ahli nujum.Hal ini bukan rahasia lagi di kalangan mereka.Orang-orang yang berkedudukan pun ikut-ikutan pula.Jika ingin bepergian,memilih warna pakaian atau berbekam,maka mereka berkonsultai terlebih dahulu kepada ahli nujum dan juga melaksanakan saran-sarannya.Berapa banyak rumah yang tidak ada Mushhafnya.

Di dalam hadits shahih diriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,bahwa beliau pernah ditanya tentang para dukun.Maka beliau menjawab,”Mereka itu tidak ada apa-panya.”Mereka berkata,”Wahai Rasulullah,terkadang mereka mmberitahukan sesuatu yang memang benar-benar terjadi.” Beliau bersabda,” “Kata-kata yang berasal dari kebenaran itu dijaga jenis jin,lalu dipatuikkan ke telinga penolongnya sebagaimana patukan ayam,lalu mereka mencampurkan di dalamnya lebih dari seratus kebohongan.”(Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim).

Disebutkan di dalam Shahih Muslim,dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

“Barangsiapa mendatangi tukang ramal dan menanyakan sesuatu kepadanya,maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam (hari).”

Abu Daud meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau bersabda,

“Barangsiapa mendatangi dukun dan membenarkan apa yang diucapkannya,maka dia telah terbebas dari apa yang diturunkan kepada Muhammad.”

Yang seringkali mengiringi tradisi yang sudah menyimpang itu adalah sumpah-sumpah palsu yang lebih banyak memperlihatkan apa yang tampak mata.Dalam berjual-beli pun mereka menggunakan sumpah palsu.

BAB XIII :TALBIS IBLIS TERHADAP MANUSIA BERUPA ANGAN-ANGAN YANG MULUK-MULUK

Sebenarnya di dalam hati sekian banyak orang Nasrani dan Yahudi membersit kecintaan kepada Islam.Hanya saja Iblis senantiasa menghalangi mereka,seraya berkata,”Tak usah buru-buru dan pikirkanlah sekali lagi secara matang.”Iblis terus-menerus membisikkan hal ini hingga mereka meninggal dunia dalam keadaan kafir.Iblis juga merintangi orang yang durhaka untuk bertaubat,lalu menjadikan syahwat sebagai tujuan hidupnya.

Berapa banyak orang yang mempunyai hasrat yang menggebu dibuat berangan-angan,dan berapa banyak orang yang hendak berbuat baik dirintangi Iblis.Adakalanya seorang berilmu hendak mendalami lagi ilmunya Namun Iblis membisikinya,”Mengasolah sesaat dua saat.”Atau ada seorang ahli ibadah yang menunda-nunda shalat malamnya,lalu Iblis membisikinya,”Engkau masih mempunyai waktu yang longgar.”Iblis senantiasa mendorong manusia untuk bermalas-malasan,mengandai-andaikan pekerjaan dan melandaskan segala urusan kepada angan-angan semata.

Orang yang mempunyai semangat harus bertindak berdasarkan semangatnya. Sebab semangat adalah perputaran waktu dan mengenyahkan angan-angan.Orang yang takut tidak akan merasa aman dan apa yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi.Namun siapa yang membayangkan kematian tentu akan bersemangat.Orang yang bertindak dengan hati-hati bisa selamat dan orang gegabah akan celaka.

Begitulah perumpamaan manusia di dunia,ada yang sadar dan menyiapkan diri dan ada orang yang terpedaya.Orang yang pertama tidak akan kaget jika kematian menghampirinya,sedangkan orang yang kedua menjadi ketakutan dan menyesal saat melanjutkan perjalanan hidupnya.

Kami memohon keselamatan kepada Allah dari tipu daya dan cobaan syetan, kejahatan jiwa dan dunia.Sesungguhnya Dia Maha sekat dan MahaMengabulkan doa.Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang Mukmin,

===================================================================

KAIDAH MEMAHAMI BID’AH

KAIDAH MEMAHAMI BID’AH

(Muhammad bin Husain Al-Jizani)

Pengertian Bid’ah Menurut Syari’at

1.Hadits Al-Irbadh Ibnu Sariyah,di dalam hadits ini ada perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Jauhilah hal-hal yang baru (muhdasat),karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”(Diriwayatkan oleh Abu Dawud,Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)

2.Hadits Jabir bin Abdullah,bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata dalam khutbahnya:

“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Muhammad dan urusan yang paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di neraka.”(Diriwayatkan oleh An-Nasai).

3.Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa mengada-ada (sesuatu) dalam urusan (agama) kami ini,padahal bukan termasuk bagian di dalamnya,maka dia itu tertolak.”(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim).

4.Dalam riwayat lain:

“Barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada dasarnya dalam urusan (agama) kami,maka,maka dia akan tertolak.”(Diriwayatkan oleh Muslim).

KAIDAH KAIDAH MEMAHAMI BID’AH

Kaidah tersebut berjumlah duapuluh tiga yang terangkum dalam tiga dasar pokok:

Dasar pertama, taqarrub kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan.

Dasar kedua ,keluar menentang aturan agama.

Dasar ketiga dzarai (menutup peluang-peluang ) yang mengarah kepada bid’ah.

 

(A).TAQARRUB KEPADA ALLAH DENGAN HAL YANG TIDAK DISYARI’ATKAN

KAIDAH KE-1

“Setiap ibadah yang berlandaskan hadits maudhu’ yang disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah bid’ah”

Contohnya adalah:

-Hadits-hadits maudlu’ yang berkenaan dengan fadlilah (Keutamaan) surat-surat Al-Qur’an.

Hadits maudlu yang berkenaan fadlilah shalat raghaa’ib.

Penjelasan kaidah ini:

Kaidah ini dibangun di atas dasar agama yang agung,yaitu bahwa asal dalam semua ibadah itu adalah tauqif(adanya dalil),artinya bahwa hukum-hukum syari’at dan segala macam bentuk ibadah tidak bisa dinyatakan ada, kecuali dengan adanya dalil-dalil shahih yang diakui,baik dari Al-Qur’an ataupun As-Sunnah.

Adapun hadits-hadits palsu itu bukanlah sunnah Rasulullah,maka mengamalkannya adalah bid’ah,sebab itu merupakan sesuatu yang tidak diizinkan.

KAIDAH KE -2

“Setiap ibadah yang berlandaskan pendapat semata dan hawa nafsu maka itu adalah bid’ah,seperti pendapat sebagian ulama atau ubbad(ahli ibadah) atau kebiasaan sebagian daerah atau sebagian hikayat dan manamat(apa yang didapatkan di dalam tidur).”

Di antara contohnya:

-Ahli suffi dalam menetapkan kebanyakan hukum berpegang pada kasyf,mu’aayanah dan kejadian luar biasa,maka dengannya mereka menetapkan halal dan haram.Setelah itu barulah mereka memutuskan, apakah melakukan atau menahan.Seperti apa yang dihikayatkan dari sebagian mereka,bahwa jika dia menyantap makanan yang mengandung hal syubhat di dalamnya,maka urat jarinya berdenyut keras,maka dia pun tidak jadi memakannya.(Lihat Al-I’tisham 1/212,2/181,182).

-Dzikir-dzikir bid’ah,seperti dzikir kepada Allah dengan isim mufrad atau dengan dlamir.Mereka berdalih bahwa sebagian orang-orang mutaakhkhirin menganjurkannya.(Lihat Majmu Al-Fatawa 10/396).

-Memohon kepada para malaikat,para nabi dan orang-orang shalih setelah mereka meninggal dan ketika mereka tidak ada di tempat. Meminta kepada mereka serta beristighatsah dengan mereka.(Lihat Majmu Al-Fatawa 1/159-160).

Penjelasan:

Kaidah ini bisa menjadi jelas dengan menyebutkan pokok yang sangat penting tentang tanda-tanda ahlul bid’ah,yaitu bukanlah seorang ahlul bid’ah,melainkan dia itu berdalil untuk bid’ahnya dengan dalil syar’i,baik dalil shahih ataupun dlaif.

Itu terjadi karena sesungguhnya semua ahlul bid’ah tidak mau dikatakan bahwa dia itu keluar dari syari’at.Bagaimana tidak,sedangkan dia mengaku bahwa dirinya berada di dalam ruang lingkup dalil-sesuai dengan yang dia pahami-.(AL-I’tisham 1/286).

Imam Asy-Syathibi berkata,”Semua orang yang berada diluar Sunnah, tapi dia mengaku berada di dalamnya dan mengaku termasuk ahlinya,dia harus ber-takalluf (membuat-buat) ketika berdalil dengan dalil-dalilnya atas masalah-masalah yang mereka dakwakan.Jika hal itu tidak dilakukan,maka lontaran masalah itu mendustakan dakwaan mereka.”(Al-I’tisham-1/220.

Pokok yang tetap dalam masalah ini adalah bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah keduanya merupakan sumber ilmu dari Allah dan jalan pemberitaan dari-Nya,dan keduanya mrupakan jalan penghalalan dan pengharaman dan  jalan untuk mengetahui hukum-hukum dan syari’at Allah.(Lihat Jima’ul Ilmi:11,Jaamiu Bayanil Ilmi wa Fadlih:2/33 dan Majmu Al-Fatawa:19/9).

Imam Ath-Thartusy:Merata dan tersebarnya suatu amalan tidak menunjukkan kebolehannya,sebagaimana terselubungnya tidak menunjukkan terhadap pelarangannya.

KAIDAH Ke-3

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu ibadah yang ada,padahal faktor dan sebab yang menuntut adanya pelaksanaan itu ada dan faktor penghalangnya tidak ada,maka melaksanakan ibadah tersebut adalah bid’ah.”(Lihat Iqtidha Ash-Shirath al-Mustaqim 2/591-597,Majmu Al-Fatawa:26/172,Al-I’tisham:1/361 dan Al-Ibda’ karya Syaikh Ali Mahfuzh:34-45).

Contohnya:

*Melafazhkan niat tatkala akan memulai shalat.

*Mengumandangkan adzan bukan untuk shalat lima waktu.

*Melaksanakan shalat setelah Sa’i antar Shafa dan Marwah.

Penjelasan:

Penjelasan kaidah ini erat hubungannya dengan mengetahui sunnah tarkiyah.Sunnah tarkiyyah berarti Rasulullah tidak melakukan amalan dari amalan-amalan (tertentu).(Syarh Al-Kaukab Al-Munir:2/165).

 

KAIDAH KE- 4

“Semua ibadah yang tidak dilakukan oleh As-Salaf Ash-Shalih dari kalangan sahabat,tabi’in dan tabi’it tabi’in atau mereka tidak menukilnya (tidak meriwayatkannya) atau tidak menukilnya dalam kitab-kitab mereka atau tidak pernah menyinggung masalah tersebut dalam majelis majelis mereka,maka jenis ibadah itu adalah bid’ah,dengan syarat faktor penuntut untuk mengerjakan ibadah itu ada dan faktor penghalangnya tidak ada.”

1.Shalat Raghaa’ib yang diada-adakan.

2.Merayakan hari-hari besar Islam dan peristiwa-peristiwa penting.

Menjadikannya sebagi ‘ied(peringatan yang berulang-ulang), karena ‘ied adalah salah satu syari’at Islam,maka wajib ber’ittiba di dalamnya bukan malah beribtida’(Lihat Iqtidla Ash-Shirath Al-Mustaqim:2/614).Di antara perayaan ini adalah perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.Tidak seorang ulama salafpun menyebutnya apalagi melakukannya.

Ibnu Taimiyyah berkata,”Sesungguhnya ini(maulid) tidak pernah dilakukan oleh salaf,padahal faktor pendorongnya ada,sedangkan faktor penghalangnya tidak ada.Seandainya ini baik atau agak kuat,tentu salaf lebih berhak (melakukan hal ini) daripada kita,karena sesungguhnya kecintaan dan pengagungan mereka terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih dari yang kita lakukan dan mereka sangat bersemangat terhadap semua kebaikan.

Penjelasan:

Hudzaifah radliyallahu ‘anhu berkata,

“Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,janganlah kalian melakukannya,karena sesungguhnya (generasi) pertama tidak meninggalkan sesuatu yang harus dibicarakan bagi generasi berikutnya.Maka takutlah kalian wahai qurra(para pembaca Al-Qur’an) kepada Allah,ambillah jalan orang-orang sebelum kalian.”(Lihat Al-Amru bil ‘Ittiba:62,Al-Bukhari:13/250 No.7282.

Imam Malik Ibnu Anas berkata,

“Tidak ada yang dapat mmbereskan akhir umat ini,kecuali sesuatu yang telah membereskan (generasi) awalnya.”(Iqtidla Ash-Shirath Al-Mustaqim 2/718.).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:

“Maka ikutilah sunnahku (tuntunanku) dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk lagi lurus,berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan geraham.”(Dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya:4/200,201 No,4607,At-Tirmidzi dalam Sunannya:5/44 No.2676).

 

KAIDAH Ke -5

“Semua ibadah yang bertentangan dengan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syari’at adalah bid’ah.”(Lihat Al-I’tisham:2/19-20).

Contoh:

1.Dzikir dan wirid yang diakui oleh orangorang yang suka mengamalkannya sebagai dzikir dan wirid yang disusun berdasarkan ilmu huruf.(Al-I’tisham:2/20)

2.Adzan pada ‘iedul Fitri dan ‘iedul adhha.Sesungguhnya adzan tersebut tidak disyari’atkan untuk shalat-shalat sunnah,sebab ajakan atau panggilan untuk melaksanakan shalat dikhususkan hanya untuk shalat-shalat fardlu.(Lihat Al-I’tisham:2/18-19).

3.Shalat Raghaa’ib.  Shalat ini berseberangan dengan kaidah-kaidah syari’at dari beberapa segi:

1.Rasulullah melarang mengkhususkan malam Jum’at dengan ibadah tertentu (shalat).Beliau bersabda:

“Jangan kalian mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat (tertentu) tanpa malam-malam yang lainnya.”(HR.Muslim:8/18).

2.Menyalahi tuntunan untuk diam dalam shalat dengan sebab membaca tasbih yang banyak dan menghitung surat Al-Qadr dan Al-Ikhlas dalam satu rakaat dan biasanya tidak dilakukan,kecuali dengan menggerak-gerakkan jari-jemari,padahal Nabi bersabda:

“Diamlah di dalam shalat”.(HR.Muslim:4/152).

3.Menyalahi perintah khusyu’ dalam shalat dan mengkhususkan hati kepada Allah.Jika dia (orang yang shalat) berusaha menghitung bacaan surat dan tasbihnya di hati ,maka ia berpaling dari Allah subhanahu wa Ta’ala.

4.Menyalahi perintah shalat sunnah untuk dilaksanakan di rumah dan sendiri sendiri.

5.Sesungguhnya dua kali sujud yang dilakukan setelah selesai shalat ini adalah makruh,karena kedua sujud ini adalah dua sujud yang tidak mempunyai sebab.

 

KAIDAH Ke-6

“Setiap taqarrub kepada Allah dengan adat kebiasaan atau muamalat  dari sisi yang tidak dianggap(tidak diakui) oleh syar’i,maka itu adalah bid’ah.”(Lihat Al-I’/tisham:2/79-82).

Contoh:

*Menganggap memakai pakaian wol(bulu) sebagai ibadah dan jalam  menuju Allah.(Lihat Majmu Al-Fatawa:11/555).

*Begitu pula taqarrub kepada Allah dengan diam,tidak berbicara terus-menerus atau dengan menolak makan roti,daging,dan minum air atau dengan berdiri dibawah terik matahari,tidak berteduh.”(Lihat Majmu Al-Fatawa:11/200).

Penjelasan:

Kaidah ini khusus untuk adat dan muamalat yang dijadikan sebagai ibadah dan qurbah kepada Allah.Bid’ah dalam hal ini dibuat-buat dari dua sisi,yaitu dari sisi asal dan caranya.

Ibnu Taimiyyah berkata,”Dan barangsiapa beribadah dengan ibadah yang tidak wajib dan tidak pula sunnah,sedang dia meyakininya wajib atau sunnah,maka dia sesat dan telah berbuat bid’ah sayyiah bukan bid’ah hasanah  dengan kesepakatan para ulama.Sesungguhnya Allah tidak disembah kecuali dengan sesuatu yang wajib atau sunnah.”(Majmu Al-Fatawa:1/160).

 

 

KAIDAH Ke-7

“Semua taqarrub kepada Allah dengan cara melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bid’ah.”(Lihat Jami Al-Ulum wal Hikam 1/178,dan Ahkam Al-Jana’iz:242).

Contohnya:

1.Taqarrub kepada Allah dengan mendengarkan alat-alat musik,atau dengan berdansa.

2.Taqarrub kepada Allah dengan myerupai (tasyabbuh dengan) orang orang kafir.Dan di dalam contoh ini ada tiga pokok bid’ah.

Pertama,sesungguhnya hal itu adalah taqarrub kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan dan dilarang oleh-Nya,dan ini merupakan pokok pertama dari pokok-pokok bid’ah itu.

Kedua,sesunggiuhnya hal ini adalah keluar dan menentang aturan agama,dikarenakan meneladani musuh-musuh Allah,dan ini merupakan pokok kedua dari pokok-pokok bid’ah itu.

Oleh sebab itu ibtida’ terjadi dengan hanya menyerupai orang-orang kafir meskipun tanpa ada maksud taqarrub sebagaimana yang akan dijelaskan.

Ketiga,sesungguhnya hal ini merupakan dzari’ah(peluang) yang bisa menghantarkan kepada keyakinan bahwa hal itu bagian dari agama.Ini bisa terjadi bila musyabahah tersebut bersumber dari ulama yang menjadi contoh dan panutan,ini adalah pokok ketiga dari pokok-pokok bid’ah.

 

KAIDAH Ke-8

“Setiap ibadah yang dibatasi dengan tata-cara(sifat) tertentu dalam syari’at,maka merubah tata-cara ini adalah bid’ah.(Lihat Al-Baa’its 28-29,Al-I’tisham:2/26,dan Al-“Amru bil ‘Ittiba:153).

Kaidah ini merangkum beberapa gambaran berikut ini:

1.Menyalahi waktu,seperti kurban pada tanggal satu bulan Dzulhijjah.

2.Menyalahi tempat,seperti i’tikaf bukan dimesjid.

3.Menyalahi jenis,seperti qurban dengan kuda.

4.Menyalahi jumlah bilangan,seperti menambah shalat keenam.

5.Menyalahi tata-cara(tertib),seperti memulai wudlu dengan membasuh kedua kaki,kemudian menmgusap kepala,kemudian membasuh muka.

 

KAIDAH Ke -9

“Setiap ibadah mutlak yang tetap dalam syari’at dengan dalil umum, maka membatasi kemutlakan ibadah ini dengan waktu atau tempat tertentu sehingga menimbulkan anggapan bahwa pembatasan inilah yang dimaksud secara syari’at tanpa ada dalil umum yang menunjukkan terhadap pembatasan ini,maka adalah bid’ah.”

Contohnya,

Sesungguhnya puasa secara umum sangat dianjurkan,syari’at tidak mengkhususkannya dalam waktu tertentu saja,dan tidak pula membatasinya dengan zaman tertentu,kecuali hari-hari yang dilarang dan dianjurkan untuk meninggalkan dan menjalankan puasa secara khusus seperti,dua hari raya (dilarang),hari Arafah dan Asyura (dianjurkan),maka jika seorang mukallaf mengkhususkan satu hari tertentu dalam seminggu,seperti hari Rabu atau mengkhususkan beberapa hari dari satu bulan dalam hari-hari tertentu,seperti tanggal tujuh dan tanggal delapan,dan pengkhususan ini datangnya bukan dari syari’at,maka tak ragu lagi bahwa pengkhususan ini adalah pendapat tanpa ada dalil yang mendasarinya,orang tersebut telah menyamakan pengkhususan ini dengan pengkhususan syari’at terhadap hari-hari tertentu.Maka pengkhususan dari pihak mukallaf ini adalah bid’ah,karena ini adalah pensyari’atan tanpa ada landasan.(Lihat Al-I’tisham:2/12.).

 

KAIDAH Ke-10

“Ghuluw (berlebih-lebihan) dalam ibadah dengan menambah di atas batasan yang telah ditentukan,dan tasyaddud(mempersulit diri) serta tanaththu’(memberatkan diri) dalam pelaksanaan ibadah tersebut adalah bid’ah.(Lihat Majmu al-Fatawa:10/392,Al-I’tisham:2/135 dan Ahkam Al-Janaiz:242).

Contohnya,

1.Taqarrub kepada Allah dengan melaksanakan qiyamullail semalam suntuk, tidak tidur,puasa setiap hari sepanjang tahun,menjauhi wanita dan tidak menikah.

Ketiga contoh ini telah pernah terjadi pada (zaman Rasulullah) dalam kisah tiga orang yang datang bertanya tentangn ibadah Rasulullah.

2.Melempar Jumrah dengan batu-batu besar dengan anggapan bahwa hal itu lebih utama dari kerikil.(Lihat Iqtidla Ash-Shirath Al-Mustaqim:1/288-289).

3.Waswas di dalam berwudlu,mandi,mencuci pakaian dengan berlebih-lebihan,israf dan mengguyurkan air pada angota yang tidak disyari’atkan dibasuh,dan tamathu’,ta/ammuq,serta tasyaddud dalam hal itu.(Lihat Al-Amru Bil Ittiba’:291).

Yang perlu diingatkan dalam kesempatan ini bahwa ghuluw dan tasyaddud dalam ibadah adalah perbuatan orang-orang Nashrani sebab kesesatan mereka.Dan kepada merekalah Allah melarang berbuat ghuluww didalam firmannya,

“Wahai ahlil kitab,janganlah kalian berlebih-lebihan didalam agama ini.” (Lihat Iqtidla Ash-Shirath al-Mustaqim:2/289).

(B) KELUAR MENENTANG ATURAN AGAMA

Dasar ini mencakup delapan kaidah umum.

Sesungguhnya inqiyad(kepatuhan) dan khudhu’(ketundukan) kepada agama Allah bisa terlaksana dengan taslim(penyerahan) yang sempurna kepada agama ini baik dalam pokok-pokok agama maupun dalam hukum-hukumnya.

KAIDAH Ke-11

“Setiap keyakinan,pendapat,dan ilmu yang menentang Al-Qur’an dan Sunnah,atau berlawanan dengan konsensus Salaful Ummah maka itu semua adalah bid’ah.(Lihat Jami Bayan Al-Ilmi wa Fadhli:2/1052,Dar’u Atta’arudl:1/208-209,I’lam Al-Muwaqqi’in:1/67,Fadlu Ilmi As-Salaf ‘Ala Ilmi l-Khalaf:39-44,dan Ahkam Al-Jana’iz:242).

Ada tiga gambaran yang termasuk dalam kaidah ini:

Gambaran pertama,menjadikan pendapat(akal) suatu pokok yang muhkam (tidak menerima kesalahan) dan meyakininya sebagai kepastian yang benar(maqthu’) dan menyesuaikan serta mencocokkan nushush sam’iyyah (dalil-dalil AlQur’an dan Sunnah) kepada pokok ini.Dan apa yang ada dalam nushush tersebut sesuai dengan akal,maka dapat diterima,adapun yang bertentangan dengannya akan ditolak.

Gambaran kedua: Mengeluarkan fatwa dalam agama Allah tanpa dilandasi ilmu.Mereka sesat karena berfatwa tanpa ilmu,sebab mereka tidak mempunyai ilmu.(Lihat Al-I’tisham:2/812.

Gambaran ketiga:Mempergunakan akal dalam mengetahui hukum sesuatu sebelum terjadi,maka menyebabkan dia mengabaikan dan meninggalkan sunnah dan bahkan merupakan dzari’ah ketidaktahuan terhadapnya.(Lihat Jami Bayan Al Ilmi wa Fadllih:2/1054,I’lam Al-Muwaqi’in :1/169 dan Al-I’tisham:1/103-104,2/335).

Imam Asy-Syafi’i berkata:”Dan bid’ah itu adalah sesuatu yang bertentangan dengan kitab Allah atau sunnah atau atsar sahabat Rasulullah.”(I’lam Al-Muwaqi’in:1/80)

KAIDAH Ke -12

I’tiqad-i’tiqad yang tidak ada di dalam Al-Qur’an dan Sunnah serta tidak didapatkan dari sahabat dan tabi’in adalah bid’ah.(Majmu Al-Fatawa 20/163).

Hal-hal yang ternasuk dalam kaidah ini sebagai berikut:

1.Ilmu Kalam.

Ibnu Abdi Al-Barr telah menukil ijma bahwa ilmu kalam ini adalah bid’ah.Beliau berkata,”Para ahli fiqh dan ahli hadits(atsar) di seluruh pelosok (negara Iskam) telah berijma bahwa ahli kalam itu adalah ahli bid’ah dan kesesatan.Menurut semua(ulama) di seluruh pelosok negeri mereka tidak dianggap dalam jajaran para ulama,karena para ulama adalah ahlu al-atsar (hadits) dan orang-orang yang ber-tafaquh dalam atsar itui.Para ulama itu bertingkat-tingkat derajat keistimewaannya dan kepahamannya dalam atsar itu.”(Jaami Bayan al-Ilmi wa Fadllih:2/942).

2.Thariqah Shufiyyah (Tarekat Sufi)

Shufiyyah dalam banyak hal menganggap baik hal-hal yang tidak ada (dalilnya) di dalam Al-Qur’an,Sunnah dan juga hal-hal yang tidak pernah diamalkan oleh salafushshalih,maka mereka melaksanakannya sesuai dengan anggapan tersebut dan menmjadikannya sebagai jalan dan sunnah yang tidak bisa diganti,bahkan mereka terkadang mewajibkan dalam beberapa kesempatan.

Ibnu Rajab berkata,”Di antara ilmu-ilmu yang baru adalah memperbincangkan ilmu-ilmu batin yang berupa ma’arif,amalan hati dan hal lain yang hanya mengandalkan pendapat,perasaan dan kasyf.

Imam Syafi’i berkata,”Setiap orang yang berbicara dalam masalah agama dengan hawa nafsu dan tanpa dilandasi sunnah Rasulullah dan para sahabatnya,maka termasuk bid’ah dalam Islam.”(Shaun Al-Mantiq wa Al-Kalam:150).

 

KAIDAH KE -13

“Sesungguhnya permusuhan,bantah-bantahan dan perdebatan dalam  agama adalah bid’ah”

Masalah yang termasuk dalam kaidah ini adalah sebagai berikut:

1.Bertanya tentang mutasyaabihat(hal-hal yang masih samar).Contohnya:

a. Kisah sahabat Shabigh yang pernah bertanya tentang mutasyaabihat.Tatkala berita ini sampai kepada khalifah Umar,maka ia memerintahkan untuk menangkapnya dan kemudian didera(dipukul),terus diasingkan ke kota Bashrah dan menyuruh penduduknya tidak mendekati dia Maka Shabigh di sana bagaikan unta yang kena penyakit kudis.Dia tidak datang ke suatu majlis melainkan orang-orang mengatakan,”Hukuman Amirul Mukminin”.Maka orang-orang pun bubar menjauhinya,sampai akhirnya dia bertaubat dan bersumpah dengan nama Allah bahwa dia sekarang tidak mendapatkan sesuatu dari kesyubhatan yang pernah ada pada dirinya,maka Umarpun mengizinkan untuk bergaul dengannya.Tatkala muncul khawarij,dia didatangi (orang-orang Khawarij) kemudian dikatakan kepadanya,”Ini waktumu.”Dia berkata “Tidak,sudah cukup bagi diriku pelajaran dari hamba yang shalih (Umar Radhiyallahu anhu).(Lihat Majmu al-Fatawa 4/3).

b.Kisah Imam Malik ketika didatangi seseorang laki-laki dan bertanya,”Wahai Abu Abdillah,Arrahmanu ‘alal’arsyistawa(Allah Yang Maha Pengasih bersemayam(istiwa) di atas ‘Arsy),bagaimana Dia beristiwa?”Maka Imam Malik berkata,”Cara (kaifiyyah) istiwa’ tidak ma’qul(tidak bisa dicerna akal) dan istiwa’ itu sudah diketahui,meyakininya adalah wajib dan menanyakannya adalah bid’ah,maka sesungguhnya saya khawatir kamu akan sesat.”Maka beliau menyuruh orang tersebut untuk ke luar.(Dikeluarkan oleh Al-Lalikai dalam As-Sunnah 3/441 no,664.)

Ibnu Taimiyyah berkata,”Karena hal itu adalah pertanyan tentang sesuatu yang tidak diketahui manusia dan tidak mungkin mereka bisa menjawabnya.”(Majmu Al-Fatawa,3/250).

2.Kaum muslimin diuji dengan masalah-masalah dan pendapat-pendapat yang tidak ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Al-Barbari berkata,”Dan ujian dalam Islam adalah bid’ah.Adapun sekarang diuji dengan dengan Sunnah.Dikarenakan ada ungkapan (seorang alim):”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian,”(Syarh As-Sunnah:55).

3.Fanatisme yang menimbulkan perpecahan umat dan upaya membangun persaudaraan dan permusuhan atas dasar silsilah keturunan.

Kami telah meriwayatkan dari Mu’awiyyah bin Sufyan bahwa beliau bertanya kepada Abdullah bin Abbas,”Apakah kamu mengikuti millah (pendapat) Ali atau millah Utsman?” Ibnu Abbas berkata,”Saya tidak berada di atas millah Ali,tidak pula millah Utsman,tapi saya di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”(Dikeluarkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah Al-Kubra:1/354-355 No.237-238).

Dan Allah telah menamakan kita di dalam Al-Qur’an muslimin, mu’minin, ibadullah (hamba-hamba Allah),maka kita tidak boleh meninggalkan nama-nama yang telah Allah berikan kepada kita dan memilih nama-nama yang tidak berdasarkan dalil yang diturunkan Allah.”(Majmu Al-Fatawa:3/415)

4.Mengklaim seorang muslim dengan kafir atau bid’ah tanpa bukti.

Ibnu Baththah berkata,”Asy-Syahadah adalah bid’ah,Al-Bara’ah adalah bid’ah dan al-Wilayah adalah bid’ah.

Yang dimaksud Asy-Syahadah adalah persaksian yang menyatakan bahwa seseorang ahli surga atau ahli neraka,tanpa bukti dan dalil yang kuat.

Al-Wilayah adalah loyal terhadap suatu kaum dan berlepas diri dari yang lainnya.

Al-Bara’ah adalah berlepas diri dari kaum yang berpegang teguh pada Islam dan sunnah.(Asy-Syarhu wa Al-Ibanah:341,dan lihat Al-Istiqamah karya Ibnu Taimiyyah:1/113-116).

Penjelasan : Kaidah ini khusus berhubungan dengan perdebatan dalam bab aqidah dan dasar-dasar agama,bukan masalah fiqih dan hukum-hukum furu’iyyah(cabang).

Berdebat dan berbantah-bantahan dalam agama akan menimbulkan keragu-raguan di dalam hati dan menghalangi untuk mengetahui yang benar.”(Al-Hujjah fi Bayan al-Muhajah:2/347,Al-I’tisham:2/80-82).

 

KAIDAH KE -14

“Mewajibkan manusia untuk melakukan suatu adat dan muamalah serta  menjadikan hal itu seperti syari’at yang tidak boleh ditentang dan agama yang tidak boleh dibantah adalah bid’ah.”

Contoh,

1.Menetapkan pajak dalam muamalah,seolah-olah merupakan ketetapan agama dan suatu yang diwajibkan kepada mereka,baik secara kontinyu atau pada waktu tertentu dengan cara-cara yang ditetapkan,sehingga menyerupai apa yang disyari’atkan dan membebani manusia.Dan apabila mereka tidak melakukannya,akan dikenakan sangsi dan hukuman.Sebagaimana pengambilan zakat ternak dan pertanian dan hal yang serupa dengannya.(Al-I’tisham:2/80-81).

2.Mengutamakan orang bodoh atas ulama dan menempatkan orang-orang yang tidak loyal pada jabatan-jabatan penting dengan cara turun menurun. Sehingga keadaan ini menjadi kebiasaan yang wajar dan dianggapnya seperti agama yang tidak boleh ditentang.Semua ini adalah bid’ah.(Al-I’tisham:2/81).

Penjelasan:

Kaidah ini khusus mengenai adat kebiasaan dan muamalat.Pelanggaran dalam hal ini terjadi disebabkan karena menentang aturan agama dengan cara menjadikan adat atau muamalat sebagai sesuatu yang wajib dipatuhi manusia,sehingga kedudukannya setingkat dengan kewajiban agama dan syari’at.

Namun lain halnya dengan kewajiban yang berdasarkan pada suatu yang rasional dan dapat menghasilkan kemaslahatan yang diakui eksistensinya.Maka hal-hal seperti ini termasuk dalam katagori Al-Maslahat Al-Mursalah yang tidak tergolong bid’ah.

Contoh maslahat mursalah,membuat rambu-rambu ketertiban,dan tingkatan jabatan yang dapat merealisasikan maslahat umum untuk ummat sesuai dengan tujuan-tujuan syari’at.

 

KAIDAH Ke –15

“Keluar menentang aturan-aturan agama yang sudah tetap dan merubah hukum-hukum syariat yang telah ditentukan batasannya adalah bid’ah.” (Lihat Talbis Iblis:16-17,dan Al-I’tisham:2/86).

Contohnya,

1.Apa yang dituturkan oleh Ibnu Rajab,”Dan muamalah seperti akad(transaksi), fasakh(pembatalan) dan lainnya apabila merubah ketentuan syari’at seperti menjadikan harta sebagai sanksi hukumn zinah dan lainnya.Maka hal itu tidak sesuai dan keluar dari dasar syari’at.Dan kepemilikan tidak bisa berpindah dengannya sebab hukuman ini tidak pernah dikenal dalam Islam.

Dalil kongkrit yang menjadi dasar hal ini adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya,”Sesungguhnya anak laki-laki saya menjadi buruh di rumah si fulan,terus melakukan zina dengan isterinya,maka saya menebus anak saya dengan seratus ekor kambing dan seorang budak”,Nabi bersabda, “Seratus ekor kambing beserta budak itu harus dikembalikan lagi kepadamu dan anakmu harus didera seratus kali dan diasingkan setahun.” (Jami Al-Ulum Wal Hikam:1/181,dan hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari:5/301 No.2695-2696).

2.Hilah bathilah(alasan yang tidak benar) yang menyebabkan penghalalan sesuatu yang siharamkan atau pengguguran suatu kewajiban,seperti menghalalkan riba dengan jual-beli ‘inah,mengembalikan wanita yang ditalak tiga kepada yang mentalaknya dengan cara nikah tahlil,serta menggugurkan kewajiban zakat dengan cara hibah yang dipinjamkan yang dianggap boleh segolongan orang,padahal para ulama menganggap alasan ini bagian dari bid’ah.(Al-I’tisham:2/85-86).

 

 

3.Menggugurkan kewajiban shalat,sesungguhnya ahli bid’ah mengqitaskannya pada fidyah puasa yang mempunyai nash hukum.Mereka tidak berhenti sampai disini,bahkan mengembangkan alasan-alasan tersebut dengan menetapkan bentuk amalan lain yang tidak mempunyai landasan dan dasar yang kuat.Bid’ah semacam ini tergolong bid’ah yang paling aneh.(Al-Bid’ah:19)

4.Bisa dikelompokkan dalam bentuk ini,masalah yang telah dikabarkan oleh Rasulullah bahwa hal itu akan terjadi,muncul dan tersebar.Dimana kejadian ini menyerupai bid’ah,karena keduanya memberi isyarat terjadinya perubahan tntunan agama dan hilangnya ajaran yang benar,seperti sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah ilmu agama diangkat,kebodohan nampak,perzinahan merajalela,dan khamer diminum.”(HR.Al-Bukhari:9/330 no:5231,dan Muslim:16/221.)

 

KAIDAH Ke -16

“Menyerupai orang-orang kafir dalam hal yang khusus bagi mereka,baik  berupa ibadah atau adat kebiasaan adalah bid’ah.”(Ahkam al-Janaiz:242)

Contoh,

1.Enggan memakan lemak dan hewan ternak yang berkuku dengan alasan berpegang pada agama untuk menyerupai orang kafir.

2.Mengikuti atau menyamai orang-orang kafir dalam merayakan hari raya dan upacara-upacara yang mereka selenggarakan.

Imam Adz-Dzahabi berkata,”Menyerupai orang kafir dalam milad(hari ulang tahun),Kamis dan Nairuz adalah bid’ah yang amat keji.”(At-Tamasuk bi As-Sunan:130).

Penjelasan:

Kaidah ini dan berikutnya khusus menjelaskan larangan menyerupai orang-orang kafir.Penyerupaan ini ada dua macam,yaitu:

Pertama,menyerupai orang-orang kafir dalam hal-hal yang khusus bagi mereka (agama).

Kedua,menyerupai orang-orang kafir dalam masalah yang mereka ada-adakan dan bukan masalah agama yang mereka anut.

Ibtida’ dengan cara menyerupai orang-orang kafir dalam mnentang aturan agama,sebab tasyabbuh dengan orang-orang kafir adalah menjadi penyebab utama hilangnya agama dan syari’at,pendorong timbulnya kekufuran dan maksiat.Sebagaimana menjaga sunnah para nabi merupakan sumber kebaikan.

 

KAIDAH Ke 17

“Menyerupai orang-orang kafir dalam hal-hal yang mereka ada-adakan yang bukan bagian dalam agama mereka,baik berupa ibadah,adat atau keduanya adalah bid’ah”.(Lihat Al-Amru bi Al-Ittiba;:151).

Contoh,

Imam al Ajiri berkata,”Mayoritas urusan umat ini mengikuti kebiasaan orang Yahudi,Nashrani,Kisra(Penguasa Persia) dan Kaisar(Penguasa Romawi) atau kebiasaan Jahiliyyah,seperti kesultanan dan peraturan-peraturan mereka tentang para pegawai,pejabat dan lainnya,hal-hal yang berhubungan dengan musibah,kesenangan,tempat tinggal, pakaian, perhiasan, makan, minum, walimah-walimah,kendaraan,pelayan,perkumpulan,jual-beli dan mata pencaharian.”(Lihat Asy-Syari’ah:20).

Contoh lain,adalah taqlid kepada orang kafir dalam hal yang disebut trend dan mode yang sudah merambah semua belahan dunia zaman sekarang.Dan juga mengikuti kebiasaan mereka dalam memperingati merayakan ‘ied(hari raya) yang mereka ada-adakan,padahal tidak disyari’atkan dalam agama mereka.Seperti Hari Ibu dan Hari esehatan dan lain-lain.

Peringatan menyerupai orang-orang kafir.

Pertama,sesungguhnya dalil-dalil dari Al-Qur’an,sunnah,ijma(konsensus) dan atsar telah menunjukkan bahwa menyerupai orang-orang kafir secara umum dilarang.Dan sebaliknya sangat dituntut bahkan disyariatkan untuk tidak menyerupai mereka,hal itu bisa berarti wajib dan bisa juga berarti sunnah sesuai dengan masalahnya.

Disamping itu ada juga hal-hal yang dilarang secara khusus oleh sunnah,seperti mencukur jenggot dan memanjangkan kumis.

Kedua,sesungguhnya mukhalafah al-kafirin(tidak menyamai orang-orang kafir) termasuk maqaashid asy-syari’ah(tujuan-tujuan syari’at),oleh sebab itu larangan tersebut mencakup ,larangan menyrupai mereka dengan sengaja (dimaksud) dan yang tidak disengaja.Karena menyerupai orang-orang kafir-baik disengaja ataupun tidak-menimbulkan kerusakan-kerusakan baik yang berhubungan dengan akidah(ideologi) maupub perbuatan.

Ketiga,kerusakan-kerusakan (mafaasid) yang ditimbulkan akibat musyabahat al-kafirin secara umum dan musyabahatuhum(menyerupai mereka) dalam perayaan-perayaannya secara khusus adalah sebagai berikut:

1.Ikut-ikutan dalam tuntunan yang sifatnya zhahir(nampak) menimbulkan dan mewariskan kecocokan dan keserasian antara dua fihak yang saling menyerupai dalam hal yang sifatnya batin sedikit demi sedikit. Orang yang memakai pakaian ulama,dia merasakan dalam dirinya ada suatu keterkaitan dengan mereka (ulama) dan begitu juga contoh lainnya.

2.Ikut andil bersama mereka dalam tuntunan zhahir memastikan terjadinya ikhtilath(campur baur) yang nampak,sehingga hilanglah batas pemisah(pembeda),maka lenyaplah penghalang jiwa antara orang-orang yang mendapat peunjuk lagi diridhai dengan orang-orang yang dimurkai dan sesat. Dengan hal seperti ini lepaslah batas permusuhan.

3.Menyerupai orang-orang kafir merupakan sekian sebab-sebab yang mengundang murka Allah,sebagaimana Umar bin Khaththab berkata:

“Jauhi musuh-musuh Allah dalam perayaan mereka,karena sesungguhnya murka Allah turun kepada mereka.”(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra:9/234).

Sebab perayaan-perayaan mereka adalah maksiat kepada Allah.Hal itu bisa merupakan apa yang diada-adakan(muhdatsah) atau apa yang sudah dihapus (mansukhah),dan orang muslim tidak boleh mengakui atau mengikuti keduanya.(Lihat Al-Amru bi Al-Ittiba’:150).

 

4.Menyerupai mereka dalam sebagian perayaannya akan mendatangkan kebahagiaan di hati mereka dengan kebatilan itu.Mereka melihat orang-orang Islam telah menjadi cabang bagi mereka dalam hal khusus agamanya dan ini,mendatangkan kemantapan (kekuatan) hati mereka dan tidak mustahil hal itu mendorong mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang dan menghinakan orang-orang lemah.

 

KAIDAH KE -18

“Melakukan suatu amalan amalan jahiliyyah yang tidak disyari’atkan di dalam Islam adalah bid’ah”

Yang dimaksud dengan jahiliyyah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Taimiyyaah- adalah hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah sebelum datang Islam,serta hal-hal yang kembali dilakukan oleh orang-orang Arab berupa kebiasaan jahiliyyah yang pernah mereka lakukan dahulu.(Iqtidla Ash-Shirath Al-Mustaqim:1/398 dan 1/226-227).

Contoh,apa yang tercantum dalam kitab Shahih Muslim,bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Empat perkara yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyyah,yang tidak mereka tinggalkan yaitu,membanggakan kebesaran leluhur,mencela keturunan,menisbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang,dan meratapi orang mati.”(HR.Muslim 6/235)

 

(C) PELUANG-PELUANG YANG MENGANTARKAN KEPADA BID’AH

KAIDAH KE-19

“Bila sesuatu yang dituntut secara syari’at dikerjakan dengan cara yang menimbulkan anggapan yang berbeda dengan sebenarnya,maka hal itu adalah bid’ah”

Kaidah ini khusus berkenaan dengan hal-hal yang dituntut secara syari’at seperti sesuatu yang wajib dan yang mandub.

Kaidah ini ada lima macam,yaitu:

  1. Pelaksanaan ibadah yang bersifat nafilah muthlaqah(sunnah yang muthlaq) yang menimbulkan anggapan bahwa hal itu sunnah ratibah,seperti melaksanakan shalat sunnah secara berjama’ah di masjid-masjid.(Lihat Al-Hawadits wa Al-Bida’:66 dan Al-I’tisham:1/345-346).
  2. Pelaksanaan ibadah sunnah yang menimbulkan anggapan bahwa itu wajib,seperti selalu membaca Surat as-Sajdah dan Ad-Dahr dalam shalat subuh hari Jum’at.(lihat Al-Ba’its:54).
  3. Pelaksanaan ibadah yang sifatnya lapang(ibadah muwassa’ah) yang menimbulkan anggapan bahwa ibadah itu ditentukan(dikhususkan) waktu,tempat,sifat atau tata-caranya.
  4. Amalan tambahan yang diikutkan pada amalan yang disyari’atkan sehingga tambahan tersebut menjadi sifat atau seperti sifat bagi amalan masyru’ tersebut dikarenakan terjadinya penggabungan.
  5. Setiap kegiatan kumpul rutin,mingguan,bulanan dan tahunan,selain kumpul-kumpul yang disyari’atkan.(Lihat Iqtidla Ash-Shirath Al Mustaqim:2/630 dan Al-Amru bi Al-Ittiba’:180).

Contoh,bepergian ke Bait Al-Maqdis untuk sekedar jalan-jalan dan ingin mengetahuinya.Sesungguhnya hal seperti ini adalah dlalal(kesesatan) yang nyata,karena ziarah ke Bait Al-Maqdis disunnahkan juga disyari’atkan untuk shalat dan i’tikaf disana.

KAIDAH Ke -20

“Bila sesuatu yang diperbolehkan dalam syari’at dikerjakan dengan cara yang diyakini bahwa hal itu dituntut dan diwajibkan dalam syari’at,maka dikatagorikan dalam bid’ah”(Al-I’tisham:1/346-347,2/109).

Contoh,mnghias mesjid;kebanyakan orang meyakini bahwa hal itu termasuk katagori meninggikan rumah-rumah Allah,begitu pula menggantungkan lampu-lampu kristal yang sangat mahal,sehingga orang meyakini bahwa menginfakkan untuk itu termasuk infaq fi sabilillah.

Kaidah ini khusus untuk hal-hal yang dibolehkan secara syari’at,berupa hal-hal yang mubah dan makruh.Bid’ah akan terjadi jika hal-hal tersebut dilakukan dengan cara yang menimbulkan anggapan bahwa itu dituntut dalam syari’at.

 

KAIDAH Ke -21

“Bila perbuatan maksiat dilakukan oleh ulama yang menjadi panutan dengan cara khusus dan maksiat ini tampak dari sisi mereka sehingga orang-orang yang mengingkarinya tidak dihiraukan,sehingga pada akhirnya orang-orang awam meyakini bahwa perbuatan maksiat ini termasuk bagian agama,maka hal seperti ini dikelompokkan kedalam bid’ah.”(Lihat Al-I’tisham:2/94-102)

Di sinilah buruknya kesalahan orang alim,maka dari itu sangatlah pantas ada orang yang mengatakan,”Tiga hal yang menghancurkan agama,yaitu kesalahan orang alim,bantahan orang munafiq atas Al-Qur’an dan para pemimpin yang sesat.”(Al-I’tisham:2/101 dan atsar di atas dikeluarkan oleh Ad-Darimi dari Umar Ibnu Al-Khaththab radliyallahu ‘anhu dalam As-Sunan:1/71 dan Ibnu Abdi Al-Barr dalam Jaami Bayan Al-‘Imi wa Fadllih:2/979-980no.1867-1870).

 

KAIDAH Ke -22

“Bila perbuatan maksiat dilakukan oleh orang-orang awam sehingga mewabah dan tersebar di antara mereka,sedangkan para ulama yang menjadi panutan tidak mengingkarinya padahal mereka mampu mengingkarinya sehingga hal itu menimbulkan keyakinan orang awam bahwa perbuatan maksiat ini tidak dilarang,maka ini termasuk bid’ah.”

Contoh,kemunkaran-kemungkaran yang tampak dan merajalela,seperti transaksi riba(bunga bank),memelihara hal-hal yang haram berupa media-media informasi.

\

KAIDAH Ke-23

“Segala sesuatu yang terjadi dan timbul akibat pelaksanaan hal-hal bid’ah muhdatsah di dalam agama,baik berupa melakukan bebrapa hal yang sifatnya ibadah atau adat,maka itu semua dikelompokkan dalam katagori bid’ah,sebab sesuatu yang dibangun di atas muhdats adalah muhdats juga.”(Al-I’tisham:2/19)

Contoh,apa yang dilakukan pada malam nishfu sya’ban(pertengahan bulan sya’ban) berupa tambahan penerangan lampu,hiruk-pikuk di dalam mesjid,makan kue-kue dan lain sebagainya,juga bersenang –senang dengan mengeluarkan uang pada saat itu,semua itu adalah bid’ah yang mengikuti hukum asal perayaan itu.(Lihat Musajalah ‘Ilmiyyah bainal Imamain:41,47,52, 54,dan Al-Ba’its:96),

Contoh lain,apa yang terjadi pada perayaan-perayaan bid’ah,bersenang-senang dengan makan-makan,pakaian,permainan,dan istirahat.Semua itu mengikuti pada perayaan bid’ah yang disandarkan pada agama,sebagaimana hal itu mengikuti perayaan di dalam agama Islam.(Iqtidla Ash-Shirath Al Mustaqim:1/472.

RUANG LINGKUP BID’AH

1.’Itiqaadaat(keyainan).Kaidah no:11,12,13.

2.Ibadah dan qurubaat(hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah). Kaidah no.:1 sampai 10,19.

3.Adat dan muamalat.Kaidah no.: 6,14,15,20,23.

4.Maksiat dan hal-hal yang dilarang.Kaidah no.: 7,21,22.

5.Musyabahaat Al-Kafirin.Kaidah no.: 16,17,18

-=======================================

 

Manajemen Qalbu Para Nabi

Manajemen Qalbu Para Nabi

(Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah)

(Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali)

 

PASAL PERTAMA :

TASKIYATUN NUFUUS Termasuk Salah Satu Aspek Kekuatan Ummat

Ketahuilah saudaraku seiman -semoga Allah memberikan kekuatan kepadamu-sesungguhnya tazkiyatun nufuus yang bertujuan membentuk akhlak mulia merupakan faktor utama bagi kekuatan dan keagungan ummat.

Sesungguhnya nilai suatu ummat itu terdapat pada akhlaknya jika akhlak itu hilang,maka hilang pula nilai ummat tersebut.

Karena itulah tazkiyatun nufuus memiliki peranan yang sangat penting,  karena dia sangat berpengaruh terhadap baik atau buruknya satu ummat, disamping itu tazkiyatun nufuus menjadi landasan tegaknya perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia.

Tidak ada ucapan yang lebih benar dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,Dia-lah Rabb yang berfirman:

“Demikianlah (perintah Allah).Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah,maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”(QS Al-Hajj:32).

 

PASAL KEDUA : Dakwa Para Nabi Kepada Tazkiyatun Nufuus

Hakikat tazkiyatun nufuus merupakan Sunnah kauniyah syar’iyyah. Karena itu para Nabi mengajak kaum mereka untuk merealisasikannya dan berjalan di atas petunjuknya.

Inilah Nabi Nuh Alaihis Sallam,Rasul pertama kepada manusia,dia mengajak ummatnya,sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka:’Mengapa kamu tidak bertakwa?Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajaran-ajaran itu;upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.”(QS.Asy-Syu’araa’:105-110).

Inilah Nabi Hud Alaihis Sallam yang memberikan peringatan kepada kaumnya di al-Ahqaf(sebuah gunung pasir di dekat Hadhramaut) sebagaimana yang dikisahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Kaum ‘Aad telah mendustakan para Rasul.Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka:’Mengapa kamu tidak bertaqwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.Dan sekali-kali aku tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu;upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main,dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (didunia)?Dan apabila kamu menyiksa,maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis.Maka bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak ,anak-anak,kebun-kebun dan mata air,sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar.” (QS.Asy-Syu’araa’:123-135).

Begitu pula yang dilakukan oleh Nabi Shalih Alaihis-Sallam:

“Kaum Tsamud telah mendustakan Rasul-rasul Ketika saudara mereka, Shalih,berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu,upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Adakah kamu akan dibiarkan di sini(di negerimu ini) dengan aman,di dalam kebun-kebun serta mata air,dan tanam-tanaman dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut.Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin;maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.’”(QS.Asy-Syu’araa’:141-152).

Begitu pula dengan Nabi Luth Alaihis Sallam:

“Kaum Luth telah mendustakan Rasul-Rasul,ketika saudara mereka,Luth berkata:Mengapa kamu tidak bertakwa?Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu;upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia.”(QS.Asy-Syu’araa’:160-165).

Begitu pula dengan Nabi Syu’aib Alaihis-Sallam:

“Penduduk Aikah telah mendustakan Rasul-Rasul;ketika Syu’aib berkata kepada mereka:’Mengapa kamu tidak bertakwa?Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu;upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan;dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakanmu dan ummat-ummat yang dahulu.’Mereka berkata: ‘Sesungguhnya kamu adalah seorang dari orang-orang yang kena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami,dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang- orang yang berdusta.Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit jika kamu termasuk orang-orang yang benar’.Syu’aib berkata:’Rabb-ku telah mengetahui apa yang kamu kerjakan’.Kemudian mereka mendustakan Syu’aib,lalu mereka ditimpa adzab pada hari mereka dinaungi awan.Sesungguhnya adzab itu adalah adzab yang besar Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah),tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.”(QS Asy-Syu’araa’:176-190).

Begitu pula dengan Nabi Musa Alaihis Sallam:

“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan al-Kitab(Taurat) serta mendirikan shalat,(akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang mengadakan perbaikan. Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan–akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka.(Dan Kami katakan kepada mereka):”Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu,serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.”(QS.Al-A’raaf:170-171).

Begitu pula dengan Nabi ‘Isa Alaihis-Sallam:

“Dan tatkala ‘Isa datang membawa keterangan dia berkata: ”Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya,maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku.’”  (QS Az-Zukhruf:63).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentangnya:

“Dan (aku datang kepadamu)membenarkan Taurat yang datang sebelumku,dan untuk menhalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu,dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda(mukjizat) dari Rabb-mu.Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.”(QS Ali’Imran:50).

Inilah yang ditempuh oleh seluruh Rasul sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Hai Rasul-Rasul,makanlah dari makanan yang baik-baik,dan kerjakanlah amal yang shalih.Sesungguhnya Aku Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.Sesungguhnya(agama tauhid) ini,adalah agama kamu semua,agama yang satu dan Aku adalah Rabb-mu,maka bertakwalah kepada-Ku.”(QS.Al-Mu’minuun:51-52).

Secara garis besar,ketakwaan adalah wasiat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seluruh makhluk-Nya,dengannyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Rasul-Nya,sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan sungguh telah Kami perintahkan kepada orang-orang yang diberi al-Kitab sebelummu dan (juga) kepadamu;bertakwalah kepada Allah.” (QS.An-Nisaa’:131).

Sesungguhnya ketakwaan merupakan mata air yang akan menyuplai jiwa dengan materi yang dapat menyucikannya.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya(QS.Asy-Syams:7-10).

Ayat-ayat ini jelas sekali menyatakan bahwa seorang hamba menyucikan jiwanya dengan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci.Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”(QS,An-Najm:32).

‘Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari Neraka itu,yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya.”(QS.Al-Lail:17-18).

Keduanya menjelaskan bahwa tazkiyatun nufuus itu adalah takwa kepada Allah.

Coba perhatikan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

 

“Ya Allah berikanlah ketakwaan pada diriku dan sucikanlah ia,karena Engkau-lah sebaik-baik Rabb yang menyucikannya,Engkau Pelindung dan Pemeliharanya.”(HR.Muslim dari hadits Zaid bin Arqam).

 

PASAL KETIGA :Tazkiyatun Nufuus Termasuk Salah Satu dari Rukun Kenabian

Sesungguhnya penyucian jiwa manusia,pembersihannya dari setiap kotoran dan peningkatannya menuju kemuliaan akhlak merupakan salah satu tujuan penting diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika terputus (pengiriman) Rasul-Rasul.Hal ini diungkapkan oleh al-Qur’an al-Karim dan as-Sunnah al-Muthahharah (yang suci).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah(as-Sunnah).Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”(QS.Jumu’ah:2).

Adapun (dari) as-Sunnah al-Muthaharrah(yang suci) banyak sekali, seperti sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia – dalam riwayat lain-,akhlak yang baik.”(HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Bukankah semua pernyataan ini membuktikan bahwa tazkiyatun nufuus mempunyai peranan penting dalam membentuk sebuah masjarakat yang bersistem kekhalifahan yang lurus diatas manhaj Nubuwwah dan sebuah pengaruh yang menonjol dalam membangun kembali kehidupan yan g Islami?!

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.Al-Qalam:4)

Ketika ditanya tentang akhlak suaminya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,beliau(Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu Anha) menjawab:

“Akhlak beliau adalah al-Qur’an.”(HR.Muslim).

Dengan ini jelaslah bahwa akhlak mulia yang dimiliki Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah agama itu sendiri dengan melaksanakan peerintah dan menjauhi larangan secara mutlak,sehingga benar-benar bersegera untuk melaksanakan sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah dan menjauhi segala yang dibenci dengan lapang dada,inilah hakikat dari sebuah ketakwaan.

 

PASAL KEEMPAT : Takwa Menurut Bahasa dan Istilah

Makna dari kata “takwa” adalah seorang hamba menjadikan sesuatu sebagai pelindung antara dia dengan sesuatu yang ditakutinya.

Ketakwaan hamba kepada Rabb-nya bermakna dia menjadikan sebuah perlindungan antara dia dan sesuatu yang dia takuti dari Allah berupa murka, kebencian dan adzab-Nya dengan mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Karena itu ketakwaan adalah rasa takut kepada Allah secara terus-menerus dan kehati-hatian(kewaspadaan) agar tidak melanggar aturan-Nya secara terus-menerus,waspada terhadap duri-duri perjalanan di jalan kehidupan… yang mana dia akan diperebutkan oleh duri-duri syahwat,duri-duri syubhat (kerancuan),duri-duri rasa takut dari siapa saja yang sama sekali tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat,juga duri-duri harapan semu dan angan-angan dari siapa saja yang pada hakikatnya sama sekali tidak dapat mewujudkan harapan dan angan-angan atau permohonan tersebut.

 

PASAL KELIMA : Kata Takwa Dalam Firman Allah Dan Sabda Rasul Nya

Terkadang kata “takwa” di dalam al-Qur’an dihubungkan dengan Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan “(QS.Al-Maa-idah:96).

“Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”(QS.Al-Baqarah:196).

“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”(QS.Al-Baqarah:189).

Adapun dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam –sebagai tambahan makna yang sebelumnya- kata “takwa” dihubungkan kepada larangan-larangan,di antaranya,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Jagalah diri kalian dari kezhaliman,karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat dan jagalah diri kalian dari kebakhilan karena kebakhilan telah membinasakan orang-orang sebelum kalian,kebakhilan itu telah menjadikan orang-orang sebelum kalian saling menumpahkan darah dan menghalalkan sesuatu yang diharamkan.”(Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu Anhu).

“Takutlah engkau terhadap do’a orang dizhalimi,karena tidak ada penghalang antara Allah dan do’a orang tersebut.(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu Anhuma).

“Maka jagalah(takutlah) diri kalian dari fitnah dunia dan wanita.” (Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu Anhu).

“Jauhilah apa-apa yang dilarang,maka engkau akan menjadi hamba Allah yang paling tinggi pengabdiannya kepada-Nya.”

Jelaslah bagi kita sekarang bahwa hakikat takwa adalah:

“Hendaklah engkau beramal dengan dasar ketaatan kepada Allah atas dasar cahaya dari Allah dengan mengharapkan pahala dari Allah dan hendaklah engkau meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah atas cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya.”(Dari perkataan Thalq bin Habib).

Jika seorang hamba telah memiliki kondisi demikian,maka dia akan memiliki kepekaan hati dan perasaan sehingga hatinya akan tulus ikhlas dan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala,selamat dari setiap godaan dan berhati-hati agar tidak terjatuh ke dalam kesesatan.

Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan hati sebagai tempat ketakwaan,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

:Takwa itu tempatnya di sini (beliau mengisyaratkan ke dadanya sebanyak tiga kali).”(Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ).

Jika hati dipenuhi dengan ketakwaan ,maka seluruh jasad pun akan mengikutinya,hati menjadi lurus dan seluruh jasad pun ikut lurus,karena di antara tanda ketakwaan hati adalah mengagungkan syi’ar-syi’ar agama Allah yang berawal dari mengagungkan perintah dan larangan-Nya.

Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Demikianlah (perintah Allah).Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah,maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”(QS.Al-Hajj:32).

Dengan demikian,seorang hamba akan dapat mngendalikan dirinya,meneliti dan menghisabnya.Keadaan di atas mempunyai tingkat-tingkat tertentu,yaitu:

1.Al-musyaarathah (mengikat perjanjian).

Hati membutuhkan kerjasama dari jiwa,memberikan kepadanya tugas-tugas,membuat perjanjian-perjanjian dan membimbingnya ke arah yang lurus, tidak lupa memonitornya,karena hati tidak selalu aman dari pengkhianatan jiwa dan sikapnya yang menyia-nyiakan modal utamanya,karena jiwa(nafsu) itu selalu menmyuruh kepada kejahatan,

“Dan aku tidak membebaskan diriku(dari kesalahan),karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan….” (QS.Yusuf:53)

Kemudian setelah datang waktu luang,maka dia harus selalu menghisab jiwa tersebut dan menuntutnya agar menepati semua perjanjian yang telah disepakatinya,karena jual beli tersebut dapat menyelamatkan seorang hamba dari siksa yang sangat pedih dan keuntungannya adalah Surga Firdaus yang tinggi.

‘Umar al-Faruq Radhiyallahu Anhu berkata:”Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum dihisab nanti,dan hiasilah diri kalian untuk menghadapi hari yang besar,sesungguhnya perhitungan amal pada hari akhir akan dirasakan ringan bagi orang yang selalu menghisab dirinya di dunia.”(Sunan at-Tirmidzi).

2.Al-muraaqabah (selalu mengawasi diri).

Jika seorang manusia telah berwasiat kepada dirinya dan melakukan sebuah perjanjian dengannya,maka tidak ada yang tersisa lagi kecuali melakukan pengawasan dan perhatian penuh kepadanya,sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatimu;maka takutlah kepada-Nya…”(QS.Al-Baqarah:235).

Sebagaimana yang terungkap dalam makna kata “al-ihsaan” ketika Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam ditanya tentangnya,beliau menjawab:

“Engkau beribadah kepada-Nya seakan-akan engkau melihat-Nya,maka jika engkau tidak melihat-Nya,sesungguhnya Allah pasti melihatmu.” (Diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Umar Radhiyallahu Anhu).

Seakan-akan makna dari sabda beliau tersebut adalah menghadirkan keagungan Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya ketika beribadah.

Untuk itu,muraaqabah adalah beribadah dengan Nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ,yaitu ar-Raqiib(yang Mahamengawasi),al-Hafiizh(yang Maha menjaga),al-‘Aliim (yang Mahatahu),as-Samii’(yang Maha mendengar), al-Bashiir(yang Mahamelihat).Barangsiapa yang berdzikir,menhafal dan memahaminya lalu beribadah sesuai dengan tuntutan Nama-nama tersebut, maka dia telah melaksanakan konsep muraaqabah(pengawasan).

3.Al-mujaahadah (bersungguh-sungguh).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS.Al-‘Ankabut:69).

Inilah jihad dalam artian yang umum di dalam agama Allah dan mencari keridhaan-Nya,di antaranya adalah jihad an nufuus(berjuang melawan hawa nafsu) dan berjaga-jaga di wilayah perbatasan agar tidak terjerumus ke dalam perangkap syaitan dalam keadaan manusia lengah.

Inilah tingkatan yang dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan firman-Nya di akhir surat Ali’Imran:

“Hai orang-orang yang beriman,bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”(QS.Ali’Imran:200).

4.            At-tasliim (berserah diri).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka demi Rabb-mu,mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikanmu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa berkeberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS.An-Nisaa’:65).

Tingkatan ini mempunyai tiga tahapan,yaitu at-tahkiim(menerima keputusan hukum),lapang dada dan berserah diri.

At-tahkiim mencakup al-musyaarathah dan al-muraaqabah agar jiwanya tegak di atas perintah Allah dan Rasul-Nya.

Adapun lapang dada dengan terlepasnya semua kesempitan,itu bisa dilakukan  dengan al-mujahadah,sehingga hati dapat mencapai tingkatan taslim(berserah diri) atau terbebas dari setiap kerancuan yang bertentangan dengan berita (yang benar),syahwat yang bertentangan dengan perintah, kehendak yang bertentangan dengan ketulusan,pembangkangan yang bertentangan dengan takdir dan hukum syara’,atau rasa cinta yang menggeser rasa cinta kepada-Nya.Pemilik perangai seperti itu adalah orang-orang yang memiliki hati yang lurus,di mana manusia tidak akan selamat pada hari Kiamat kecuali mereka yang memiliki hati seperti itu,karena penyerahan diri itu merupakan lawan dari penentangan yang lahir dari sebuah pengingkaran.

Pengingkaran yang berlaku pada kebanyakan manusia ada tiga macam, hanya yang mendapatkan perlindungan dari Allah-lah yang selamat darinya:

a.Pengingkaran terhadap Nama dan sifat Allah karena adanya sebuah syubhat (kerancuan) yang bathil.Tokoh-tokohnya menamakan hal itu dengan kecerdasan akal,padahal itu hanyalah khayalan dan perasaan belaka.Dengan itu berarti mereka telah memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Islam dan mengadakan permusuhan dengan para pendukungnya,merubah Kalam-Kalam Allah dan banyak melupakan nasihat yang diberikan kepada mereka,”setiap golongan merasa senang dengan golongannya masing-masing.”

b.Pengingkaran terhadap syari’at dan perintah-Nya.Orang yang melakukan pengingkaran ini terbagi kepada tiga golongan,yaitu:

Pertama,orang-orang yang  membangkang ketika mereka menggunakan akal dan analogi yang mengandung makna menhalalkan apa-apa yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengharamkan apa-apa yang di halalkan oleh-Nya,menggugurkan kewajiban yang ditetapkan oleh Allah oleh-Subhanahu wa Ta’ala dan mewajibkan sesuatu yang digugurkan oleh-Nya, membathilkan sesuatu yang dibenarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membenarkan sesuatu yang dibathilkan oleh-Nya,melegalisasi sesuatu yang dibatalkan atau membatalkan sesuatu yang dilegalisasikan oleh-Nya,juga mengikat sesuatu yang dibebaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membebaskan sesuatu yang diikat oleh-Nya.

Inilah akal dan analogi yang dicela oleh para ulama Salaf dari berbagai penjuru,mereka berteriak menasihati orang-orang yang menempuh jalan tersebut,memberikan peringatan kepada mereka dan meninggalkan mereka.

Kedua,pembangkang terhadap hakikat iman dan syari’at Islam dengan perasaan,kecintaan palsu dan khayalan-khayalan syaitan yang bathil dengan cara menetapkan sebuah syari’at yang sama sekali tidak ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membatalkan syari’at yang ditetapkan  melalui lisan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,juga dengan merubah hakikat keimanan dengan tipu daya syaitan dan anggapan-anggapan bathil Jahiliyah.

Ketiga, pengingkaran dengan politik yang jelek yang dimiliki oleh orang-orang yang berkuasa selalu mengedepankannya daripada hukum Allah dan Rasul-Nya,mereka menggunakan sistem politik tersebut dan menerapkannya di antara hamba-hamba Allah dengan mengabaikan syari’at,keadilan dan juga aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Golongan pertama berkata ,”Jika akal dan naql(dalil dari al-Qur’an dan hadits) bertentangan,maka kita mengutamakan akal.”

Yang lainnya berkata,”Jika atsar (riwayat baik dari Rasul atau –para Sahabat) dan qiyas(analogi) bertentangan,maka kita mengutamakan qiyas.”

Golongan yang memegang teguh perasaan dan kasf(penyingkapan rahasia Allah) berkata:”Jika perasaan dan kasyf bertentangan yang nampak dari syari’at,maka kita mengutamakan perasaan dan kasyf.”

Para politikus berkata,”Jika politik bertentangan dengan syari’at,maka kita mengutamakan politik.”

Maka pada akhirnya setiap golongan membuat sebuah thaghut yang dijadikan landasan hukum yang menentang agama dan syari’at Islam.

Keempat, pengingkaran terhadap ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala,ini adalah pengingkaran orang-orang bodoh.Pengingkaran ini ada yang jelas dan ada pula yang samar,bahkan macamnya pun banyak sehingga sulit untuk dihitung.Setiap jiwa mempunyai potensi untuk mengingkari ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala,kecuali jiwa yang sudah diberikan ketenangan dan mengetahui batas kemampuan dirinya.Inilah penyerahan diri dan keridhaan yang sempurna.

Walhasil,jelaslah bahwa ridha terhadap ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan derajat keimanan yang paling tinggi dan orang yang paling sempurna.imannya adalah orang yang paling berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Orang yang mempunyai kriteria seperti itu akan dapat menahan apa saja yang menakutkan,seperti perang di jalan Allah,menanggung rasa sakit di jalan-Nya bersabar menjalani keputusan yang pahit,bahkan sama sekali tidak menghiraukannya,dan dia sama sekali tidak merasa takut akan gejolak dan kepahitan hidupnya karena dia berada di dalam benteng penyerahan diri kepada Allah dan berada di dalam lindungan-Nya.Hanyalah Allah-lah yang memberikan taufiq kepadanya dengan kekuatan-Nya.

5.Ar-ridhaa(ridha).

Tingkatan ini memiliki beberapa bagian:

a.Ridha kepada Allah sebagai Rabb.

Ridha kepada Allah sebagai Rabb mencakup pengakuan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala,dimana dia tidak meyakini adanya rabb selain-Nya yang mengatur dan memberikan ketentuan kepadanya.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Katakanlah:’Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah,padahal Dia  adalah Rabb baqgin segala sesuatu.?’”(QS.Al-An-‘aam:164).

“Katakanlah:’Apakah akan aku jadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi,padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?’Katakanlah:’Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri (kepada Allah),dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.’”(QS.Al-An’aam:14).

Beberapa hal yang mendukung ridha kepada Allah sebagai Rabb:

1.Tawakkal kepada Allah.Ridha adalah terminal akhir bagi sebuah tawakkal, siapa saja yang menancapkan kakinya di dalam tawakkal dan penyerahan diri,maka tentu saja dia akan mendapatkan keridhaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah,niscaya Allah akan mencukupkan(keperluan)nya.Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS.Ath-Thalaaq:3)

2.Konsisten dalam melakukan sesuatu yang menjadikan Allah ridha padanya.

3.Mengakui kelemahan diri.

4.Mengetahui kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Dan adalah Dia Mahapenyayang kepada orang-orang yang yang beriman.”(QS.Al-Ahzaab:43).

Ketahuilah wahai saudaraku seiman! Barangsiapa yang masuk ke dalam ruangan ridha,maka ia harus masuk dengan membawa semangat yang tinggi, melangkah dengan hati yang tenang dan menancapkan kakinya di atas perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.Jika dia melakukannya,maka dia tidak akan kembali dengan tangan kosong.

b.Ridha kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Sallam sebagai Rasul.

c.Ridha terhadap Islam sebagai agama.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah  Islam    “       (QS.Ali ‘Imran:19).

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”(QS.Ali ‘Imran:85).

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,dan Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu…”(QS.Al-Maa-idah:3).

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku ,maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit…”(QS.Thaahaa:124).

Karena itu wahai hamba Allah! Kalian harus rela terhadap apa yang diputuskan Allah untuk kalian,kalian sudsah diberikan kecukupan dan mendapat petunjuk.Mintalah pertolongan kepada Allah dengan selalu berdoa:

“Aku rela Allah sebagai Rabb,Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai agama.”

6.Ketenangan dan ketentraman.

“Lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin,dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya….”(QS.Al-Fat-h:26).

 

PASAL KEENAM : Apakah Tazkiyatun Nufuus Mempunyai Cara-cara Khusus?

Tazkiyatun nufuus (pembersihan jiwa) sama sekali tidak memiliki cara yang khusus selain ajaran Islam itu sendiri.Hal itu dapat diterangkan lebih jelas lagi dengan tiga kaidah mulia (berikut ini):

KAIDAH PERTAMA:Meneliti Seluruh Syari’at Agama secara Menyeluruh.

TAUHID Bertujuan untuk tazkiyatun nufuus.

“Sesungguhnya orang-orang mustrik itu najis…”(QS.At-Taubah:2

Mereka itu (orang-orang musyrik) telah mengotori hati-hati mereka dan Allah.pun tidak mau menyucikan mereka,sedangkan mereka lari dan menilih .kotoran.

KAIDAH KEDUA: Mengetahui Sifat-Sifat Muttaqin(Orang-orang Bertakwa) yang                                 Sempurna dan Mukminin(Orang-orang Beriman) yang Ikhlas.

“Alif laam miim.Kitab(al-Qur’an) tidak ada keraguan padanya;petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka,dan mereka yang beriman kepada al-Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu,serta mereka yakin dengan adanya(kehidupan) akhirat.Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk  dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS.Al-Baqarah:1-5).

KAIDAH KETIGA :Mengetahui Siapakah Wali (Kekasih Allah) itu?

Wali-wali Allah adalah orang-orang mukmin yang bertakwa,sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman-Nya:

“Ingatlah,sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”(QS.Yunus:62-63).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menjelaskan keadaan para wali dan balasan yang akan mereka dapatkan.Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda

‘Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:’Barangsiapa menyakiti wali-Ku(kekasih-Ku),maka Aku tetah menyatakan perang kepadanya,dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku (melainkan) lebih Aku sukai daripada melaksanakan sesuatu yang telah aku wajibkan kepadanya,dan senantiasa sorang hamba mendekat kepada-Ku dengan amalan Sunnah sehingga Aku mencintainya,jika Aku mencintainya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, penglihatan yang ia melihat dengannya,tangan yang ia memukul dengannya dan kaki yang ia berjalan dengannya.Jika dia meminta,maka Aku akan memberinya dan jika dia meminta perlindungan,maka Aku akan memberikan kepadanya.’’’(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Walhasil,wali-wali Allah itu terbagi dua bagian:

Pertama,mereka yang mendekat kepada Allah dengan hanya melakukan sesuatu yang diwajibkan kepada mereka.

Kedua,derajat orang-orang yang mendekat kepada Allah dengan berlomba-lomba,mereka itu adalah orang yang giat melakukan Sunnah setelah melakukan yang wajib dan meninggalkan yang makruh,sikap seperti itu menjadikan mereka berhak mendapatkan cinta dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,sebagaimana sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Dan senantiasa seorang hamba mendekat kepada-Ku dengan amalan   Sunnah sehingga Aku mencintainya.”

 

PASAL KETUJUH : Rukun Ketakwaan

1.Ikhlas.

2.Ittiba’ (mengikuti pertunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.)

Siapa saja yang bertakwa di dalam amalnya,amal tersebut akan diterima,walaupun dia melakukan kemaksiatan dalam hal lainnya.

Ibadah,ketaatan,istiqamah(konsisten) dan menapaki jalan yang lurus dan juga yang semisalnya,semua itu mempunyai tujuan yang sama dengan dua landasan:

Pertama,dia hanya beribadah kepada Allah.

Kedua, dia hanya beribadah dengan sesuatu yang telah ditetapkan-Nya dan tidak beribadah dengan cara lainnya yang berdasarkan hawa nafsu, prasangka dan bid’ah(sesuatu yang diada-adakan dalam agama).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya,maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.”(QS.Al-Kahfi:110).

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,sedang dia pun mengerjakan kebaikan,dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”(QS.An-Nisaa’:125).

3.Ilmu.

“Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.Mereka hanya yang mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;sedang mereka tentang (kehidupan)akhirat adalah lalai.”(QS Ar-Ruum:6-7).

Ilmu yang terputus dari tujuan dan buahnya,seperti itu adalah saudara kandung kebodohan,karena ilmu tersebut diambil dari timbunan barang-barang buruk yang merupakan perilaku jelek.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci orang yang kasar tutur katanya,selalu mengumpulkan harta tetapi pelit,banyak bertengkar di pasar,bagaikan bangkai pada malam hari,bagaikan keledai pada siang hari,tahu akan urusan dunia tetapi tidak tahu urusan akhirat.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Abu Hurairah Radhiyallhu Anhu).

 

Ketahuilah bahwa tipu daya iblis kepada manusia yang pertama kali adalah dihalanginya manusia tersebut dari ilmu,karena ilmu itu adalah cahaya, jika lampunya sudah padam,maka syaitan itu akan menjerumuskannya dalam keadaan gelap sesuaindengan kemauannya.

Penyakit di atas sudah masuk ke dalam diri para pengikut ajaran Tashawwuf dari berbagai pintu:

Pertama,ajaran Tashawwuf melarang kebanyakan pengikutnya untuk menuntut ilmu secara mutlak,bahkan memperlihatkan kepada mereka jerih payahnya menuntut ilmu,karena itu mereka menjadikan suasana santai sebagai suatu yang bagus,sehingga itu mereka memakai pakaian yang penuh dengan tambalan dan duduk di dalam satu majelis pengangguran.

Imam asy-Syafi’i berkata:”Ajaran Tashawwuf dibangun di atas sikap bermalas-malasan ”

Lebih jelas lagi perkataan Imam asy-Syafi’i tersebut bisa kita jabarkan dengan perkataan berikut ini:Tujuan dari jiwa itu tidak lain yaitu mencari kewalian.atau mencari dunia.Mencari dunia dengan ilmu itu sangat lama dan melelahkan,itupun belum tentu dapat dicapai! Golongan Shufi telah tergesa-gesa dalam mencari kewalian-karena mereka melihatnya dari sudut pandang zuhud- dan mencari dunia,karena dunia itu cepat menuju mereka.

Kedua, sebagian kelompok dari mereka merasa cukup dengan ilmu yang sedikit,karena itu karunia Allah yang sangat besar hilang dari mereka,mereka merasa cukup dengan penggalan-penggalan hadits dan menganggap mencari sanad yang kuat atau duduk-duduk untuk mencari ilmu hadits termasuk mencari kedudukan dan dunia,jiwa pun mempunyai kenikmatan di dalamnya.

Ketiga, di antara mereka tertipu dengan ungkapan “Yang penting adalah pengamalan,”mereka tidak tahu bahwa sibuk dengan mencari ilmu merupakan amal yang paling utama,kemudian seorang alim walaupun perjalanan ilmunya sangat pendek,dia berada di jualan yang benar.Adapun orang yang ahli ibadah, jika dia melaksanakannya tanpa ilmu,maka dia berada diluar jalan yang benar.

Keempat,mereka memperlihatkan kepada orang banyak bahwasanya sorang alim adalah orang yang mendapatkan ilmu dari bisikan-bisikan bathin,sehingga di antara mereka ada yang membayangkan mendapatkan bisikan dengan berkata:”Hatiku telah meriwayatkan kepadaku dari Rabb-ku!.

Banyak di antara orang-orang yang bergelut di dalam Tashawwuf membedakan antara syari’at dan hakikat, ini adalah sebuah kebodohan dari orang yang mengatakannya,karena syari’at semuanya juga merupakan hakikat.Siapa saja yang memandang hakikat berlainan dengan syari’at,maka dia telah tertipu

 

PASAL KEDELAPAN:Membongkar Manhaj Tashawwuf Dalam Tazkiyatun Nufuus

Tashawwuf pada awalnya adalah suatu jalan (thariqat) atau cara yang menonjolkan sikap zuhud total,kemudian orang-orang yang menghubungkan dirinya kepada aliran ini mengambil keringanan dalam agama dengan mendengarkan alat musik dan tarian,maka orang awam yang mendamba kebahagiaan akhirat tertarik kepada mereka karena sikap zuhud yang mereka tampakkan,sedangkan orang yang mendamba kenikmatan dunia tertarik kepada mereka karena sikap santai dan bermain-main yang mereka tampakkan.

Iblis memainkan peran pada perkataan para pendahulu ini dalam banyak hal, kemudian dia menambah tipuannya itu kepada para pengikut yang datang setelahnya,sehingga dia dapat menguasai para pengikut aliran ini yang berada di zaman yang terakhir

Tipuan pertama yang dia hembuskan adalah menghalangi mereka dari jalan menempuh ilmu dan bahwasanya tujuan dari ilmu itu amal.Ketika lampu keilmuan padam,maka mereka mabuk dalam kegelapan.Mereka juga menganggap bahwa mereka diciptakan untuk kemaslahatan sehingga melampaui batas dalam berkonsentrasi kepada jiwa.Pada akhirnya terkadang ada di kallllllangan mereka yang tidak tidur samaskali.

Sebenarnya tujuan mereka itu adalah baik,hanya saja mereka tidak berada  di dalam kebenaran,di antara mereka ada yang melakukan hal seperti itu karena kurangnya ilmu,sehingga mereka berbuat berdasrkan hadits-hadits maudhu’ (palsu) sedangkan mereka tidak mengetahuinya.

Kemudian thariqat mereka ini mulai bercabang,sehingga aqidah mereka rusak.Di antara mereka ada yang berpaham al-hulul(bahwasanya Allah menitis dalam diri tiap hamba) dan di antara mereka ada yang berpendapat dengan teori al-iitihad (bahwasanya Allah menyatu dengan segala sesuatu).

Senantiasa iblis menjadikan mereka tersesat dengan berbagai macam bid’ah, bahkan di antara mereka ada yang membuat sunnah dari diri mereka sendiri.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Aku tinggalkan dua hal untuk kalian,kalian tidak akan pernah sesat jika memegang teguh keduanya;Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu saja menyebutkan secara bersamaan antara ibadah dan buahnya:

“Hai manusia,ibadahilah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu,agar kamu bertakwa.”(QS.Al-Baqarah:21).

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwasanya tujuan dari ibadah adalah ketakwaan,dan seseorang tidak mungkin bertakwa kecuali dengan ibadah yang bersandarkan kepada dalil-dalil dibawah naungan al-Qur’an dan as-Sunnah,maka barangsiapa yang membenci hal tersebut,dia bagaikan orang menghamparkan kedua tangannya untuk mengantarkan air ke mulutnya,tetapi  dia tidak dapat melakukannya.

Jika kita sudah mengetahui semua itu,maka kita wajib beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan agama ini sebagai hukum dan manhaj,karena siapa saja yang menetapkan sebuah tujuan,tentu tidak boleh melupakan media untuk mencapainya,sebagaimana yang dijelaskan di dalam Kitab-Nya:

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..”(QS.Al-Maa-idah:3).

==============================

 

Antara Nikmat dan Petaka

Antara Nikmat dan Petaka

(IBNU TAIMIYYAH)

Sebuah renungan agar Anda lebih bersyukur terhadap nikmat dan lebih sabar terhadap petaka.

 

PASAL ke-1 :Surat An Nisa’ :79 dan Hikmah Agung yang Dikandungnya.

Tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Nikmat apa saja kamu peroleh adalah dari Allah,dan bencana apa saja yang menimpamu,maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”(An-Nisa’:79).

Dan tentang sebagian dari hikmah-hikmah yang sangat besar yang terkandung.pada ayat ini.Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ayat ini dalam konteks perintah untuk berjihad dan celaan terhadap orang-orang yang berpaling dari jihad.

 

PASAL ke -2 Makna Al-Hasanah dan As-Sayyi’ah dalam dalam Al-Qur’an

  1. Al-Hasanah Yang Bermakna Nikmat dan As-Sayyi’ah Yang Bermakna Petaka. Seperti firman Allah Ta’ala,

“Dan Kami coba mereka dengan nikmat yang baik-baik dan petaka yang buruk-buruk,agar mereka kembali (kepada kebenaran) (Al-A’raf:168).

  1. Al Hasanah Yang Bermakna Perbuatan Baik dan As-Sayyi’ah Yang Bermakna Perbuatan Jahat Yang Dikerjakan Dengan Pilihan Sendiri.

Adapun tentang amalan-amalan yang diperintahkan dan dilarang,maka yang semisal ini terdapat pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Barangsiapa yang datang dengan(membawa) perbuatan baik,maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada perbuatannya itu.”(Al-Qashash:84).

“Dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya.”(Al-An’am:160).

Makna Al-Hasanah Dan As-Sayyi’ah Yang Lebih Tepat Untuk Surat An-Nisa’:79.

Dan di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Al-Hasanah (nikmat) apa saja yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan As-Sayyi’ah (petaka) apa saja yang menimpamu,maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.”(An-Nisa’:79).

“Dan apa saja yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.”(Asy-Syura:30).

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan petaka kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka.”(Al-Maidah:49).

“Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa petaka disebabkan perbuatan mereka sendiri atau petaka itu terjadi dekat tempat kediaman mereka.”(Ar-Ra’d:31).

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa petaka,mereka mengucapkan,”Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”(Al-Baqarah:155-156).

 

PASAL ke -3 :Balasan dari Kebaikan dan Kejelekan Yang Pertama

Dan kemaksiatan yang kedua itu seringnya terjadi sebagai hukuman dari kemaksiatan yang pertama,sehingga menjadilah kemaksiatan yang kedua itu adalah sebagian dari balasan yang jelek bersamaan dengan kemaksiatan tersebut adalah termasuk amalan yang jelek.Nabi bersabda di dalam sebuah hadits yang telah disepakati keshahiannya,dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu.,dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,”

“Wajib atas kalian untuk berpegang dengan kejujuran,karena  sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan,dan kebaikan itu menunjukkan kepada al jannah(syurga).Dan senantiasa seseorang itu berlaku jujur,dan berusaha untuk berlaku jujur sehingga dia ditulis da sisi Allah sebagai orang jujur.Berhati-hatilah kalian dari kedustaan,karena sesungguhnya kedustaan itu menunjukkan kepada kejelekan,dan kejelekan itu nmenunjukkan kepada neraka,dan senantiasa seseorang itu berdusta sehingga ditulis di sisi-Nya sebagai pendusta.

Dan sungguh telah disebutkan pada banyak tempat di dalam Al-Qur’an ,penjelasan tentang bahwasanya kebaikan yang kedua seringnya terjadi sebagai balasan dari kebaikan yang pertama,dan demikian pula kejelekan yang kedua seringnya terjadi sebagai hukuman dari kejelekan yang sebelumnya,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang  diberikan kepada mereka,tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),dan kalau demikian,pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,dan passti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.”(An-Nisa’:66-68).

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”(Al-Ankabut:69).

PASAL ke-4: Dosa Berasal dari Kejelekan Jiwa

Dan jika kejelekan yang diperbuat oleh manusia itu seringkali terjadi sebagai balasan dari perbuatan jelek sebelumnya,sedangkan kejelekan-kejelekan itu merupakan kemudharatan,maka boleh untuk dikatakan bahwa kejelekan kejelekan yang menimpanya adalah disebabkan oleh dosa-dosa yang sebelumnya.Dan apapun kesimpulannya,maka dosa-dosa yang diperbuat oleh adalah berasal dari dirinya,meskipun dosa-dosa tersebut telah ditakdirkan atasnya;maka sesungguhnya jika balasan kejelekan yang disebabkan oleh dosa-dosa itu adalah dari sebab dirinya,maka perbuatannya yang jelek merupakan balasan dari dosa-dosanya adalah lebih layak untuk datang dari dirinya.Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda di dalam khutbahnya,

“Kami berlindung kepada Allah dari kejelekan diri-diri kami dan dari kejelekan amalan-amalan kami.”

 

PASAL ke-5 :Kaum Qadariyah Tidak Dapat Berargumen dengan Ayat Tersebut

Dan kaum Qadariyah tidak memiliki hujjah dengan ayat ini,karena beberapa sisi di antaranya:

Yang pertama:Mereka mengatakan”Bahwasanya perbuatan hamba apakah yang baik ataupun yang jelek adalah berasal dari dirinya sendiri,bukan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,bahkan-menurut mereka-Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kemampuan kepada hamba tersebut untuk mengerjakan kebaikan dan kejelekan.Akan tetapi-menurut mereka-hamba inilah yang mengadakan kehendak untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan kejelekan-kejelekan,dan tidaklah satu dari dua kehendak tersebut diadakan oleh Rabb.”

Yang kedua : Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,”Semuanya (datang) dari sisi Allah Azza wa Jalla”(An-Nisa’:78).Maka Allah Azza wa Jalla menjadikan semua kebaikan itu datang dari sisi-Nya sebagaimana semua kejelekan itu datang dari nsisi-Nya,sedangkan mereka tidak mengatakan seperti ini pada amalan,akan tetapi mereka mengatakan seperti ini pada balasan.

Yang ke tiga: Bahwasanya yang dimaukan dengan ayat tadi adalah kenikmatan-kenikmatan dan petaka-petaka sebagaimana yang telah lewat,dan kaum Jabriyah tidak memiliki hujjah dengan ayat ini untuk menafikan adanya amalan-amalan mereka,yang karena amalan tersebut mereka berhak menerima azab.Sesungguhnya firman-Nya,

“Apa saja kebaikan yang menimpamu,maka datangnya dari Allah Azza wa Jalla,dan apa saja kejelekan yang menimpamu,maka datangnya dari diri kamu.”(An-Nisa’:79),

adalah hujjah (bukti) untuk menyalahkan mereka  dan merupakan penjelas bahwasanya manusia,dialah pelaku kejelekan,maka karenanya dia berhak mendapatkan azab.Dan Allah Azza wa Jalla memberikan kenikmatan kepada manusia berupa kebaikan-kebaikan,baik berupa amalan kebaikan maupun berupa balasan amalan kebaikan tersebut.

 

PASAL ke-6: Tidak Terdapat Kesamaran dan Pertentangan pada Ayat Tersebu

Dan sungguh satu kelompok telah menyangka bahwa pada ayat ini ada kesamaran atau pertentangan secara lahirnya,dimana Allah Subhanahu wa Ta’a’a berfirman,

“Semuanya (datang) dari Allah”(An-Nisa’:78).

kemudian Allah membedakan antara kebaikan-kebaikan  dan kejelekan-kejelekan,lalu berfirman,

“Apa saja kebaikan yang menimpamu,maka itu (datangnya) dari Allah,  dan apa saja kejelekan yang menimpamu ,maka itu (datang) dari diri kamu.”(An-Nisa’:79).

Dan hal ini terjadi karena kedangkalan pemahaman mereka dan karena mereka tidak merenungi ayat ini.Dan pada ayat ini tidaklah ada pertentangan; baik pada lahirnya maupun batinnya,tidak ada pula pertentangan pada lafadznya ataupun maknyanya.Sebab,sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang munafik,dan orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit,yang mereka berpaling dari jihad-apa yang disebutkan-Nya pada firman-Nya,

“Dimana saja kamu berada,kematian akan mendapatkan kamu,kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh,dan jika mereka memperoleh kebaikan,mereka mengatakan,’Ini adalah dari sisi Allah’,dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan,’Ini (datangnya) dari sisi kamu Muhammad.’”(An-Nisa’:78).

“Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi ;sehingga jika ia memperoleh kebajikan,tetaplah ia dalam keadaan itu,dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana ,berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat.”(Al-Hajj:11).

Dan ayat ini mencakup setiap orang yang menjadikan ketaatan kepada Rasul dan menjalankan apa yang dibawa Rasul sebagai sebab musibah yang menimpanya,apakah musibah yang datang dari langit ataupun musibah yang datang dari manusia.Dan orang seperti ini adalah banyak.

 

PASAL ke-7 :Runtuhnya Tuduhan Dusta Kaum Munafik

Para ahli tafsir menyebutkan makna ini dan itu (makna yang berbeda-beda) tentang firmannya,

“Dan jika mereka ditimpa kejelekan,mereka mengatakan ini (datangnya)  dari sisi kamu (Muhammad).”(An-Nisa’:78).

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dan As-Suddi Radhiyallahu Anhu serta yang lainnya,mereka mengatakan,”Mereka mengucapkan perkataan ini karena menganggap sial terhadap agama Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam.” Dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam Radhiyallahu Anhu ,beliau mengatakan (tafsir ayat tadi),”Karena pengaturanmu (Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam) yang jelek,”yakni sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Ubay dan yang lainnya pada perang Uhud.Dan mereka itu adalah seperti,

“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang,’Sekiranya mereka mengikuti kita,tentulah mereka tidak terbunuh.’”(Ali ‘Imran:168).

Kesimpulannya adalah: Ucapan mereka(kaum munafik) (Dari sisi kamu),   merupakan celaan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya berupa keimanan dan jihad,dan menjadikan perintah tersebut sebagai penyebab dari musibah-musibah yang menimpa orang-orang yang beriman dan taat,sebagaimana musibah-musibah itu menimpa itu menimpa mereka pada perang Uhud.Dan adakalanya musibah itu menimpa musuh-musuh mereka,maka orang-orqang kafir berkata,”Musibah ini karena kesialan dari mereka”,sebagaimana yang dikatakan oleh penduduk suatu negeri kepada rasul rasul mereka,

“Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu”(Yasin:18-19).

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran,mereka berkata,’Ini adalah karena (usaha) kami.’Dan jika mereka ditimpa kesusahan,mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya.Ketahuilah,sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah,akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”(Al-A’raf:131).

 

“Mereka menjawab,’Kami mendapat nasib yang malang ,disebabkan kamu dan orang-orang besertamu.’Shalih berkata,Nasibmu ada pada sisi Allah,(bukan kami yang menjadi sebab),tetapi kamu adalah kaum yang di uji.’”(An-Naml:47).

 

PASAL ke -8:Hikmah Ujian bagi Kaum Mu’minin

Dan yang dikehendaki adalah bahwasanya apa yang dibawa oleh Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam bukanlah penyebab adanya musibah-musibah,dan bukanlah ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya itu penyebab datangnya musibah.Bahkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tidaklah menghasilkan melainkan balasan bagi para pelakunya berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.Akan tetapi terkadang orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya ditimpa musibah-musibah karena dosa yang dilakukan mereka;bukan karena ketaatan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, sebagaimana musibah yang menimpa mereka pada perang Uhud adalah karena dosa-dosa mereka,bukan karena sebab ketaatan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya,demikian pula ujian yang menimpa mereka berupa kelapangan dan kesempitan serta kegoncangan,bukanlah disebabkan oleh keimanan dan ketaatan itu sendiri,akan tetapi mereka diuji dengannya,agar mereka bersih dari kejelekan yang ada pada mereka,dan supaya mereka diuji dengannya,sebagaimana emas itu diuji dengan api sehingga terpisahkan yang baiknya dengan yang jeleknya.Dan di dalam jiwa itu ada kejelekan,dan ujian itu membersihkan kejelekan yang ada pada jiwa orang-orang yang beriman,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan masa(kejayaan dan kehancuran) itu,Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran);dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman(dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.”(Ali ‘Imran:140-141).

 

“Dan Allah (berbuat demikian) unrtuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.”(Ali ‘Imran:154).

Oleh karena itu musibah-musibah adalah menghapuskan dosa orang-orang yang beriman,dan dengan bersabar atas musibah-musibah tersebut derajat mereka akan naik.Dan musibah-musibah yang ditimpakan kepada mereka oleh musuh-musuh-dengan mereka bersabar atasnya-,menjadikan besarnya pahala mereka peroleh.Dan di dalam Ash-Shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,bahwasanya beliau bersabda,

“Tidaklah para pejuang yang berperang di jalan Allah,kemudian mereka selamat dan mendapatkan ghanimah(harta rampasan perang),melainkan mereka telah menyegerakan dua pertiga dari pahala jihadnya,dan jika mereka terbunuh  dan terkapar,maka sempurnalah paahala yang diperolehnya,”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Adapun kelaparan dan kehausan serta kelelahan yang menimpa mereka di dalam jihad,maka semua itu dicatat sebagai amal kebaikan bagi mereka sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah,dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir,dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh,melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih.Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”(At-Taubah:120).

 

PASAL ke-9: Rasulullah tidak Kuasa Mendatangkan Nikmat ataupun Petaka

Dan maksud dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan jika mereka memperoleh kebaikan,mereka mengatakan ,’Ini adalah dari sisi Allah’,dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mngatakan,’Ini (datangnya) dari sisi kamu(Muhammad)’ Katakanlah,’ ‘Semuanya(datang) dari sisi Allah.’”(An-Nisa’:78).

adalah bahwasanya mereka menganggap musibah-musibah yang menimpa mereka adalah disebabkan oleh wahyu yang dibawa oleh Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam,dan mereka mengatakan,”Kenikmatan.yang menimpa kami itu,adalah datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,sedangkan musibah yang menimpa kami itu adalah datang dari Muhammad,yakni karena sebab agama dan perintahnya.Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ”Katakanlah ’Kenikmatan dan musibah itu adalah datang dari Allah Subhanahun wa Ta’ala, bukan dari Muhammad,Muhammad tidaklah kuasa untuk mendatangkan kenikmatan atau musibah.”Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman setelah (ayat) ini,

“Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?”(An-Nisa’:78)

 

PASAL ke-10 : Petaka itu Muncul Akibat Kesalahan Hamba

Allah-lah yang memberikan kenikmatan berupa kebaikan dan pahala dari kebaikan tersebut,sedangkan kejelekan itu adalah muncul dari manusia itu sendiri,meskipun hal itu terjadi dengan qadha dan qadar-Nya,sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan kejelekan para makhluk.”(Al-Falaq:2).

Maka kejelekan itu adalah datang dari para makhluk yang memiliki kejelekan, meskipun hal itu terjadi dengan qadha dan qadar-Nya.

 

PASAL ke-11 : Asal Nikmat dan Petaka

Jika ditanyakan,”Jika ketaatan dan kemaksiatan itu perkara yang ditakdirkan, dan kenikmatan dan musibah itu perkara yang ditakdirkan,maka mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala membedakan antara kebaikan-kebaikan yang merupakan nikmat dengan kejelekan kejelekan yang merupakan musibah,kemudian (mengapa) Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kebaikan itu dari-Nya sedangkan kejelekan itu dari manusia itu sendiri?”

Dijawab:”Karena adanya beberapa perbedaan yang ada di antara keduanya (kebaikan dan kejelekan).”

Yang pertama: Bahwasanya kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kebaikan kepada para hambanya terjadi pada permulaan,tanpa adanya sebab dari mereka sama sekali,dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kenikmatan berupa kesehatan,rezki,pertolongan dan yang lainnya kepada orang yang sama sekali belum pernah berbuat kebaikan.Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan para makhluk yang kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya ke dalam tempat yang tersisa dari al-jannah(surga),sedangkan mereka diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala-di akhirat- dalam keadaan belum pernah beramal kebaikan sama sekali.Dan Dia memsukkan anak-anak dan janin-janin orang-orang yang beriman ke dalam al jannah(surga) dengan rahmat-Nya,tanpa amalan (yang mereka kerjakan).  Adapun (tentang) siksaan,maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menyiksa seorang pun kecuali karena sebab perbuatannya.

Yang kedua : Bahwasanya orang yang berbuat kebaikan,ketika ia berbuat kebaikan tersebut,maka perbuatan kebaikannya itu sendiri adalah datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,dan (terjadi) dengan sebab karunia-Nya kepadanya berupa petunjuk dan keimanan.Sebagaimana yang dikatakan oleh penduduk al-jannah(surga),

“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada al-jannah (surga) ini.Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.”(Al-A’raf:43).

 

PASAL ke-12 : Menyandarkan Nikmat kepada Allah MemunculkanSyukur

Menyandarkan Petaka kepada Diri Sendiri Memunculkan Taubat

Dan jika seorang hamba memahami bahwa kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya adalah karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,maka dia akan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,sehingga (dengan syukur itu) Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menambahkan amal shalih dan melimpahkan dari karunia-Nya kenikmatan kepadanya.Dan jika seorang hamba itu mengetahui bahwasanya kejelekan itu tidaklah datang kecuali dari dirinya sendiri,karena sebab dosa-dosanya,maka dia akan beristighfar(meminta ampun) dab bertaubat,sehingga sirnalah sebab kejelekan itu dari dirinya.Maka hamba tersebut senantiasa bersyukur dan meminta ampun,sehingga terus-menerus kebaikan dilipat gandakan baginya,dandirinya akan dijauhkan dari kejelekan.

 

PASAL ke-13 : Perbedaan Lain antara Kebaikan dengan Kejelekan

Perbedaan yang ketiga: Bahwasanya kebaikan itu dilipat-gandakan dan diperbanyak (pahalanya) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,dan kesedihan yang terjadi karena sebab melakukan kebaikan itu adalah diberi pahala.Sedangkan kejelekan itu,tidaklah dilipat gandakan.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya;dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat,maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya(dirugikan).”(Al-An’am:160)

Perbedaan yang keempat: Bahwasanya kebaikan itu disandarkan kepada-Nya, karena Dia-lah yang menjadikan kebaikan itu adalah lebih baik dari segala sisinya,sebagaimana yang telah lewat.Maka setiap sisi dari sisi-sisi kebaikan itu mengharuskan untuk disandarkan kepada-Nya.Adapun kejelekan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menciptakannya kecuali untuk suatu hikmah.Dan kejelekanitu dari sisi adanya hikmah merupakan kebaikan-Nya, karena sesungguihnya Rabb tidaklah berbuat kejelekan sama sekali,bahkan seluruh perbuatan-Nya adalah baik dan kebaikan-kebaikan,dan seluruh perbuatan-Nya adalah sangat baik.Oleh karena itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca pada do’a istiftah,

“Dan semua kebaikan itu ada di tangan-Mu,sedangkan semua kejelekan   itu tidaklah disandarkan kepada-Mu”

 

PASAL ke-14 : Kejelekan itu mengandung Hikmah dan Sifatnya pun Terbatas

Dan ini adalah di antara pembahasan yang di dalamnya manusia mengalami kegoncangan.Dan orang Qadariyah penolak takdir dan Qadariyah yang berpaham Jabriyah berdalil bahwasanya jika bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala boleh untuk menyesatkan seseorang,maka tentunya boleh pula bagi-Nya untuk menyesatkan seluruh manusia;Dan dua kelompok ini tidak membedakan antara kejelekan yang (sifatnya) khusus dengan kejelekan yang umum dan tidak membedakan antara kejelekan yang idhofi(terbatas) dengan kejelekan yang mutlak,dan mereka tidak menetapkan pada kejelekan yang terbatas itu suatu hikmah yang karena adanya hikmah tersebut krjelekan itu tergolong kepada kebaikan.

 

PASAL ke-15: Selayaknya Hamba itu Bersyukur dan Bertaubat

Dan yang dimaksud di sini adalah pembicaraan tentang firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala,

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah,dan apa saja bencana yang menimpamu,maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.”(An-Nisa’:79),

dan ayat ini menuntut supaya hamba senantiasa bersyukur dan meminta ampun kepada-Nya.

Dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan pangkal dari semua kebaikan dan kenikmatan,dan seluruh kebaikan dan kenikmatan adalah dari-Nya.

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,maka dari Allah-lah (datangnya).”(An-Nahl:53).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sungguh telah berfirman,

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku,bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”,

Kemudian berfirman setelahnya,

“dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.”(Al-Hijr:49-50).

,DMaka ampunan dan rahmat adalah di antara sifat-sifat-Nya yang tersebut di dalam nama-nama-Nya.Maka ampunan dan rahmat adalah di antara tuntutan dari diri-Nya yang suci,konsekuensi dan kelaziman sifat-sifat-Nya.

Sedangkan azab,maka ia termasuk dari makhluk-Nya yang diciptakan untuk suatu hikmah.Azab tersebut dilihat dari sisi adanya hikmah,merupakan hikmah dan rahmat.

Demikian pula dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebagian dari kaum musyrikin Arab dan orang-orang kafir dari kalangan Ahlul kitab serta mereka yang mendustakannya menjadi celaka karena sebab risalahnya.Dan Allah Subhanahun wa Ta’ala membinasakan mereka karena sebab beliau,akan tetapi orang-orang yang jumlahnya jauh berlipat-lipat dibandingkan mereka ,menjadi berbahagia karena sebab risalahnya.Oleh karena itu orang celaka karena sebab beliau dari kalangan Ahlul Kitab,sebelum Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallhu Alaihi wa Sallam,mereka dulunya adalah orang-orang yang suka mengganti ganti dan merubah-rubah kitab-kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala,sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan sekelompok dari Ahlul kitab dengan jihad,dan orang-orang dari Ahlul-Kitab yang bilangannya berlipat-lipat daripada mereka  (yang dibinasakan). mendapatkan petunjuk dengan sebab beliau.Dan orang-orang yang direndahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kalangan Ahlul-Kitab dengan paksaan dan kerendahan,atau dari kalangan kaum musyrikin yang ditimpa kehinaan,maka bagi mereka paksaan merupakan rahmat bagi mereka,agar kekufuran mereka tidak menjadi besar dan agar kejelekan mereka tidak berambah banyak.Adapun yang selain mereka,yang jumlahnya tidak dapat dihitung kecuali oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mendapatkan petunjuk dan rahmat.Dan senantiasa manusia dari generasi ke generasi mengambil petunjuk dari mereka karena sebab kebarakahan dari kemenangan agama beliau dengan hujjah (bukti) dan kekuatan

 

PASAL ke-16: Kebaikan adalah Perkara Nyata yang Dianugerahkan Allah kepada

Hamba

Perbedaan kelima:bahwasanya seluruh kebaikan-kebaikan yang diperbuat oleh manusia itu adalah perkara-perkara yang nyata,yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya sebagai bentuk nikmat,dan yang terjadi dengan kehendak,rahmat,hikmah dan penciptaan-Nya.Yang demikian itu dikarenakan kebaikan-kebaikan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perkara-perkara yang diperintahkan ataupun meninggalkan perkara yang dilarang.Dan meninggalkan (larangan) adalah perkara yang nyata.Oleh karena itu manusia akan diberi pahala karena mengerjakan kebaikan-kebaikan,jika dia mengerjakannya dalam keadaan dia mencintai kebaikan-kebaikan tersebut dengan meniatkannya untuk mencari wajah Rabb-nya dan mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.Dan dia akan diberi balasan karena meninggalkan kejelekan-kejelekan jika dia meninggalkannya karena dia membencinya dan menahan diri darinya,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,kefasikan dan kedurhakaan.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”(Al-Hujurat:7).

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,maka sesungguhnya al-jannah(surga)lah tempat tinggal(nya).”(An-Nazi’at:40-41).

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”(Al-Ankabut:45).

Maka kebencian dan permusuhan serta berlepas diri dari peribadatan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dari para penyembahnya adalah perkara-perkara yang nyata di dalan hati dan lisan serta anggota badan, sebagaimana kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berloyalitas kepada para wali-Nya adalah perkara-perkara yang nyata dalam hati dan lisan serta anggota badan.

 

 

 

PASAL ke -17 : Meninggalkan Larangan adalah Sesuatu yang Nyata

Dan sungguh para ulama telah berselisih pendapat tentang at tark (perbuatan meninggalkan),apakah ia termasuk perkara yang nyata atau  perkara yang tidak nyata? Dan kebanyakan mereka berpendapat bahwasanya ia merupakan perkara yang nyata.

Orang yang meninggalkan larangan itu,tidaklah ia diberi balasan kecuali karena at-tark yang sengaja diperbuat oleh dirinya.Dan orang yang meninggalkan perintah tidaklah ia dihukum kecuali karena at-tark yang sengaja diperbuat oleh dirinya.

Dan setiap orang yang beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. maka tidak lain dia itu menyembah syetan.Meskipun ia menyangka bahwasanya dia menyembah para malaikat dan para nabi,dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan (ingatlah) hari (yang waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat,’Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?’ Malaikat-malaikat itu menjawab,’Maha Suci Engkau.Engkaulah pelindung kami,bukan mereka,bahkan mereka telah menyembah jin;kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.’” (Saba’:40-41).

Oleh karena itu,syetan-syetan menyerupakan diri mereka kepada orang yang menyembah para malaikat dan para nabi serta orang-orang yang salih, dan mengajak mereka berbicara,sehingga mereka menyangka bahwasanya yang mengajak mereka berbicara adalah seorang malaikat atau seorang nabi atau seorang wali,padahal dia adalah syetan yang mengaku sebagai seorang malaikat.Sebagaimana hal ini menimpa para penyembah bintang-bintang dan para pemilik jimat-jimat dan mntra-mantra.

Demikian pula orang-orang yang mereka berdo’a kepada para makhluk dari kalangan para nabi dan para wali serta para malaikat,adakalanya syetan menjelma kepada salah seorang dari mereka sebagai orang yang diserunya, sehingga orang tersebut menyangka bahwasanya dia adalah seorang nabi atau orang shalih yang diserunya,padahal dia adalah syetan yang menjelma sebagai orang yang shalih tersebut.

Maka setiap anak Adam,kalau dia bukan hamba Ar-Rahman,maka pasti dia itu adalah hamba syetan,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an),Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.Dan sesungguhnya syetan-syetan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (Di hari kiamat) dia berkata,’Aduhai,semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan maghrib,maka syetan itu adalah sejahat-jahat teman(yang menyertai manusia). (Harapan itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu  di hari itu kareana kamu telah menganiaya (dirimu sendiri).Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.”(Az-Zukhruf:36-39).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang beriman,orang-orang Yahudi,orang-orang Shabi iin,orang-orang Nasrani,orangorang Majusi dan orang-orang musyrik,Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat.Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.”(Al-Hajj:17).

 

PASAL ke-18 : Pahala dan Hukuman itu Diberikan Berdasarkan Amalan Nyata

Dan yang dimaksud disini adalah bahwasanya pahala dan hukuman itu tidaklah ada kecuali pada amalan yang nyata,dengan mengerjakan kebaikan-kebaikan,seperti beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Dan meninggalkan kejelekan-kejelekan,seperti meninggalkan kesyirikan-kesyirikan adalah perkara yang nyata,dan mengerjakan kejelekan-kejelekan, seperti, meninggalkan tauhid dan beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah perkara yang nyata,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan,maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu;dan barangsiapa yang datang dengan membawa kejahatan,maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang oranyang telah mengerjakan kejahatan itu,melainkan (seimbang) dengan apa yang dulu mereka kerjakan.”(Al-Qashash:84).

 

PASAL ke-19:Kebodohan dan Hawa Nafsu adalah Sumber dari Perbuatan Jelek

Adapun perbuatan-perbuatan jelek,maka sumbernya adalah kebodohan dan kezaliman,karena sesungguhnya tidaklah seseorang itu berbuat kejelekan yang buruk kecuali karena dia tidak mengetahui bahwasanya perbuatan tersebut adalah kejelekan yang buruk,atau karena hawa nafsunya cenderung kepadanya.Dan tidaklah seseorang itu meninggalkan perbuatan baik yang wajib kecuali karena dia tidak mengetahui tentang wajibnya perbuatan tersebut,atau karena jiwanya membenci perbuatan yang wajib tersebut.

 

PASAL ke-20: Hawa Nafsu dan Syaithan adalah Pangkal dari Kejelekan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”(Al-Kahfi:28).

Dan hawa nafsu itu sendiri,tidaklah ia bersendirian di dalam berbuat kejelekan,akan tetapi bersama kebodohan.Jika tidak demikian,maka seorang yang memperturutkan hawa nafsunya,manakala dia mengetahui dengan pasti bahwasanya kejelekan itu menyebabkan bahaya yang besar bagi dirinya, niscaya secara tabi’at jiwanya akan berpaling dari kejelekan itu,karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan pada jiwa itu kesukaan terhadap perkara yang bermanfaat baginya dan kebencian terhadap perkara yang membahayakannya.Maka jiwa itu tidak akan berbuat perkara yang telah dipastikan akan menyebabkan bahaya yang besar baginya.Bahkan kapan saja jiwa itu mengerjakan perkara tersebut,maka itu terjadi karena kelemahan akalnya Oleh karena itu,orang ini disifati bahwasanya dia adalah seorang yang berakal(cerdas),orang yang memiliki akal dan orang yang memiliki kecerdasan.

 

Oleh karenanya,bencana yang sangat besar itu adalah datang dari syetan, bukan dari hawa nafsu semata,karena sesungguhnya syetan itu menjadikan jiwa memandang baik kejelekan-kejelekan,dan memerintahkannya untuk mengerjakan kejelekan-kejelekan tersebut,serta menyebutkan kepadanya kebaikan-kebaikan (yang ada pada kejelekan tersebut) yang mrupakan kemanfaatan-kemanfaatan,tidak menyebutkan kemudharatan-kemudharatannya,sebagaimana yang diperbuat oleh Iblis terhadap Adam dan Hawwa.Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Hai Adam,maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa.Maka keduanya memakan dari buah pohon itu,lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya.”(Thaha:120-121).

“Syetan berkata,’Rabb kamu tidak melarangmu dari mndekati pohon ini,melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam al-jannah(surga).”(Al-A’raf:20).

Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb Yang Maha Pemurah.(Al-Qur’an),Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.Dan sesungguhnya syetan-syetan itu benar-benar menhalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.”(Az-Zukhruf:36-37).

Maka kebodohan merupakan perkara pokok yang menjerumuskan manusia ke dalam kejelekan-kejelekan,juga ketiadaan ilmu tentang bahwasanya kejelekan tersebut menyebabkan bahaya yang besar,ataupun (juga) persangkaan mereka bahwasanya kejelekan tersebut memberikan manfaat yang besar bagi mereka. Oleh kareana itu para sahabat berkata,’Siapa saja yang bemaksiat kepada Allah.Subhanahu wa Ta’ala,maka dia adalah seorang yang bodoh,”dan mereka menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ucapan tersebut,

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan,yang kemudian mereka bertaubat dengan segera.”(An-Nisa’:17).

PASAL ke-21:Setiap Manusia Dikaruniai Dua Sumber Kebahagiaan

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengaruniai kepada anak Adam dua perkara yang merupakan pangkal dari kebahagiaan: Yang pertama, bahwasanya setiap (bayi) yang terlahir adalah di atas fithrah,sebagaimana di dalam Ash-Shahihain(Al-Bukhari dan Muslim),dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,bahwasanya beliau bersabda,

“Setiap bayi adalah terlahir di atas fithrah,maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi atau Nasrani dan Majusi, sebagimana binatang ternak itu melahirkan seekor binatang yang sempurna anggota tubuhnya tanpa cacat.Apakah kalian mengira telinga binatang tersebut ada yang terpotong?”Kemudian Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata,”Jika kalian berkehendak,maka silahkan baca,(Tetaplah atas)fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu.Tidak ada perubahan pada fithrah Allah.(Itulah) agama yang lurus.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu.Tidak ada perubahan pada fithrah Allah,(Itulah) agama yang lurus”(Ar-Rum:30).

Yang kedua:Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sungguh telah memberi manusia petunjuk yang umum,dengan apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan pada mereka secara fithrah berupa pengenalan(terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan sebab-sebab dari Ilmu, dan dengan kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para rasul yang diutus-Nya kepada mereka.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah,dan Rabb-mu adalah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(Al-Alaq:1-5).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“(Rabb) Yang Maha Pemurah,Yang telah mengajarkan.Dia menciptakan manusia,mengajarnya pandai berbicara.”(Ar-Rahman:1-4).

“Sucikanlah nama Rabb-mu Yang Maha Tinggi,yang menciptakan dan menyempurnakan(penciptaan-Nya,dan yang menentukan kadar(masing-masing) dan memberi petunjuk.”(Al-A’la:1-3).

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”(Al-Balad:10).

 

PASAL ke-22: Dosa Merupakan Hukuman bagi Hamba

Perbedaan yang ke enam: Dikatakan bahwasanya dosa-dosa yang nyata yang seorang hamba itu diuji dengannya-meskipun itu adalah ciptaan Allah-maka itu adalah hukuman baginya karena dia tidak melaksanakan perkara yang dia ciptakan karenanya dan difithrahkan di atasnya.Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakannya agar dia beribadah hanya kepada-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya,dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukinya kepada fithrah(agama tauhid),sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Setiap yang terlahir adalah terlahir di atas fithrah.”

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama(Allah Subhanahu wa Ta’ala); (tetaplah atas) fithrah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu.Tidak ada perubahan pada fithrah Allah Subhanahu wa Ta’ala.(Itulah) agama yang lurus;tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(Ar-Rum:30).

Maka tatkala dia tidak melaksanakan perkara yang dia diciptakan karenanya dan di-fithrah-kan di atasnya serta diperintahkan dengannya,berupa pengenalan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan peribadatan hanya kepada-Nya,maka dia dihukum karenanya,dengan (hukuman yang berupa) syetan menjadikannya memandang indah kesyirikan dan kemaksiatan yang diperbuatnya.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada syetan,

“Pergilah,barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu,maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua,sebagai suatu pembalasan yang cukup,”

Sampai dengan firman-Nya,

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku,Kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.”(Al-Isra’:63-65).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya syetan itu tidak berkuasa atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.Sesungguhnya kekuasaannya(syetan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.”(An-Nahl:99-100).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syetan,mereka ingat kepada Allah,maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syetan-syetan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan).”(Al-A’raf:201-202).

Dan sungguh telah jelas bahwasanya mengikhlaskan agama hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dapat mencegah pengaruh dan kekuasaan syetan yang (keduanya) menyebabkan adanya siksa

 

PASAL ke-23: Hukuman atas Tiadanya Iman

Dan di antara firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang di dalamnya menyebutkan tentang hukuman karena ketiadaan iman adalah,

“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya ((Al-Qur’an) pada permulaannya,dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.”(Al-An’am:110).

PASAL ke-24: Tawakkal,Harapan dan Do’a Hanya Layak Ditujukan kepada Allah

Perbedaan yang ke tujuh:Di antara kebaikan-kebaikan dan kejelekan-kejelekan yang mencakup amalan-amalan beserta balasannya,di dalam hal,ini (kejelekan-kejelekan) disandarkan kepada jiwa dan itu (kebaikan-kebaikan) disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bahwa sesungguhnya kejelekan-kejelekan yang menimpa manusia,yaitu musibah-musibah dunia dan akhirat itu,tidaklah musibah-musibah itu memiliki sebab,melainkan dosa manusia itu sendiri,yang dosa itu datang dari dirinya.Adapun apa yang menimpa manusia berupa kebaikan dan kenikmatan,maka sesungguhnya sebab-sebabnya tidaklah terbatas,karena kenikmatan itu merupakan karunia dan kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala;terjadi dengan sebab amalannya dan (juga) terjadi bukan dengan sebab amalannya.Dan amalannya itu sendiri merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya.Dan Dia Yang Maha Suci tidaklah memberi balasan kebaikan itu sesuai dengan amalan yang diperbuat hamba,bahkan Dia melipatgandakan untuk hamba itu balasan amalnya,dan hamba tidak akan sanggup untuk mencatat sebab-sebab dari kenikmatan-Nya,akan tetapi hamba itu mengetahui bahwasanya kenikmatan-kenikmatan itu merupakan karunia dan pemberian Allah SubhanaAlhu wa Ta’ala,sehingga dia mengembalikan kenikmatan-kenikmatan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,tidak berharap kecuali kepada Allah Subhanahu wa.Ta’ala dan tidak bertawakkal kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,dan dia menyadari bahwasanya kenikmatan-kenikmatan itu seluruhnya adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahwasanya setiap ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu merupakan sebuah kenikmatan dari-Nya, sebagaimana yang telah lewat,oleh karena itu,Allah Subhanahu wa Ta’ala berhak mendapatkan syukur yang mutlak,umum dan sempurna,yang itu tidak berhak untuk didapatkan oleh selain-Nya.Dan di antara bentuk syukur adalah syukur yang merupakan balasan atas kebaikan yang dimudahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui kedua tangannya,seperti syukur kepada kedua orang tua dan syukur kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu dari selain kedua orang tuamu.Karena sesungguhnya siapa yang tidak bersyukur kepada manusia,berarti dia tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi-pada hak seseorang dan pemberian nikmatnya-,tidaklah sampai (kebaikan manusia itu) disyukuri atau ditaati dengan berbuat kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Karena sesunguhnya Allah-lah yangmemberinya kenikmatan yang besar,yang kenikmatan tersebut tidaklah sanggup untuk didatangkan oleh makhluk.Dan kenikmatan yang diperoleh oleh makhluk itu tidak lain adalah datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Allah Sybhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,maka dari Allah-lah datangnya.”(An-Nahl:53).

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,(sebagai rahmat) daripada-Nya.”(Al-Jatsiyah:13).

Dan tidak ada seorangpun yang mampu untuk mendatangkan balasan yang semisal dengan balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas ketaatan dan kemaksiatan serta kekufuran.Oleh karena itu tidak boleh makhluk itu ditaati di dalam hal bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itui,maka janganlah kamu mengikuti keduanya.”(Al-Ankabut:8).

Dan Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam di dalam hadits yang shahih,

“Wajib bagi seseorang untuk taat (kepada peimpin) di dalam kesempitan dan kelapangan,di saat semangat maupun malas,selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat kepada-Nya,dan jika diperintahkan dengan kemaksiatan,maka tidak boleh didengarkan dan ditaati.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya;dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu “(Fathir:2).

maka menjadilah tawakkal dan harapan serta do’anya adalah hanya kepada Pencipta.

 

PASAL ke-25: Jiwa Disifati dengan Kekejian

Perbedaan yang ke delapan:Sesungguhnya jika kejelekan itu terjadi dari jiwa,sedangkan kejelekan itu adalah keji dan tercela,maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati jiwa itu dengan kekejian pada contoh firman-Nya,

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji,dan kali-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang yang keji (pula).”(An-Nur:26).

Jiwa Ditempatkan pada Tempat yang Sesuai

Perkataan–perkataan dan perbuatan-perbuatan itu adalah termasuk sifat-sifat dari orang yang berbicara dan orang yang berbuat.Sehingga jika jiwa itu disifati dengan kejelekan dan kekejian,maka tidak ada tempat yang bermanfaat bagi jiwa itu,kecuali tempat yang mencocokinya.Maka jiwa-jiwa yang keji itu tidaklah cocok untuk tinggal di al-jannah(surga) yang indah,yang di dalamnya tidak terdapat kekejian  sama sekali,karena hal itu akan menimbulkan kerusakan (di al-jannah) atau hal itu tidak mungkin terealisasi. Bahkan jika pada jiwa itu ada kekejian,maka kekejian itu disucikan dan dibersihkan (terlebih dahulu),sehingga cocok untuk al-jannah(surga). Sebagaimana yang termaktub di dalam Ash-Shahih,dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu,dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu,jika telah selamat dari neraka,yakni jika telah menyeberangi Shirath(jembatan),maka mereka.berhenti di Qintharah(ujung jembatan yang dekat dengan surga) yang ada diantara al-jannah(surga) dan neraka,maka diqishas kezaliman-kezaliman yang terjadi di antara mereka ketika di dunia;sebagian mereka dengan sebagian yang lainnya.Maka jika mereka telah dimurnikan dan disucikan(dari dosa-dosa),maka mereka diizinkan untuk memauki al-jannah(surga).”

Dan sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

“Berdo’alah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(Al-A’raf:55).

 

PASAL ke-26:Keharusan Hamba untuk Mengesakan Allah dan

Hanya Kembali Kepada-Nya

Dikabarkan ole Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman_Nya,

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah,dan apa saja bencana yang menimpamu,maka dari (kesalahan) drrimu sendiri.”(An-Nisa’:79),

maka yang demikian mengharuskan hamba itu untuk tidak meminta kebaikan-kebaikan-dan semua kenikmatan itu tergolong kepada kebaikan-kebaikan-kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala;mengharuskan hamba untuk mengetahui bahwasanya kenikmatan-kenikmatan tersebut adalah datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala semata,sehingga karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berhak untuk mendapatkan syukur,yang syukur tersebut tidaklah berhak untuk didapatkan oleh selain-Nya,dan mengharuskannya untuk mengetahui bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Dia,sebagaimana yang difirmankan oleh Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,maka dari Allah-lah (datangnya).”(An-Nahl:53).

“Kemudian bila kamu ditimpa oleh kemudharatan,maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.”(An-Nahl:53).

“Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu daripada kamu,tiba-tiba sebagian dari kamu mempersekutukan Rabb-nya dengan (yang kain).”(An-Nahl:54.

Maka tidak ada yang dapat mendatang kebaikan kecuali Dia,maka yang demikian mengharuskan bagi hamba untuk mengesakan-Nya,bertawakkal kepada-Nya,bersyukur hanya kepada-Nya dan meminta ampun kepada-Nya atas dosa-dosanya.

Dan perkara-perkara ini dikumpulkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam di dalam ibadah shalat,sebagaimana yang telah pasti dari beliau, didalam Ash-Shahih bahwasanya beliau ketika mengangkat kepala dari ruku’,maka beliau membaca,

“Wahai Rabb kami! Hanya bagi-Mu-lah segala pujian itu,sepenuh langit dan bumi,dan sepenuh apa yang ada di antara keduanya,dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu.(Wahai) Pemilik pujian,pujian adalah ucapan hamba yang paling benar,kami semua adalah hamba-Mu.”

Maka (ucapan) ini merupan pujian ,yaitu bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penjelasan bahwasanya pujian kepada-Nya adalah ucapan hamba yang paling benar,kemudian setelah itu beliau membaca,

“Ya Allah tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi apa-apa yang  Engkau berikan,dan tidak ada seorang pun yang dapat memberi apa-apa yang Engkau cegah,dan tidaklah al-jadd(nasib baik,anak-anak kekayaan, kedudukan dan yang lainnya)dapat menyelamatkan pemiliknya dari-Mu”

Dan(hadits) ini merupan perealisasian bagi kemahatunggalan-Nya,pada tauhid rububbiyah;dari sisi penciptaan,takdir,permulaan dan petunjuk.Dia-lah Pemberi dan Pencegah,tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi apa-apa yang diberikan-Nya,dan tidak ada seorang pun yang dapat memberi apa-apa yang dicegah-Nya,dan (hadits) ini juga merupakan perealisasian bagi keesaan-Nya,pada tauhid ilahiyyah;dari sisi syariat,perintah dan larangan.Dan hal itu (perealisasi keesaan Allah Azza wa Jalla pada tauhid ilahiyyah) adalah bahwasanya para hamba,meskipun merka itu diberi kerajaan yang besar dan nasib baik serta kepemimpinan,baik pada lahirnya ataupun batinnya.

 

PASAL ke-27: Sangkaan bahwa Petaka Itu Bersumber dari Allah adalah Salah

Dan Al-Qur’an menjelaskan pada banyak tempat bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah membinasakan dan memnyiksa seseorang kecuali kareana suatu dosa,maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di sana,

“Dan kejelekan apa saja yang menimpamu,maka itu adalah dari diri kamu.”(An-Nisa’:79).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka pada kejadian perang Uhud,

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar),kamu berkata,’Dari mana datangnya (kekalahan) ini? Katakanlah,’Itu dari (kesalahan)dirimu sendiri.’”(Ali-‘Imran:165).

Dan firman-Nya,

“Dan musibah yang menimpa kamu,itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,dan Allah memaafkan sebagian besar(dari kesalahan-kesalahanmu).”(Asy-Syura :30).

“Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri(niscaya mereka ingkar),karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).”(Asy-Syura;48).

“Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun,melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang mmberi peringatan;untuk menjadi peringatan .Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.”(As-Syu’ara:208).

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(Ar-Rum:41).

“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali  (ke jalan yang benar).”(As-Sajdah:21).

“Perumpamaan harta yang dinafkahkan oleh mereka di dalam kehidupan dunia ini,adalh seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin,yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri,lalu angin itu merusaknya.Allah tidak menganiaya mereka,akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”(Ali “Imran:117).

“Tetapi mereka berpaling,maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar.”(Saba’:16).

====================

Ringkasan Buku PANDUAN ILMU DAN HIKMAH

 

“PANDUAN ILMU DAN HIKMAH”

 

(IBNU RAJAB)

 

Ini buku nan agung dan berbobot;memuat syarah(penjabaran) lima puluh hadits yang diambil dari jawami’ul kalim(sabda komprehensif) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,diantaranya empatpuluh dua hadits dari Al-Arbain An-Nawawi.

 

HADITS PERTAMA

 

Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu yang berkata,”Aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

‘Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan untuk setiap orang tergantung kepada apa yang ia niatkan.Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya ,maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang didapatkannya atau wanita yang dinikahinya,maka hijrahnya kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.’”

(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Niat menurut pendapat para ulama mempunyai dua pengertian;

Pertama,untuk membedakan sebagian ibadah dengan ibadah lainnya,seperti membedakan shalat Dzuhur dengan shalat Ashar,membedakan puasa Ramadhan dengan puasa lainnya.Atau membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan.

Kedua,untuk membedakan yang menjadi tujuan amal perbuatan.Apakah tujuan amal perbuatan tersebut adalah Allah saja yang tidak ada sekutu baginya ataukah selain Allah?

Kata niat juga seringkali disebutkan di Kitabullah tapi tidak dengan kata niat,namun dengan kata lain yang semakna dengannya.

Niat seringkali dibahasakan dengan kata iradat(keinginan/menginginkan) di Al-Qur’an,misalnya firman Allah Ta’ala,

“Di antara kalian ada orang yang menginginkan dunia dan diantara  kalian ada orang yang menginginkan akhirat.”(Ali Imran:152).

Demikian pula pada ayat-ayat:Al-Anfal:67,Asy-Syura-20,Al-Isra’:18-19,Huud:15-16,Al-An’am:52,Al-Kahfi:28,Ar-Rum:38-39.

 

Terkadang kata niat dibahasakan dengan kata ibtigha’(mencari),seperti

firman Allah a’ala,

“Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan

Tuhannya Yang Mahatinggi.”(Al-Lail:20).

 

Demikian pula pada ayat-ayat:Al-Baqarah:265,272,An-Nisa’:114.

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa dunia menjadi obsesinya,Allah memecah belah

urusannya,menjadikan kefakiran di depannya,dan dunia tidak datang

kepadanya kecuali sebatas yang ditentukan baginya.Barangsiapa akhirat

menjadi niatnya,Allah menyatukan urusannya,menjadikan kekayaan di

hatinya,dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.”

(Diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Zaid bin Tsabit

RadhiyallahAnhu)

 

SabdaRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Allah tidak menerima amal perbuatan yang di dalamnya terdapat riya’

sebesar biji sawi pun.”(Diriwayatkan Abu Nu’aim dari Yusuf bin Asbath).

 

HADITS KEDUA

 

Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Ketika kami sedang berada di samping Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam pada suatu hari,tiba-tiba muncullah pada kita orang yang pakaiannya sangat putih,rambutnya sangat hitam,tidak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan,dan tidak ada seorangpun dari kami yang kenal dengannya.Orang tersebut duduk di dekat Rasulullah Shallallahu Allaihi wa Sallam,menyandarkan kedua lututnya ke lutut beliau,dan meletakkan kedua tangannya ke kedua paha beliau.Orang tersebut berkata,’Hai Muhammad,terangkan Islam kepadaku.’

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

’Islam ialah hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,mendirikan shalat,membayar zakat,berpuasa pada bulan Ramadhan,dan berhaji ke Baitullah jika engkau mendapatkan jalan kepadanya.’

Orang tersebut berkata,’Engkau berkata benar.’

Kami heran padanya;ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,namun ia juga membenarkan beliau.

Orang tersebut berkata lagi,’Terangkan iman kepadaku.’

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

‘Hendaknya engkau beriman kepada Allah,Malaikat-malaikat-Nya,Kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya,Hari Akhir,dan beriman kepada takdir;baik-buruknya.’

Orang tersebut berkata,Engkau berkata benar.Terangkan ihsan kepadaku.’

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Hendaknya engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.Jika engkau tidak dapat melihat-Nya,sesungguhnya Dia melihatmu.’

Orang tersebut berkata,’Terangkan Hari Kiamat kepadaku.’

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

‘Orang yang ditanya tentang Hari Kiamat tidak lebih tahu dari penanya.’

Orang tersebut berkata,’Terangkan kepadaku tanda-tanda Hari Kiamat.’

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

‘Budak wanita melahirkan majikannya,engkau lihat orang yang telanjang kaki,telanjang badan,fakir,dan penggembala kambing saling meninggikan bangunan,’

Setelah itu orang tersebut pergi dan aku tetap berada di tempat lama sekali hingga akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadaku,’Hai Umar tahukah engkau siapa penanya tadi?’

Aku menjawab,Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Orang tadi adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada kalian.’”

(Diriwayatkan Muslim).

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 

“Iman yang paling baik ialah engkau mengetahui bahwa Allah bersamamu dimana saja engkau berada.”

(Diriwayatkan Ath-Thabarani dari Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu Anhu).

 

“Bukan orang Mukmin,orang yang kenyang,sedang tetangganya kelaparan.”

(Diriwayatkan Al-Hakim dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu).

 

“Orang Muslim ialah orang yang jika kaum Muslimin selamat dari lidah dan tangannya.”(Diriwayatkan Imam Ahmad,dari Abdullah bin Amr.).

 

“Islam adalah terang-terangkan,sedangkan Iman berada dihati.”

(Diriwayatkan Imam Ahmad,dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu).

 

“Barangsiapa dibuat senang oleh kebaikannya dan dibuat susah oleh kesalahannya,ia orang Mukmin,”

(Diriwayatkan Imam Ahmad,dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu).

 

“Seorang hamba tidak berhak atas kemurnian iman hingga ia mencintai karena Allah dan membenci karena-Nya.Jika ia mencintai karena Allah dan membenci karena-Nya,ia berhak atas perlindungan(kewalian) dari Allah Ta’ala.”(Diriwayatkan Imam Ahmad,dari Amr bin Al-Jamuh Radhiyallahu Anhu).

 

Dan dzikir kepada Allah bagimu lebih nikmat daripada madu dan lebih manis daripada air tawar murni bagi orang yang kehausan dihari yang panas.”

 

HADITS KETIGA

 

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma yang berkata,aku dengar  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Islam dibangun di atas lima;syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya,mendirikan shalat,membayar zakat,haji ke Baitullah,dan puasa Ramadhan.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam bersabda,

 

“Antara seseorang dengan syirik dan kekafiran ialah meninggalkan shalat.”(Diriwayatkan Muslim dari Jabir Radhiyallahu Anhu).

 

Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata,

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”

(Diriwayatkan Imam Malik).

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Jika anak Adam membaca ayat sajdah kemudian sujud,syetan menyendiri menangis sambil berkata,’Duhai sungguh celaka aku.Anak Adam diperintah sujud kemudian ia bersujud dan ia berhak atas surga.Sedang aku diperintah sujud,namun aku menolak dan aku berhak atas neraka,”(Diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu).

 

“Barangsiapa datang kepada dukun kemudian membenarkan apa yang ia katakan,shalatnya selama empat puluh hari tidak diterima.”

(Diriwayatkan Muslim).

 

“Barangsiapa meminum minuman keras,Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari.(Diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma).

 

 

HADITS KEEMPAT

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu yang berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang merupakan orang benar dan dibenarkan berkata kepada kami,

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian penciptaannya dikumpulkan di perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk air mani,kemudian menjadi alaqah(segumpal darah) seperti itu,kemudian menjadi sepotong daging seperti itu,kemudian Allah mengirim malaikat kepadanya lalu malaikat tersebut meniupkan ruh ke dalamnya dan diperintah dengan empat hal;menulis rezki,amal perbuatan,ajalnya,dan orang celaka atau orang bahagia.Demi Dzat yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia,sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak antara dirinya dengan surga ialah satu hasta,kemudian ketetapan mendahuluinya,lalu ia mengerjakan amal penghuni neraka dan ia masuk neraka.Sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti beramal dengan amal penghuni neraka hingga jarak antara dirinya dengan neraka ialah satu hasta,kemudian ketetapan mendahuluinya,lalu ia mengerjakan amal penghuni surga dan ia masuk surga.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Firman Allah Ta’ala,

“Tidak ada satu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada diri kalian sendiri melainkan telah ditulis di kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya,sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.”

(Al-Hadid:22).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah telah menentukan takdir-takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.”

(Diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhuma).

 

“Yang pertama kali diciptakan Allah ialah pena.Allah berfirman kepada pena,’Tulislah.’Kemudian pena itu berjalan(menulis) sesuai dengan apa saja yang akan terjadi hingga Hari Kiamat.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Ubadah bin  Ash-Shamit Radhjyallahu Anhu).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu ditentuan dengan akhirnya.”

(Diriwayatkan Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu Anhu).

 

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri seringkali berkata dalam doanya,

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,kokohkan hatiku di atas agama-Mu.”

 

HADITS KELIMA

 

Dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam urusan kami yang tidak berasal dari-Nya,ia tertolak.”Di riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak atas dasar urusan kami,amalan tersebut tertolak.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Hadits diatas adalah salah satu prinsip agung dari prinsip-prinsip Islam

Dan merupakan parameter amal perbuatan yang terlihat,sebagaimana hadits

“Sesungguhnya seluruh amal p;ertbuatan dengan niat,” adalah parameter alam perbuatan yang tidak terlihat.Sebagaimana seluruh amal perbuatan yang tidak dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala maka pelakunya tidak mendapatkan pahala,maka demikian pula halnya segala amal ;perbuatan yang tidak atas dasar perintah Allah dan Rasul-Nya juga tertolak dari pelakunya.Siapa saja yang menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak di izinkan oleh Allah dan Rasul-Nya,maka bukanlah termasuk perkara agama sedikit pun.

 

HADITS KEENAM

 

Dari An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda,

“Sesungguhnya halal itu jelas dan sesungguhnya haram itu jelas.Di antara keduanya terdapat hal-hal yang tidak jelas(musytabihat) yang tidak diketahui kebanyakan manusia.Barangsiapa menjauhi hal-hal yang tidak jelas tersebut,ia telah mencari kebersihan(dari celaan syar’i dan tuduhan) untuk agama dan kehormatannya.Barangsiapa terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak jelas(musytabihat) tersebut,ia terjerumus ke dalam haram,seperti penggembala yang menggembala di sekitar hima (lahan khusus yang tidak boleh dimasuki siapa pun),ia dikhawatirkan menggembala masuk di dalamnya.Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai hima dan ketahuilah bahwa hima Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya.Ketahuilah bahwa di tubuh terdapat segumpal darah.Jika segumpal darah tersebut baik maka seluruh tubuh menjadi baik dan jika segumpal darah tersebut jelek maka seluruh tubuh menjadi jelek.Ketahuilah bahwa segumpal darah tersebut adalah hati.”

(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Kesimpulannya bahwa Allah Ta’ala telah  menurunkan  Al-Qur’an kepada

Rasul-Nya dan menjelaskan di dalamnya untuk umat tentang halal dan haram yang mereka butuhkan,seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab(Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.”(An-Nahl:89).

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Aku tinggalkan kalian di atas sesuatu yang putih bersih di mana malamnya seperti siangnya dan tidaklah berpaling darinya melainkan orang yang binasa.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Al-Irbadh bin Sariyah).

 

“Syirik itu lebih tersembunyi daripada semut kecil di atas batu pada malam yang gelap.Syirik terendah ialah engkau mencintai sesuatu dari kedzaliman dan membenci sesuatu dari keadilan.Agama tidak lain adalah cinta dan benci Allah Ta’ala berfirman,’Katakan,’Jika kalian mencintai Allah,ikutilah aku,niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’’(Ali Imran:31)(Diriwayatkan Al-Hakim dari Aisyah Radhiyallahu Anha).

HADITS KETUJUH

 

Dari Tamim Ad-Dari Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallam bersabda,

“Agama adalah nasihat-beliau bersabda seperti itu hingga tiga kali.”Kami berkata,”Untuk siapa,wahai Rasulullah?”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Untuk Allah,Kitab-Nya,Rasul-Nya,para pemimpin kaum Muslimin,dan seluruh kaum Muslimin.”(Diriwayatkan Muslim).

 

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 

“Jika salah seorang dari kalian meminta nasihat kepada saudaranya,hendaklah saudaranya menasihatinya.”

(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Hakim bin Abu Yazid).

 

Nasihat untuk Allah : mentauhidkan Allah,menyifati-Nya dengan Sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan,menjauhi maksiat,mentaati dan cinta kepada-Nya dengan ikhlas,mengajak kepada-Nya,dan mendorong manusia untuk berjihad dijalan-Nya.

 

Nasihat untuk Kitabullah: beriman kepadanya,mengagungkannya dan membersihkannya,membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya,memikirkan perintah-perintah dan larangannya,mengajak manusia kepadanya.

 

Nasihat untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:beriman kepada beliau dan apa saja yang beliau bawa dari Allah,menghormati beliau,taat kepada beliau,menghidupkan sunnah beliau,berakhlak dengan akhlak beliau,mencintai keluarga beliau dan para sahabat

 

Nasihat untuk Para Pemimpin Kaum Muslimin:membantu mereka dalam kebenaran,menasihati mereka dengan santun,tidak menyerang mereka,mendo’akan kebaikan untuk mereka.

 

Nasihat untuk seluruh Kaum Muslimin:membimbing mereka kepada kemaslahatan,menutup aurat mereka,menutup cela mereka,menolong mereka dalam menghadapi musuh mereka,membela mereka,tidak menipu dan dengki kepada mereka.

 

HADITS KEDELAPAN

 

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma dari Rasulullah Shallallahu Alaihi

wa Sallam yang bersabda,

 

“Aku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah,mendirikan shalat,dan membayar zakat.Jika meraka melakukan hal tertsebut,maka darah dan harta mereka terlindung dariku kecuali dengan hak Islam dan  hisab mereka ada pada Allah Ta’ala.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Firman Allah Ta’ala,

“Dan perangilah mereka,sehingga tidak ada fitnah lagi dan ketaatan hanya semata-mata untuk Allah.”(Al-Baqarah:193).

 

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;dan yang demikian itulah agama ya ng lurfus.”(Al-Bayyinah:5).

 

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi wasiat kepada detasemen-

detasemen beliau,

“Jika kalian mendengar muadzin mengumandangkan adzan atau melihat masjid,kalian jangan membunuh seorang pun.”

(Diriwayatkan Imam Ahmad).

 

 

 

 

HADITS KESEMBILAN

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 

“Apa saja yang aku larang pada kalian,jauhilah.Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian,kerjakan semampu kalian .Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa oleh banyaknya pertanyaan-pertanyaan dan penentangan mereka kepada nabi-nabi mereka.”

(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

“Takutlah engkau kepada hal-hal haram,niscaya engkau menjadi orang yang paling hebat ibadahnya.”(Diriwayatkan Imam Ahmad).

Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu bahwa ia menyebutkan sejumlah fitnah yang akan terjadi di akhir zaman kemudian Umar bin Khaththab berkata kepadanya,”Kapan itu terjadi,hai Ali?”Ali bin Abu Thalib menjawab,”Fitnah-fitnah tersebut terjadi jika ilmu dipelajari untuk perkara selain agama,dan ilmu agama dipelajari bukan untuk diamalkan,serta amalan dijadikan komoditi untuk kepentingan dunia.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Kalian jangan meminta penyegeraan musibah yang belum terjadi.Jika kalian tidak berbuat seperti itu,di kaum Muslimin tidak henti-hentinya ada orang yang jika berkata maka ia diluruskan dan dibimbing.Jika kalian meminta penyegeraan musibah,jalan-jalan menjadi bercerai-berai bagi kalian di sini dan di sini.”(Diriwayatkan Abu Daud dari Muadz bin Jabal).

“Luruslah (istiqamah) kalian dan kalian tidak akan dapat mengetahui kadarnya’”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Tsauban).

Maksudnya kalian tidak akan sanggup istiqamah secara keseluruhan (sempurna).

Al-Hakam bin Hazn Al-Kulafi berkata,

“Aku menghadap kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu mengerjakan shalat Jum’at bersama beliau.Beliau berdiri bersandar pada tongkat atau panah,memuji Allah,dan menyanjung-Nya dengan kalimat-kalimat sederhana,baik,dan penuh berkah.Setelah itu beliau bersabda,

‘Hai manusia ,sesungguhnya kalian tidak akan sanggup-atau tidak akan mampu mengerjakan-seluruh apa yang aku perintahkan kepada kalian,namun tunjukkan (orang lain) kepada petunjuk dan berilah khabar gembira.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Daud).

 

HADITS KESEPULUH

 

Dari Abu Hurairah Radhjyallanu Anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah baik dan tidak menerima kecuali yang baik.Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum.Mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul,’Hai rasul-rasul,makanan dari makanan yang baik-baik,dan kerjakanlah amal yang shalih.’(Al-Mukminun:51).Allah Ta’ala berfirman,’Hai,orang-orang yang beriman,makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian.’(Al-Baqarah:172).”Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan orang yang lama bepergian;rambutnya kusut,berdebu,dan menengadahkan kedua tangan ke langit,”Tuhanku,Tuhanku,” padahal makanannya haram,minumannya haram,pakaiannya haram,bagaimana do’anya dikabulkan?(Diriwayatkan Muslim).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa mendapatkan harta haram kemudian bersedekah dengannya,ia tidak mendapatkan pahala di dalamnya dan dosa menjadi miliknya.”(Diriwayatkan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu),

Dalam Hadits Kesepuluh di atas Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan empat hal yang membuat do’a dikabulkan;

Pertama: Lama bepergian.Bepergian itu sendiri menyebabkan do’a dikabulkan.Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tiga do’a yang dikabulkan dan tidak ada keraguan di dalamnya;do’a orang yang terdzalimi,do’a musafir,dan doa ayah untuk anaknya.”(Diriwayatkan Abu Daud).

Kedua: Terjadinya keusangan pada pakaian dan penampilan dalam bentuk rambut kusut dan berdebu.Hal ini juga membuat do’a terkabul seperti terlihat pada hadits terkenal dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Bisa jadi orang yang rambutnya kusut,berdebu,mempunyai dua pakaian lusuh,dan pintu-pintu tertutup baginya,namun jika ia bersumpah kepada Allah,Dia pasti mengabulkannya.”(Diriwayatkan Muslim).

Ketiga:Menengadahkan kedua tangan ke langit.Ini termasuk etika do’a dan dengan cara seperti itu do’a diharapkan dikabulkan.Disebutkan dalam sebuah hadits dari Salman Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya Allah pemalu dan mulia.Ia malu kalau seseorang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya,namun Dia mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan kosong tidak mendapatkan apa  apa.”.(Diriwayatkan Imam Ahmad).

 

Keempat:’Terus-menerus b erdo’a kepada Allah Ta’ala dengan mengulang-ulang kerubuiyah-Nya.Cara seperti ini termasuk aspek penting yang membuat do’a terkabul.

Diriwayatkan dari Abu Ad Darda dan Ibnu Abbas keduanya berkata,”Nama Allah terbesar ialah Rabbi(Tuhanku),Rabbi(Tuhanku).(Diriwayatkan Ibnu Abu Syaibah).

Disebutkan dari Atha’ yang berkata,”Tidaklah seorang hamba berkata ‘Rabbi(Tuhanku)’,hingga tiga kali,melainkan Allah melihatnya.”

Barangsiapa mencermati do’a-do’a yang disebutkan dalam Al-Qur’an,ia menemukan pada umumnya do’a-do’a tersebut dimulai dengan kata Rabb (Tuhanku)

HADITS KESEBELAS

 

Dari Al-Hasan bin Ali,cucu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan orang kesayangan beliau,yang berkata bahwa aku hapal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Tinggalkan apa saja yang meragukanmu ,menuju apa saja yang tidak meragukanmu”(Diriwayatkan An-Nasai dan At-Tirmidzi).

Hadits di atas merupakan penggalan dari hadits panjang tentang qunut di shalat witir.Diriwayat versi At-Tirmidzi dan lain-lain terdapat tambahan,yaitu,

“Karena sesungguhnya kebenaran adalah ketentraman dan dusta adalah keraguan.”

HADITS KEDUA BELAS

 

Dari Abu Hurairah  Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Diantara kebaikan keislaman seseorang ialah ia meninggalkan apa saja yang tidak penting baginya.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi dan.lain lain).

Hadits di atas adalah salah satu prinsip etika yang agung.Puncak etika kebaikan bermuara dari empat hadits;

1.Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,’Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,hendaklah ia berkata dengan baik atau hendaklah ia diam.’

2 Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,’Diantara kebaikan keislaman seseorang ialah ia meninggalkan apa saja yang tidak penting baginya.’

3.Sabda Nabi hallallahu Alaihi wa Sallam kepada orang yang yang beliau bersabda kepadanya dengan ringkas,’Engkau jangan marah.’

4.Sabda Nabi Shallallahu Alaihi waSallam,’Orang Mukmin mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.’

Dan ia lebih sibuk dengan hal-hal yang penting baginya!

Salah seorang dari generasi salaf berkata,”Malulah kepada Allah sesuai dengan kedekatan Dia kepadamu dan takutlah kepada-Nya sesuai dengan kekuasaan-Nya terhadapmu.”

Salah seorang arif berkata,”Jika engkau berbicara,jngatlah pendengaran Allah tewrhadapmu.Jika engkau diam,ingatlah penglihatan-Nya kepadamu.”

Perhatikan pula Al-Qur’an,Surat Qaf:16-18,Yunus:61,Az-Zukhruf:80.

Di Al-Musnad disebutkan hadits dari Al-Husain dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya di antara kebaikan keislaman seseorang ialah sedikit mengatakan sesuatu yang tidak penting baginya.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dan Ath-Thabrani)

 

HADITS KETIGA BELAS

 

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

Salah seorang dari kalian tidak beriman hingga mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Bahwa yang dimaksud dengan tidak beriman ialah tidak mencapai hakikat dan puncak iman,karena iman seringkali dianggap tidak ada karena ketiadaan rukun-rukun dan kewajiban-kewajibannya,seperti sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,Pezina tidak berzina ketika berzina sedang ia dalam keadaan Mukmin,pencuri tidak mencuri sedang ia dalam keadaan Mukmin,dan orang tidak minum minuman keras ketika ia meminumnya sedang ia dalam keadaan Mukmin.”Dan seperti sabda beliau yang lain,”Tidak beriman orang yang tetangganya tidak aman dari gangguan-gangguannya.”

Ibnu Abbas berkata,”Aku membaca salah satu ayat Al-Qur’an kemudian ingin seluruh manusia mengetahuinya seperti yang aku ketahui.”

HADITS KEEMPAT BELAS

 

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu yang berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Darah orang Muslim tidak halal kecuali karena salah satu dari tiga sebab;orang yang telah menikah yang berzina,jiwa dengan jiwa(qishas),dan orang yang meninggalkan agamanya sekaligus keluar dari Al-Jamaah.”(Diriwayatkan A[-Bukhari dan Muslim).

Ada hadits-hadits yang menjelaskan tentang pembunuhan orang Muslim karena selain ketiga hal di atas;

1.Liwath(sodomi).Diriwayatkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,”Bunuhlah pelaku dan obyeknya.”

2.Orang laki-laki yang yang menikah dengan wanita mahramnya.

3.Penyhir.

4.Pembunuhan orang yang menggauli hewan

5.Orang meninggalkan shalat.

6.Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Jika dua khalifah dibaiat,bunuhlah khalifah terakhir(kedua)”(Diriwayatkan Muslim dari hadits Abu Sa’id).

7.Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa datang kepada kalian sedang ketika itu urusan kalian ada pada satu orang kemudian ia ingin membelah tongkat kalian atau memecah belah.jama’ah kalian,bunuhlah dia,”Diriwayat lain,”Pukullah kepalanya dengan pedang;siapapun dia.”(Diriwayatkan Muslim dari riwayat Arafjah).

8.Orang yang menghunus pedang

“Barangsiapa menghunus pedang kemudian meletakkannya,maka darahnya tidak ada perhitungan.”(Diriwayatkan An-Nasai dari Ibnu Zubair).

9.Pembunuhan mata-mata Muslim yang memata-matai kaum Muslim untuk orang-orang kafir.

 

HADITS KELIMA BELAS

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,hendaklah ia memuliakan tetangganya.Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir ,hendaklah ia memuliakan tamunya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Engkau jangan berkata dengan lidahmu kecuali kebaikan dan jangan menjulurkan tanganmu kecuali dengan kebaikan.”(Diriwayatkan Ath Thabrani dari Aswad bin Ashram Al Muharibi).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Iman seseorang tidak lurus hingga hatinya lurus dan hatinya tidak lurus hingga lidahnya lurus”(Di Al-Musnad dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu).

“Seorang hamba tidak mencapai hakikat iman hingga ia melarang lidahnya bicara.”(Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu).

“Engkau senantiasa selamat selama engkau diam.Jika engkau bicara,maka kebaikan atau keburukan ditulis untukmu.”(Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Muadz bin Jabal Radiyallahu Anhu).

“Sesungguhnya seseorang mengucapkan katakata,ia tidak menyangka bahwa ucapannya menyebabkan ia tergelincir di neraka lebih jauh daripada jauhnya antara timur dengan barat.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu)

“Tidaklah satu kaum duduk di satu majlis tanpa dzikir kepada Allah di dalamnya dan tanpa bershalawat kepada nabi mereka,melainkan mereka mendapatkan kesedihan.Jika Allah berkehendak,Dia menyiksa mereka.Dan jika Dia bekehendak ,Dia mengampuni mereka. ”(Diriwayatkan At-Tirmidzi).

“Barangsiapa duduk di tempat duduk tanpa dzikir kepada Allah di dalamnya,ia mendapatkan kesedihan dari Allah.Barangsiapa berbaring di pembaringan tanpa dzikir kepada Allah di dalamnya,ia mendapatkan kesedihan dari Allah.”(Diriwayatkan Abu Daud dan An-Nasai).

“Tidaklah waktu berjalan pada anak keturunan Adam dan ia tidak berdzikir kepada Allah dengan baik di dalamnya,melainkan ia sedih karenanya pada Hari Kiamat.”(Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Aisyah.Radhiyallahu Anha).

“Janganlah kalian banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah,karena banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah itu mengeraskan hati dan sesungguhnya  manusia yang paling jauh dari Allah ialah hati yang keras.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma).

 

HADITS KEENAM BELAS

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Berilah aku wasiat.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Engkau jangan marah.”Orang tersebut mengulangi permintaannya hingga beberapa kali,sedang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Engkau jangan marah.”(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Ini menunjukkan bahwa marah adalah puncak keburukan dan menjauhinya adalah puncak kebaikan.

“Wahai Rasulullah,tunjukkan kepadaku perbuatan yang memasukkanku ke surga.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Engkau jangan marah.”(Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Abu Ad-Darda’Radhiyallahu Anhu).

“Apa yang bisa menjauhkanku dari kemarahan Allah Azza wa Jalla?” Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,”Engkau jangan marah.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhuma).

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada orang yang meminta wasiat kepada beliau,”Engkau jangan marah”,mengandung dua hal;

1 Maksud sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut ialah perintah memiliki sebab-sebab yang menghasilkan akhlak yang baik,misalnya dermawan,murah-hati,pemurah,malu,tawadhu’,sabar,menahan diri dari mengganggu orang lain,pemaaf,menahan marah,wajah berseri,dan akhlak-akhlak baik lainnya;karena jika jiwa telah berakhlak dengan akhlak-akhlak tersebut dan akhlak tersebut menjadi kebiasaannya,maka akhlak-akhlak tersebut mengusir marah jika sebab-sebabnya datang.

2.Maksud sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ialah,”Engkau jangan mengerjakan konsekwensi marah jika marah terjadi padamu,namun usahakan dirimu tidak mengerjakannya dan tidak melakukan apa saja yang diperintahkan sifat marah,karena jika marah mendominasi manusia,marah tersebut seperti penyuruh dan pelarang bagi mereka.Makna inilah yang diisyaratkan Al-Qur’an,yaitu firman Allah Ta’ala,”Dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (Asy-Syura:37).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri,hendaklah ia duduk,agar marah hilang dari nya.Jika tidak,hendaklah ia berbaring.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Daud dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda,

“Sesungguhnya marah berasal dari syetan dan syetan diciptakan dari api.Sesungguhnya api itu dipadamkan dengan air.Oleh karena itu,jika.salah seorang dari kalian marah,hendalah ia berwudhu’.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Daud dari Urwah bin Muhammad As-Sa’di.).

“Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu melampiaskannya,ia dipanggil di depan seluruh makhluk kemudian disuruh memilih bidadari mana yang ia sukai.”(Diriwayatkan Imam Ahmad,Abu Daud,At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Muadz bin Anas Al-Juhani RadhiyallaAnhu).

“Seorang hamba tidak meneguk tegukan yang lebih baik di sisi Allah daripada tegukan marah yang ia tahan karena mencari keredhaan Allah Azza wa Jalla.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu)

 

HADITS KETUJUH BELAS

 

Dari Abu Ya’la alias Syadad bin Aus Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal.Oleh karena itu,jika kalian membunuh,bunuhlah dengan pembunuhan yang baik.Jika kalian menyembelih,sembelihlah dengan penyembelihan yang baik dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.”(Diriwayatkan Muslim).

Firman Allah Ta’ala,

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat baik memberi kepada kaum kerabat,dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.”(An-Nahl:90).

.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan berbuat baiklah,karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(Al-Baqarah:195).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa menyincang-cincang sesuatu yang mempunyai ruh, kemudian tidak bertaubat,Allah akan menyincang-cincangnya pada Hari Kiamat.”(Diriwayatkan Imam Ahmad).

 

HADITS KEDELAPAN BELAS

 

Dari Abu Dzar dan Muadz bin Jabal Radjiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Bertakwalah kepada Allah di mana engkau berada,ikutilah kesalahan dengan kebaikan,niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tesebut,dan pergaulilah manusia dengn akhlak yang baik.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi).

Inti takwa ialah seorang hamba meletakkan pelindung di antara dirinya dengan sesuatu yang ia takutkan dan khawatirkan.Jadi,takwa seseorang kepada Tuhannya ialah meletakkan antara dirinya dengan apa yang ia takutkan kepada Tuhannya,yaitu kemarahan dan hukuman Nya,sebuah pelindung yang melindungi dirinya dari itu semua.Pelindung tersebut ialah mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.

Umar bin Abdl Aziz berkata dalam khutbahnya,”Barangsiapa di antara kalian berbuat baik,hendaklah ia memuji Allah.Dan barangsiapa berbuat salah,hendaklah ia beristighfar kepada Allah,karena manusia harus mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dibebankan Allah di pundak mereka dan diwajibkan kepada mereka.”

 

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak ada dosanya.”                (Diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu).

“Hendaklah kalian menyayangi,niscaya kalian disayangi.Maafkan,niscaya kalian dimaafkan.Celakalah bagi aqmaa’ul qaul(orang yang mendengar perkataan  namun tidak mengamalkanya) dan celaka bagi orang-orang yang terus-menerus mengerjakan apa yang telah mereka kerjakan padahal mereka tahu.”(Di Al-Musnad dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu).

“Barangsipa berwudhu kemudian memperbaiki wudhunya,maka kesalahan-kesalahannya keluar dari tubuhnya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya.”(Diriwayatkan Muslim dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu).

“Barangsiapa mengatakan,’Subhanallah wa bi hamdihi (Mahasuci Allah dengan memujinya)’,sebanyak seratus kali dalam sehari,maka kesalahan-kesalahannya dihapus kendati sebanyak buih di laut.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu).

“Barangsiapa mengatakan,’Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya kerajaan,bagi-Nya pujian,Dia menghidupkan dan mematikan,dan Dia Mahakuasa atas.segala sesuatu,’sebanyak seratus kali dalamsehari,maka itu sama dengan memerdekakan sepuluh budak ,seratus kebaikan ditulis baginya,seratus kesalahan dihapus darinya,ia mendapatkan penjagaan dari syetan sejak hari itu hingga sore hari dan tidak ada orang yang mengerjakan sesuatu yang lebih baik dari yang ia kerjakan kecuali orang yang mengerjakan yang lebih baik daripada hak tersebut,”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu)

“Sesungguhnya kalimat Alhamdulillah,Subhanallah,Laa ilaaha illallah dan Allahu akbar itu merontokkan dosa-dosa seorang hamba sebagaimana daun-daun pohon itu berguguran.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu).

“Tidaklah menimpa orang Muslim kelelahan,sakit,galau,sedih,hingga duri yang mengenainya,melainkan Allah menghapus kesalahan-kesalahannya dengan itu semua.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al-Khudri).

 

HADITS KESEMBILAN BELAS

 

Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata,aku berada di belakang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian beliau bersabda,

“Hai anak muda,aku ajarkan beberapa kalimat kepadamu;jagalah Allah niscaya Allah menjagamu,jagalah Allah niscaya engkau dapatkan Allah di depanmu,jika engkau minta mintalah kepada Allah,jika engkau minta pertolongan mintalah peretolongan kepada Allah,ketahuilah jika seluruh umat sepakat untuk memberimu manfaat dengan sesuatu maka mereka tidak dapat memberimu manfaat dengan sesuatu tersebut kecuali yang telah ditetapkan Allah untukmu,jika mereka sepakat unuk mkmberimu madzarat dengan sesuatu maka mereka tidak dapat memberimu madzarat dengan sesuatu kecuali yang telah Allah untukmu,pena-pena telah diangkat,dan lembaran-lembaran telah kering.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).

“Jagalah Allah niscaya engkau mendapatkan-Nya di depanmu,kenalilah Allah pada saat makmur niscaya Allah kenal denganmu pada saat-saat sulit,ketahuilah apa yang tidak engkau dapatkan tidak akan engkau dapatkan,dan apa yang mesti engkau dapatkan tidak akan terlepas darimu,ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan musibah dan bersama kesulitan adalah kemudahan.” (Diriwayatkan Imam Ahmad).

 

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu,”maksudnya jagalah hukum-hukum Allah,hak-hak-Nya,perintah-perintah-Nya,dan larangan-larangan-Nya.Menjaga Allah ialah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya,menjauhi larangan-larangan-Nya,tidak melanggar apa saja yang Dia perintahkan dan izinkan kepada apa yang Dia larang.

Firman Allah Ta’a’a,

“Jagalah oleh kalian segala shalat dan shalat wusthaa;berdirilah karena Allah(dalam shalatmu) dengan khusyu’.”(Al-Baqarah:238).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa menjaga shalat-shalat tersebut,maka shalat-shalat tersebut menjadi cahaya,petunjuk,dan keselamatan baginya pada Hari Kiamat.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr).

“Barangsiapa menjaga shalat,ia mendapatkan jaminan di sisi Allah untuk memasukannya ke surga,”(Diriwayatkan Imam Malik dari Ubaidah bin Ash-Shamit).

“Tidak menjaga wudhu melainkan orang Mukmin.”(Diriwayatkan Imam.Ahmad dari Tsauban).

“Barangsiapa menjaga di antara kumis dan jenggotnya (lidah) dan di antara dua kakinya(kemaluan),ia masuk surga.”(Diriwayatkan Al-Hakim).

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Niscaya Allah menjagamu,” maksudnya, barangsiapa menjaga hukum-hukum Allah dan memperhatikan hak-hak-Nya,Allah menjaganya,karena balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya,seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Dan penuhilah janji kalian kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kalian.”(Al-Baqarah:40).

“Karena itu,ingatlah kalian kepada-Ku,niscaya Aku ingat kepada kalian.” (Al-Baqarah:152).

“Hai orang-orang yang beriman,jika kalian menolong Allah,niscaya Dia menolong kalian.”(Muhammad:7).

Ada dua hal bentuk penjagaan Allah kepada hamba-Nya;

Pertama: Allah menjaga kemaslahatan-kemaslahatan dunianya, misalnya.Allah badan,anak,keluarga,dan hartanya.Allah Azza wa Jalla. Berfirman,

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran;di muka dan di belakang mereka,mereka(para malaikat) menjaga mereka(manusia) atas perintah Allah.”(Ar-Ra’du:11).

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata,”Mereka adalah para malaikat yang menjaga  manusia atas perintah Allah Jika takdir datang,para malaikat pergi dari manusia.”

Barangsiapa menjaga Allah di saat remaja dan kuat,Allah menjaganya di saat ia tua dan lemah,serta memberinya kenikmatan dengan pendengaran, penglihatan,kekuatan,dan akalnya.

.Bisa jadi,Allah menjaga seorang hamba sepeninggalnya dengan menjaga anak keturunannya,seperti firman Allah Ta’ala,

“Sedang kedua orang tuanya adalah orang shalih.”(Al-Kahfi:82).

Umar bin Abdul Aziz berkata,”Tidaklah orang Mukmin wafat melainkan Allah menjaganya dengan menjaga anak dan c ucunya.”

Kapan saja seorang hamba sibuk dalam ketaatan kepada Allah,maka Allah menjaganya pada saat tersebut.Di Musnad Imam Ahmad disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

‘Seorang wanita berada di rumah kemudian ikut berangkat dalam  detasemen kaum Muslimin dengan meninggalkan dua belas kambing betina dan tanduk yang biasa ia gunakan untuk menenun.Setelah itu,ia kehilangan dua belas kambing dan tanduknya.Ia berkata,” Tuhanku, sungguh Engkau telah menjamin orang yang keluar di jalan-Mu untuk menjaganya.Sungguh aku kehilangan kambing-kambingku dan Atandukku.’Aku bersumpah kepada-Mu tentang kambing-kambingku dan tandukku.’”Rasululah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan kuatnya sumpah wanita tersebut kepada Tuhannya Tabaraka wa Ta’ala.Beliau bersabda,”Keesokan harinya,kambing-kambingnya muncul bersama sejumlah kambing kambingnya dan tanduknya bersama sejumlah tanduknya (yang tadinya hilang).”

Jadi barangsiapa menjaga Allah,maka Allah menjaganya dari semua gangguan.

Kedua: Penjagaan yang lebih baik daripada penjagaan pertama,yaitu Allah menjaga agama dan iman seorang hamba.Ya,Allah menjaga kehidupan hamba tersebut dari perkara-perkara syubhat yang menyesatkan dan syahwat-syahwat yang diharamkan.Allah juga menjaga agamanya ketika ia meninggal dunia dalam bentuk Allah mewafatkannya dalam keadaan beriman.

Tentang firman Allah Ta’ala,

“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia  dan hatinya.”(Al-Anfal:24).

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata,”Allah membatasi antara orang  Mukmin dengan maksiat yang menyeretnya ke neraka.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir Ath-Thabari di Jamiul Bayan).

AL-Hasan berkata tentang para pelaku maksiat,”Mereka meremehkan Allah,akibatnya mereka bermaksiat kepada-Nya.Jika mereka mengagungkan Allah,Dia pasti melindungi mereka.”

Sabda Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam,”Jagalah Allah niscaya engkau dapatkan Allah di depanmu,”maksudnya,barangsiapa menjaga hukum-hukum Allah dan memperhatikan hak-hak-Nya,ia mendapati Allah bersamanya dalam semua kondisi dimana saja ia berada; Allah menolong, menjaga, membimbingnya,dan menunjukinya,karena,

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(An-Nahl:128).

 

Qatadah berkata,”Barangsiapa bertakwa kepada Allah,Dia bersamanya. Barangsiapa Allah bersamanya,ia bersama kelompok yang tidak terkalahkan, dan penjaga yang tidak tidur,dan pemberi petunjuk yang tidak menyesatkan.” (Diriwayatkan Abu Nu’aim di Al-Hilyah,).

Tentang firman Allah Azza wa Jalla,

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar,”(Ath-Thalah:2).

Qatadah berkata,”Yaitu jalan keluar dari musibah ketika meninggal dunia.”

Ali bin Abu Thalhah berkata dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma tentang ayat di atas,”Allah menyelamatkannya dari seluruh petaka di dunia dan akhirat.”(Diriwayatkan Ath-Thabari di Jamiul Bayan)

Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam,”Jika engkau minta mintalah kepada Allah dan jika engkau minta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah”,dipetik dari firman Allah Ta’ala,

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami minta.pertolongan.”(Al-Fatihah:5).

Di At-Tirmidzi juga disebutkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa tidak meminta Allah,maka Allah marah kepadanya.”

“Hendaklah salah seorang dari kalian memintakan seluruh  kebutuhannya kepada Allah hingga ia meminta tali sandalnya jika putus kepada-Nya.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi dari Anas bin Malik).

Ketahuilah bahwa minta kepada Allah Ta’ala dan tidak kepada makhluk-Nya itu diperintahkan Allah,karena permintaan mengandung makna penampakan kehinaan dan kebutuhan sang peminta Permintaan juga mengandung pengakuan akan memampuan pihak yang dimintai untuk mengusir bahaya,mendapatkan sesuatu yang dicari,mendatangkan manfaat,dan menolak madzarat.Kehinaan dan merasa butuh tidak layak ditampakkan kecuali kepada Allah saja,karena itu hakikat ibadah.Tidak ada yang sanggup  menghilangkan madzarat dan mendatangkan manfaat selain Allah,seperti yang Dia firmankan,

“Jika Allah menimpakan sesuatu madharat kepadamu,maka tidak ada  yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya.” (Yunus:107).

Disebutkan di hadits shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Berambisilah kepada apa saja yang bermanfaat bagimu,mintalah pertolongan kepada Allah,dan jangan lemah.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu).

Ada dua tingkatan bagi orang Mukmin terhadap qadha’dan takdir dalam musibah;

Pertama: Ia ridha dengannya.Ini tingkatan yang paling tinggi.Allah Azza wa Jalla berfirman,

“Tidak ada satu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah,niscaya Dia memberi petunjuk kepada hatinya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(At-Taghabun:11)’

At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya jika Allah mencintai salah satu kaum,Dia menguji mereka.Maka barangsiapa ridha,ia mendapatkan keridhaan.Dan barangsiapa murka,ia mendapatkan kemurkaan.”

Kedua: Orang Mukmin bersabar terhadap musibah.Ini bagi orang yang tidak mampu ridha kepada qadha’.Jadi,ridha adalah keutamaan dan disunnahkan,sedang sabar wajib bagi orang Mukmin dan di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak,karena memerintahkannya dan menjanjikan pahala besar baginya.Allah Azza wa Jalla berfirman,

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(Az-Zumar:10).

Al-hasan berkata,”ridha itu berat sekali,namun sabar adalah pegangan orang Mukmin.”

Perbedaan antara ridha dengan sabar ialah sabar adalah menahan jiwa dari rasa tidak puas dengan disertai rasa sakit,menginginkan rasa sakit tersebut hilang,dan menahan organ tubuh dari mengerjakan hal-hal yang merupakan, tuntutan keluh-kesah.Sedang ridha ialah kelapangan jiwa terhadap qadha’ dan tidak menginginkan sakitnya qadha’ hilang.Kendati rasa sakit ada,namun ridha meringankannya karena hati bersentuhan dengan spirit keyakinan dan ma’rifat.Jika ridha menguat,maka menghilangkan seluruh rasa sakit.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran.”Sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla,

“Orang yang meyakini bahwa mereka akan bertemu Allah berkata, ”Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Al-Baqarah:249).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Kelapangan bersama musibah.” Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ini diperkuat dengan firman Allah Azza wa Jalla,

“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.”(Asy-Syura:28).

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Dan bersama kesulitan adalah kemudahan,”diambil dari firman Allah Ta’ala,

“Allah akan memberikan kemudahan sesudah kesempitan”(Ath-Thalaq:7)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.”(Asy-Syarhu:5-6).

HADITS KEDUA PULUH

 

Dari Abu Mas’ud Al-Badri Radhiyallahu Anhu yang berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda

“Di antara sesuatu dari perkataan kenabian pertama yang diketahui manusia ialah,’Jika engkau tidak malu,silahkan berbuat apa saja yang inginkan’.”(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata,”Barangsiapa malu,ia merahasiakan diri.Barangsiapa merahasiakan diri,ia bertaqwa.Barangsiapa bertaqwa ,ia dilindungi.”

 

HADITS KEDUA PULUH SATU

 

Dari Sufyan bin Abdullah Radhiyallahu anhu yang berkata,aku berkata,

“Wahai Rasulullah,katakan kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Katakan,’Aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqamahlah.”(Diriwayatkan Muslim).

Sabda tersebut dipetik dari firman Allah Azza wa Jalla,

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata,’Tuhan kami ialah Allah, ’kemudian mereka istiqamah,maka malaikat turun kepada mereka (dengan mengatakan),’Kalian jangan takut dan janganlah sedih dan bergembiralah kalian dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada.kalian’,”(Fushshilat:30).

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata,’Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka beristiqamah maka tidak ada kekhawatiran pada mereka dan mereka tidak berduka cita.”(Al-Ahqaaf:13).

Istiqamah ialah meniti jalan lurus yang tidak lain adalah agama yang lurus(Islam) tanpa menympang darinya;ke kanan atau kiri.Istiqamah,mencakup pengerjaan seluruh ketaatan;yang terlihat dan tersembunyi,dan meninggalkan seluruh yang dilarang.Jadi sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi wasiat yang menghimpun seluruh ajaran agama.

 

HADITS KEDUA PULUH DUA

 

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Bagaimana pendapatmu jika aku mengerjakan shalat-shalat wajib, berpuasa pada bulan Ramadhan,menghalalkan hal-hal yang halal, mengharamkan hal-hal yang haram,dan aku tidak menambahkan sesuatu apa pun pada itu semua,apakah aku masuk surga?” Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Ya”.(Diriwayatkan Muslim).

Yang dimaksud dengan peghalalan hal-hal dihalalkan dan pengharaman hal-hal diharamkan ialah mengerjakan hal-hal yang halal dan menjauhi hal-hal yang haram.

Imam Ahmad dan An-Nasai meriwayatkan hadits dari Abu Ayyub Al-Anshari Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa menyembah Allah,tidak menyekutukan-Nya,mendirikan shalat,membayar zakat,berpuasa pada bulan Ramadhan,dan menjauhi dosa-dosa besar,ia berhak atas surga-atau ia masuk surga.”

“Barangsiapa perkataan akhirnya adalah laa ilaaha illallah(tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah),ia masuk surga.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu)

Orang yang hendak meninggal dunia harus mengucapkan kalimat tersebut dengan ikhlas,taubat,menyesali dosa-dosa silamnya,dan tekad untuk tidak mengulanginya lagi.

 

HADITS KEDUA PULUH TIGA

 

Dari Abu Malik Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu yang berkata,Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,

“Bersuci adalah separoh iman,alhamdulillah(segala puji bagi Allah) memenuhi timbangan,subhanallah(Mahasuci Allah) dan alhamdulillah (segala puji bagi Allah) memenuhi antara langit dan bumi,shalat adalah cahaya,sedekah adalah petunjuk,sabar adalah sinar,dan Al-Qur’an adalah hujjah bagimu atau atasmu.Setiap manusia berbuat;ada orang yang menjual dirinya kemudian mmerdekakannya atau membinasakannya.”(Diriwayatkan Muslim).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Pada Hari Kiamat,Al-Qur’an datang didahului surat Al-Baqarah dan Ali-Imran.Kedua surat tersebut seperti dua awan atau dua sinar atau sekawanan burung-burung yang mengembangkan sayap-sayapnya di udara.”(Diriwayatkan Muslim dari Abu Umamah).

“Dua kalimat yang dicintai Ar-Rahman,berat di timbangan,dan ringan di mulut;subhanallah wa bihamdihi dan subhanallahil adzim.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah).

“Sesuatu yang paling berat diletakkan di timbangan ialah akhlak yang baik.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Ad-Darda’)

“Dan tidak ada sesuatu apa pun yang berat dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr.Radhiyallahu Anhu).

“Barangsiapa menjaganya,shalat tersebut menjadi sinar,petunjuk,dan keselamatan baginya pada Hari Kiamat.Barangsiapa tidak menjaganya, tidak mempunyai sinar,keselamatan,dan petunjuk.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu).

 

HADITS KEDUA PULUH EMPAT

 

Dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabb beliau Azza wa Jalla bahwa Dia berfirman,

“Wahai hamba-hanba-Ku,sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman terhadap diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian,maka janganlah kalian saling mendzalimi.Wahai hamba-hamba-Ku,setiap dari kalian adalah tersesat kecuali orang yang Aku beri dia petunjuk,maka mintalah petunjuk kepada-Ku,niscaya kalian Aku beri petunjuk.Wahai hamba-hamba-Ku,setiap dari kalian adalah lapar kecuali orang yang Aku beri makan,maka mintalah makanan kepada-Ku,niscaya kalian Aku.beri makanan.Wahai hamba-hamba-Ku,setiap dari kalian adalah telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian,maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya kalian Aku beri pakaian.Wahai hamba-hamba-Ku,sesungguhnya kalian berbuat salah di malam hari dan siang hari,sedang Aku mengampuni seluruh dosa,maka mintalah ampunan kepada-Ku,niscaya Aku mengampuni kalian.Wahai hamba-hamba-Ku,sesungguhnya kalian tidak dapat memberi madzarat kepada-Ku dan kalian juga tidak dapat memberi manfaat kepada-Ku.Wahai hamba-hamba-Ku,seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian,manusia dan jin dari kalian semua seperti hati salah seorang dari kalian yang paling bertakwa,maka itu semua sedikit pun tidak menambah kerajaan-Ku.Wahai hamba-hamba-Ku seandainya orang pertama dan terakhir kalian,manusia dan jin dari kalian seperti hati orang yang paling jahat di antara kalian,maka itu semua tidak bisa mengurangi kerajaan-Ku.Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian dari manusia dan jin berada di tempat yang sama kemudian meminta kepada-Ku,lalu Aku berikan permintaan setiap orang,maka itu semua tidak bisa mengurangi apa yang ada pada-Ku,melainkan hanya sekedar seperti jarum yang mengurangi air laut jika dimasukkan ke dalamnya.Wahai hamba-hamba-Ku,sesungguhnya itu semua adalah amal-amal kalian yang Aku tulis untuk kalian menyempurnakannya.Barangsiapa mendapatkan kebaikan,hendaklah ia memuji Allah.Dan barangsiapa mendapatkan selain kebaikan ,ia jangan sekali-kali menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”(Diriwayatkan Muslim).

Kedzaliman terbagi ke dalam dua bagian;

Pertama:Kedzaliman seorang hamba terhadap diri sendiri dan kedzaliman yang paling besar ialah syirik,seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Sesungguhnya syirik adalah benar-benar kedzaliman yang besar”(Luqman:13).

Kedua:Kedzaliman seorang hamba terhadfap orang lain Itulah yang disebutkan di hadits bab di atas.Pada haji wada’,Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya darah,harta,dan kehormatan kalian haram terhadap kalian,seperti keharaman hari kalian ini di bulan kalian ini di negeri kalian ini,”(Diriwayatkan Al-Bukhari dari Abu Bakrah).

“Kedzaliman adalah kegelapan pada Hari Kiamat.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar Radhiyallahu An huma).

Firman Allah Ta’ala,

“Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa disesatkan-Nya maka engkau tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”(Al-Kahfi:17).

“Maka mintalah rezki di sisi Allah dan sembahlah Dia”(Al-Ankabut:17).

“Apa yang di sisimu lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.”(An-Nahl:96).

 

HADITS KEDUA PULUH LIMA

 

Dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu bahwa beberapa orang dari sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Wahai Rasulullah,orang-orang kaya pergi dengan banyak pahala. Mereka shalat seperti kita shalat,berpuasa seperti kita berpuasa,dan bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu bagi kalian yang bisa kalian sedekahkan? Sesungguhnya di setiap tasbih terdapat sedekah,di setiap takbir terdapat sedekah,di setiap tahmid terdapat sedekah,di setiap tahlil terdapat sedekah,amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah,dan di hubungan suami isteri salah seorang dari kalian adalah sedekah.”Para sahabat berkata,Wahai Rasulullah,apakah jika salah seorang dari kita melampiaskan syahwatnya (kebutuhan biologisnya) maka ia mendapatkan pahala di dalamnya?” Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Bagaimana menurut kalian, jika kalian melampiaskan syahwatnya(kebutuhan biologisnya) di tempat.  haram,bukankah ia mendapatkan dosa karenanya?Begitu juga,jika ia melampiaskannya ke tempat halal,maka ia mendapatkan pahala karenanya “(Diriwayatkan Muslim).

Sedekah dengan selain harta ada dua jenis;

  1. Sedekah yang kebaikannya dirasakan manusia dan merupakan sedekah kepada mereka.Bisa jadi,sedekah ini lebih baik daripada sedekah dengan harta.Sedekah seperti ini misalnya amar ma’ruf dan nahi mungkar, karena kedua perbuatan tersebut adalah ajakan kepada taat kepada Allah dan pelarangan dari bermaksiat kepada-Nya.Sedekah seperti ini jelas lebih baik daripada sedekah dengan harta.Begitu juga,mengajarkan ilmu yang bermanfaat,membacakan Al-Qur’an,menghilangkan gangguan di jalan,berusaha mendatangkan manfaat bagi manusia,menolak madzarat bagi mereka,mendoakan kaum Muslimin,dan memintakan ampunan unuk mereka.
  2. Sedekah bukan dari harta yang manfaatnya hanya dirasakan pelakunya sendiri,seperti jenis-jenis dzikir;takbir,tasbih,tahmid,tahlil,dan istighfar. Begitu juga berjalan ke mesjid adalah sedekah.Satu pun di hadits-hadits di atas tidak menyebutkan tentang shalat,puasa,haji dan jihad sebagai sedekah.Kebanyakan perbuatan-perbuatan tersebut lebih baik darpada sedekah-sedekah dengan harta.

 

HADITS KEDUA PULUH ENAM

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata,Rasulullah Shallallahu wa Sallam bersabda,

“Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari dimana  matahari terbit di dalamnya;engkau adil kepada kedua orang tua adalah. sedekah,engkau membantu seseorang dalam hewan kendaraannya; engkau mengangkatnya ke atas hewan kendaraannya atau mengangkat perabotannya ke atas hewan kendaraan tersebut adalah sedekah,  perkataan yang baik adalah sedekah,setiap langkah yang engkau jalankan ke shalat adalah sedekah,dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim.

Makna hadits bab di atas ialah bahwa penyusunan tulang-tulang dan kesempurnaannya termasuk nikmat-nikmat Allah yang paling besar pada hamba-Nya ,karenanya,setiap tulang perlu sedekah dan pemiliknya bersedekah mewakili setiap tulang yang ada pada dirinya,agar sedekah menjadi syukur atas nikmat tersebut.

 

 

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa dan Dia memberikan kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur.”(An-Nahl:78).

Abu Ad-Dunya meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ad-Darda’ yang berkata,”Sehat adalah kekayaan tubuh.”

Di Shahih Al-Bukhari disebutkan hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Dua nikmat di mana kebanyakan manusia tertipu di keduanya; kesehatan dan kekosongan(waktu luang).”

At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya yang pertama kali ditanyakan pada hamba pada Hari Kiamat ialah tentang kenikmatan.Allah berfirman kepadanya,’Bukankah Aku menyehatkan badanmu untukmu? Bukankah Aku memuaskanmu dengan air dingin?’”

Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Tidaklah Allah memberikan nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengatakan,’Alhamdulillah,’melainkan apa yang ia berikan itu lebih baik daripada apa yang ia ambil.”

Tekstual hadits menunjukkan bahwa syukur dengan sedekah itu wajib bagi oang Muslim di setiap hari,namun syukur terbagi ke dalam dua tingkatan;

Pertama: Syukur wajib, yaitu syukur dalam bentu mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan.Syukur seperti ini wajib dan sudah cukup sebagai tanda syukur atas seluruh nikmat.

Kedua: Syukur sunnah,maksudnya seorang hamba mengerjakan ibadah-ibadah sunnah setelah mengerjakan ibadah-ibadah wajib dan menjauhi hal-hal yang diharamkan.Ini tingkatan para as-sabiquun(orang-orang yang lebih dahulu kepada kebaikan) yang didekatkan kepada Allah.Tingkatan inilah yang ditunjukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersungguh sungguh dalam shalat dan qiyamul lail,hingga kedua kakinya bengkak.Jika beliau ditanya, “Kenapa engkau berbuat seperti ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang silam dan yang akan datang?’ Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?”

Di Al-Musnad disebutkan hadits dari Abu Jurai Al-Hujaimi yang berkata bahwa aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang kebaikan kemudian beliau bersabda,

“Engkau jangan sekali-kali meremehkan salah satu kebaikan kendati engkau hanya menyambung hubungan tali,memberi tali sandal, memenuhi wadah orang yang meminta air dari timbamu,menyingkirkan sesuatu yang mengganggu manusia dari jalan mereka,berjumpa saudaramu sedang wajahmu mengarah kepadanya,berjumpa saudaramu kemudian engkau mengucapkan salam kepadanya,dan menentramkan orang yang kesepian di bumi.”

Di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memerintahkan tujuh hal kepada  kami;menjenguk orang sakit,mengantarkan jenazah,mendoakan orang yang bersin,membebaskan sumpah,menolong orang didzalimi,merespon orang yang mengundang,dan menyebarkan salam.”Diriwayat Muslim disebutkan,Memberi petunjuk jalan kepada orang yang tersesat-sebagai ganti membebaskan sumpah.”

Contoh lainnya ialah mengevaluasi diri atas perbuatan-perbuatan yang telah dikerjakan,menyesal dan bertaubat dari dosa-dosa masa lalu,sedih karenanya,merendahkan diri,memarahinya karena Allah Azza wa Jalla, menangis karena takut kepada Allah Ta’ala,memikirkan(tafakkur) kerajaan langit dan bumi,memikirkan urusan-urusan akhirat dan apa saja yang ada didalamnya,misalnya janji,ancaman dan lain sebagainya,yang menyebabkan iman bertambah di hati dan melahirkan banyak sekali perbuatan-perbuatan hati seperti takut,cinta,berharap,tawakkal,dan lain sebagainy

HADITS KEDUA PULUH TUJUH

 

Dari An-Nawwas bin Sam’an Radhiyallhu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Kebaikan ialah akhlak yang baik dan dosa ialah apa saja yang menggoncangkan jiwamu dan engkau tidak suka manusia melihatnya. (Diriwayatkan Muslim).

Kebaikan dikonotasikan kepada dua pengertian;

Pertama:Mempergauli manusia dengan berbuat baik kepada mereka

Kedua:Makna kebaikan kedua ialah pengerjaan seluruh ketaatan yang terlihat dan yang tersembunyi,misalnya firman Allah Ta’ala,

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaikan,tapi sesungguhnya kebaikan ialah beriman kepada Allah,Hari Kemudian,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,anak-anak yatim,orang orang miskin,musafir dan orang-orang yang meminta minta;dan (memerdekakan) budak,mendirikan shalat,dan menunaikan zakat;dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,dan orang orang yang sabar dalam kesempitan,penderitaan danpeperangan;mereka itulah orang-orang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(Al-Baqarah:177).

Allah Ta’ala juga menjelaskan bahwa hati kaum Mukminin tentram dengan dzikir kepada-Nya.Jadi hati yang dimasuki   cahaya iman dan senang dengannya itu tentram dengan kebenaran,damai dengannya,menerimanya,lari dari kebatilan,membencinya,dan tidak menerimanya.

Ini menunjukkan bahwa kebenaran dan kebatilan tidak terlihat samar bagi orang Mukmin yang tahu,namun ia mengetahui kebenaran dengan sinar yang ada padanya kemudian hatinya menerima kebenaran tersebut dan lari dari kebatilan kemudian memungkirinya dan tidak mngenalnya,

 

HADITS KEDUA PULUH DELAPAN

 

Dari Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu yang berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi pelajaran kepada kami hingga hati kami takut kepadanya dan mata mencucurkan airmata.Kami berkata,

“Wahai Rasulullah,sepertinya pelajaran ini pelajaran orang yang akan berpisah? Oleh karena itu,beri kami nasihat.”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Aku wasiatkan hendaklah kalian bertakwa kepada Allah,mendengar dan taat kendati kalian diperintah seorang budak, karena orang-orang yang hidup sepeninggal kalian akan melihat pertentangan yang banyak,karenanya,hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk.Pegang sunnah tersebut dengan gigi geraham.Tinggalkan hal-hal baru,karena setiap bid’ah adalah kesesatan.”(Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi.At-Tirmidzi berkata,Hadits ini hasan shahih).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya ketaatan itu hanya pada kebaikan”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Ali bin Abu Thalib).

Di Al-Musnad disebutkan hadits dari Anas bin Malik bahwa Muadz bin Jabal berkata,

“Wahai Rasulullah,bagaimana pendapatmu kalau kita diperintah para pemimpin yang tidak bersunnah dengan sunnahmu dan tidak melaksanakan perintahmu ,maka apa yang engkau perintahkan dalam menyikapi mereka?”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Tidak wajib taat kepada orang yang tidak taat kepada Allah Azza wa Jalla.”

Diriwayatkan dengan shahih dari Ibnu Mas’ud yang berkata,”Sesungguhnya kalian pada hari ini berada diatas fitrah.Kalian akan membuat hal-hal baru dan hal-hal baru akan dibuatkan untuk kalian.Jika kalian melihat hal-hal baru yang diada-adakan,hendaklah kalian berpegang teguh kepada petunjuk pertama. Ibnu Mas’ud berkata seperti itu pada zaman khulafaur rasyidin

 

mkanHADITS KEDUA PULUH SEMBILAN

 

Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu yang berkata,aku berkata,

“Wahai Rasulullah,jelaskan kepadaku amal perbuatan yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka,”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Sungguh engkau bertanya tentang sesuatu yang besar namun mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah di dalamnya;engkau menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun,mendirikan shalat, membayar zakat,berpuasa Ramadhan,dan haji ke Baitullah.”Setelah itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan?Puasa adalah tameng,sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api dan shalat seseorang di tengah malam.”Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca firman Allah,”Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan rasa takut dan harap dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu(bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,”(As-Sajdah:16-17).Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda lagi ,”Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala perkara,tiang-tiangnya,dan puncak-punuknya?”Aku berkata,”Mau,wahaiRasulullah” Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Pokok segala perkara adalah Islam,tiang-tiangnya adalah shalat,dan puncak punuknya adalah jihad.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda lagi,”Maukah engkau aku jelaskan tentang hal yang menguatkan itu semua?”Aku menjawab,” Mau,wahai Rasulullah.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memegang lidah beliau kemudian bersabda,”Jagalah ini(lidah).”Aku berkata,”Wahai Nabi Allah,apakah kita akan disiksa karena apa yang kita katakan?”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Mudah-mudahan ibumu kehilanganmu(kalimat yang menunjukkan nada heran),tidaklan manusia terjungkir di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan karena hasil lidah mereka,”(Diriwayatkan At-Tirmidzi).

Bahwa amal-amal menjadi penyebab orang masuk ke surga,

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dulu kalian kerjakan.”(Az-Zukhruf:72).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata dalam doa beliau,

“Berilah aku petunjuk dan permudah petunjuk untukku.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma).

Ibnu Al-Munkadir berkata,”Jika orang berpuasa menggunjing,puasanya menjadi robek.Jika ia beristighfar,ia menambalnya.”

Diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban di Shahihnya dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya sedekah dengan rahasia itu memadamkan kemarahan Allah dan menolak kematian jelek.”

Sedekah menghapus kesalahan-kesalahan;baik sedekah secara mutlak atau sedekah dengan rahasia.

Di Shahih Muslim disebutkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. dari. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Shalat terbaik setelah shalat wajib ialah qiyamul lail.”

Di At-Tirmidzi disebutkan hadits dari Bilal Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Hendaklah kalian mengerjakan qiyamul lail,karena qiyamul lail adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian,ibadah pendekat kepada Allah Azza wa Jalla,pelarang dari dosa,penghapus kesalahan-kesalahan,dan pengusir penyakit dari badan.”

Ibnu Mas’ud bekata,”Keutamaan shalat malam atas shalat siang adalah seperti keutamaan sedekah dengan rahasia atas sedekah dengan terang-terangan.”

Sedang puncak punuk perkara ialah jihad.Ini menunjukkan bahwa jihad adalah amal perbuatan terbaik setelah ibadah-ibadah wajib.

HADITS KETIGA PULUH

 

Dari Tsa’labah Al-Khusyani Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya Allah mewajibkan kewajiban-kewajiban maka kalian jangan menyia-nyiakannya,menentukan batasan-batasan maka kalian jangan melanggarnya,mengharamkan banyak hal maka kalian jangan menerjangnya,dan diam dari banyak hal karena sayang(rahmat) kepada kalian dan bukan karena lupa maka kalian jangan mencari-carinya.” (Diriwayatkan Ad-Daruquthni dan lain-lain).

Penamaan sunnah terhadap salah satu bentuk ibadah terkadang menyebabkan orang kurang serius mengerjakannya,bermalas-malasan terhadapnya,dan meninggalkannya.Ini berbeda dengan tujuan syariat yang menganjurkan dan mendorongnya dengan berbagai cara agar dikerjakan. Jadi,penamaan wajib lebih memungkinkan dikerjakan disenangi.

Penamaan wajib dalam perkataan Allah atau Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dikonotasikan kepada sesuatu yang tidak berdosa jika ditinggalkan dan tidak dihukum karenanya menurut sebagaian besar ulama,seperti mandi hari Jum’at.Begitu juga jamuan semalam bagi tamu menurut banyak ulama atau sebagian besar dari mereka,karena yang dimaksudkan dengan kata wajib pada konteks tersebut ialah hiperbola dan penegasan anjuran untuk mengerjakannya.

Sedang hal yang diharamkan,itulah yang dilindungi Allah Ta’ala dan mencegah didekati,dikerjakan,dan dilanggar.Jadi,apa saja yang keharamannya ditegaskan di Al-Qur’an dan sunnah,maka haram hukumnya secara mutlak.

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang hal-hal yang didiamkan, ”Karena sayang(rahmat)kepada kalian dan bukan karena lupa”, maksudnya, bahwa Allah Ta’ala diam tidak menyebutkannya sebagai rahmat dan belas kasih untuk hamba-hamba-Nya karena Dia tidak mengharamkanya pada mereka,karena Dia tidak menghukum mereka jika mereka mengerjakannya.  Allah juga tidak mewajibkan hal-hal tersebut kepada mereka,karenanya Dia tidak menghukum mereka jika mereka tidak mengerjakannya.

HADITS KETIGA PULUH SATU

 

Dari Sahl bin Sa’ad As-Saidi Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian  berkata,’Wahai Rasulullah,tunjukkan kepadaku perbuatan yang jika aku kerjakan maka aku dicintai Allah dan dicintai manusia .’Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Zuhudlah di dunia niscaya engkau dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia niscaya engkau dicintai manusia.”(Hadits hasan diriwayatkan Ibnu Majah dan lain-lain dengan sanad hasan).

Hadits bab di atas mengandung dua wasiat agung;

Pertama,zuhud di dunia yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla cinta hamba-Nya.

Kedua,zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia yang menyebabkan orang dicintai manusia.

Adapun zuhud di dunia,Al-Qur’an banyak sekali memujinya dan mengecam cinta dunia.Allah ta’ala berfirman,

“Tetapi kalian memilih kehidupan duniawi.Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”(AL-A’la:16-17).

Perhatikan pula,Al-Anfal:67,  Al-Qashash:79-83, Ar-Ra’du:26, An-Nisa’:77, dan  Al-Ghafir:38-39.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian meletakkan jari-jarinya kelaut,maka lihatlah apa yang dibawa jari-jarinya.”(Diriwayatkan Muslim dari Al-Mustaurid Al-Fihri).

“Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk,maka Dia tidak memberi minuman sedikit pun kepada orang kafir.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu Anhu).

.Makna zuhud terhadap sesuatu ialah berpaling darinya karena menganggapnya kecil,merendahkannya,dan hilang keinginan kepadanya.Zuhud ditafsirkan dengan tiga halnya yang semuanya merupakan perbuatan hati dan bukan perbuatan organ tubuh.

Pertama:Hendaknya seorang hamba lebih yakin terhadap apa yang ada di sisi Allah daripada terhadap apa yang ada di tangannya sendiri.

“Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezkinya.”(Huud:6).

“Dan di langit terdapat rezki kalian dan apa yang dijanjikan kepada kalian.”(Adz-Dzaariyat:22).

“Maka mintalah rezki di sisi Allah dan sembahlah Dia.”(Al-Ankabut:17).

Al-Fudhail bin Iyadh berkata,”Prinsip zuhud ialah ridha kepada Allah Azza wa Jalla”.Ia juga berkata,”Qana’adalah zuhud dan itulah kekayaan”.

Kedua:Jika seorang mendapatkan musibah di dunianya,misalnya hartanya habis ludes,anaknya meninggal dunia,dan lain sebagainya,maka ia lebih senang kepada pahala musibah tersebut daripada kepada dunianya yang hilang untuk kembali lagi kepadanya.Sikap seperti ini juga terjadi karena kesempurnaan keyakinan.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Nabi Shallallahu Allaihi wa Sallam berkata dalam doa beliau,

“Ya Allah,bagikan untuk kami rasa takut kepada-Mu yang dapat memisahkan kami dengan maksiat kepada-Mu,bagikan untuk kami. ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu bagikan untuk kami keyakinan yang membuat kami memandang kecil seluruh musibah dunia.”

Ini semua pertanda zuhud di dunia dan minimnya ambisi kepada dunia, seperti dikatakan Ali bin Abu Thalib,”Barangsiapa zuhud di dunia ,seluruh musibah menjadi kecil baginya.

Ketiga:Pemuji dan pencela dalam kebenaran itu sama saja bagi seorang hamba.Ini juga pertanda zuhud di dunia,

HADITS KETIGA PULUH DUA

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tidak boleh ada madzarat dan tidak boleh menimbulkan madzarat” (Diriwayatkan Ibnu Majah,Ad-Daruquthni,hadits hasan).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menolak dzarar(madzarat) dan dzirar(menimbulkan madzarat)dengan cara yang tidak benar.

Sedang menimbulkan madzarat kepada bseseorang dengan cara yang benar,karena orang tersebut melanggar hukum-hukum Allah,karenanya, ia dihukum seuai dengan besar kejahatannya,atau karena ia mendzalimi orang lain,karenanya ,orang didzalimi meminta balasan dengan adil,maka itu bukan yang dimaksud hadits di atas,karena yang dimaksud hadits di atas ialah menimbulkan madzarat dengan cara yang tidak benar dan itu terbagi ke dalam dua jenis;

Pertama: Tindakan hanya bermaksud untuk menimbulkan madzarat kepada orang lain.Tindakan ini jelas buruk dan diharamkan,karena di Al-Qur’an seringkali disebutkan larangan dari menimbulkan madzarat,misalnya dalam masalah wasiat.Allah Ta’ala berfirman,

“Sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi madzarat (kepada ahli waris).”(An-Nisa’:12).

Kedua: Tindakan mempunyai tujuan yang benar,misalnya seseorang menggunakan barang mikinya untuk sesuatu yang ada kemaslahatan baginya kemudian tindakannya menimbulkan madzarat pada orang lain atau ia melarang orang lain memanfaatkan barang miliknya kemudian orang ia larang mendapatkan madzarat karena pelarangannya.

Masalah pertama,yaitu misalnya seseorang menyalakan api di lahannya di hari yang panas kemudian api membakar apa saja yang ada di sekitar lahannya, maka ia berbuat zalim dan ia harus mengganti kerugian yang diakibatkan tndakannya.

Contoh lain ialah menggali sumur di dekat sumur tetangga hingga menhabiskan air sumur tetangga.

Contoh lain ialah menimbulkan sesuatu di barang miliknya yang menimbulkan madzarat di milik tetangganya,misalnya mengguncang, menumbuk,dan lain sebagainya.

Contoh lain ialah menimbulkan madzarat kepada penduduk,misalnya seseorang mempunyai bau busuk dan lain sebagainya.

Masalah kedua,yaitu melarang tetangga memanfaatkan barang miliknya.Jika pelarangan mendatangkan madzarat bagi pemilik yang memanfaatkan barang miliknya,maka berhak menolak,seperti orang yang mempunyai dinding yang tidak kuat untuk menahan kayu.

 

HADITS KETIGA PULUH TIGA

 

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Seandainyan manusia diberi karena tuduhan mereka,maka orang-orang pasti menuduh harta dan darah salah satu kaum,namun barang bukti wajib bagi penuduh dan sumpah wajib bagi orang tidak mengaku. (Hadits hasan diriwayatkan Al-Baihaqi dan lain-lain).

Kemudian Allah menurunkan ayat yang membenarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut lalu beliau membaca ayat berikut,

“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit,mereka tidak mendapat bagian(pahala) di akhirat dan Allah tidak bicara dengan mereka dan tidak melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak menyucikan mereka;. bagi mereka.adzab yang pedih.”(Ali-Imran:77).

 

 

HADITS KETIGA PULUH EMPAT

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu yang berkata,aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran,hendaklah ia. mengubahnya dengan tangannya Jika ia tidak mampu,maka dengan lidahnya.Jika tidak mampu,maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah.(Diriwayatkan Muslim).

Ibnu Abu Ad-Dunya meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa menghadiri maksiat kemudian membencinya,ia seperti orang yang tidak mengahadirinya.Dan barangsiapa yang tidak menghadirinya kemudian menyukainya,ia seperti orang menghadirinya.”

Dari sini,jelaslah bahwa mengingkari kemungkaran dengan hati adalah wajib bagi setiap muslim di semua kondisi,sedang mengingkarinya dengan tangan dan lidah itu sesuai dengan kemampuan.

Abu Daud juga meriwayatkan hadits dari Jarir Radhiyallahu Anhu,yang berkata, aku mendengar Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tidaklah seseorang berada di suatu kaum di mana kemaksiatan-kemaksiatan dikerjakan pada mereka dan mereka mampu mengubahnya namun tidak mengubahnya melainkan Allah menurunkan hukuman pada mereka sebelum mereka meninggal dunia.”

At-Tirmidzi dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda dalam khutbah beliau,

“Ketahuilah segan kepada manusia  jangan sekali-kali menghalangi seseorang untuk mengatakan kebenaran jika ia mengetahuinya.”Abu Sa’id Al-Khudri menangis kemudian berkata,”Sungguh,demi Allah kita melihat banyak hal kemudian kita segan.”Hadits ini juga diriwayatkan Imam Ahmad dan ia menambahkan didalamnya,”Karena ia tidak ,,mendekat kepada ajal dan tidak jauh dengan rezki jika ia dikatakan dengan benar atau diingatkan tentang perkara besar.”

Jika seorang takut mendapatkan penghinaan atau mendengar perkataan kotor tentang dirinya,maka kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar tidak gugur darinya.Itu dikatakan Imam Ahmad.Namun jika ia mampu bersabar menghadapi gangguan dan kuat menghadapinya,itu lebih baik baginya Ini juga dikatakan Imam Ahmad.Dikatakan kepada Imam Ahmad,”Bukankah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, ‘Orang Mukmin tidak boleh menghinakan dirinya?’ maksudnya,menghadapkan dirinya pada ujian yang tidak mampu ia tanggung,kemudian Imam Ahmad berkata,”Ini bukan termasuk masalah tadi.”Apa yang dikatakan Imam Ahmad didukung hadits yang diriwayatkan Abu Daud,Ibnu Majah,dan At-Tarmidzi dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Jihad terbaik ialah mengatakan keadilan kepada pemimpin yang dzalim.”

Di Sunan Abu Daud,Ibnu Majah,dan At-Tirmidzi disebutkan hadits dari Abu Tsa’labah Al-Khasyani bahwa dikatakan kepadanya,”Bagaimana pendapatmu tentang firman Allah Ta’ala,

“Hai orang-orang yang beriman,jagalah diri kalian;tidaklah orang yang  sesat itu akan memberi madzarat kepada kalian.”(Al-Maidah:105).

Abu Tsa’labah Al-Kasyani berkata,”Demi Allah,aku pernah menanyakan ayat tersebut kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian beliau bersabda,

‘Bahkan,hendaklah kalian menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran hingga jika engkau melihat kekikiran ditaati,hawa nafsu dituruti,dunia lebih diutamakan,dan setiap orang bangga dengan pendapatnya,maka jagalah dirimu dan tinggalkan darimu perkara semua manusia,’

Imam Ahmad berkata,”Orang harus menyuruh kepada kebaikan dengan lemah lembut danrendahhati sehingga jika iamemperdengarkankepadaorangtersebut sesuatu yang dibencinya,maka ia tidak marah dan tidak membela diri.”

HADITS KETIGA PULUH LIMA

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Kalian jangan saling dengki,jangan saling najasy,jangan saling membenci,jangan saling membelakangi,sebagian dari kalian jangan menjual jualan sebagian yang lain,dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara.Orang Muslim adalah saudara orang Muslim;ia tidak mendzaliminya,tidak menelantarkannya,tidak mendustakannya,dan tidak menghinanya. Takwa di sini-beliau sambil memberi syarat ke dada beliau hingga tiga kali-.Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menhina saudaranya yang Muslim.Setiap orang Muslim atas orang Muslim lainnya haram darah,harta,dan kehormatannya.”(Diriwayatkan Muslim).

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,””Kalian jangan saling dengki,” maksudnya,sebagian dari kalian jangan dengki kepada sebagian yang lain.Sifat dengki dicetak di watak manusia karena manusia tidak suka diungguli seseorang di keutamaan apa pun.

Allah Ta’ala menjelaskan di banyak ayat dalam Al-Qur’an bahwa sifat orang Yahudi itu adalah dengki,misalnya firman Allah Ta’ala,

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat  mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman,karena dengki dari diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (Al-Baqarah:109).

“Ataukah mereka dengki kepada manusia(Muhammad) lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?”(An-Nisa’:54).

Imam Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Az-Zubair bin Al-Awwam Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Penyakit umat-umat sebelum kalian menyerang kalian;dengki dan benci.Benci adalah pemotong;pemotong agama dan bukan pemotong rumput.Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya,kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai.Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saking mencintai?Sebarkan salam di antara kalian.”

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Jangan saling najasy”,para ulama menafsirkan bahwa najasy yang dimaksud ialah najasy di jual-beli.Najsy ialah orang yang tidak ingin membeli suatu barang menambah harga barang, tersebut untuk kepentingan penjual dengan cara menambah harganya atau menimbulkan madzarat pada pembeli dengan memahalkan harganya.”

Allah Ta’ala berfirman,

“Rencana jahat tidak menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.”(Fathir:43).

Disebutkan di hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa menipu kita,ia bukan termasuk dari kita.Makar dan penipuan itu di neraka.”

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Jangan saling membenci” Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang kaumimin saling benci sesama mereka tidak karena Allah,namun karena hawa nafsu,karena Allah menjadikan mereka sebagai saudara dan namanya saudara dengan saudara itu hendaknya saling mencintai dan tidak saling membenci.

Allah Ta’ala mengharamkan kepada kaum Muslimin apa saja yang menimbulkan permusuhan dan kebencian sesama mereka,

“Sesungguhnya syetan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran(minuman) khamar dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat,maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu)”(Al-Maidah:91).

Allah Ta’ala memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya dalam bentukmenyatukan hati mereka,seperti yang Dia firmankan,

“Dan berpeganglah kalian semua kepada tali(agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dulu(masa Jahiliyah)bermusuhan,maka Allah mempersatukan hati kalian lalu menjadikan kalian karena nikmat orang-orang yang bersaudara.”(Ali Imran:103).

“Dialah yang memperkuat kalian dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang Mukmin.Dan yang mempersatukan hati mereka(orang-orang yang beriman); walaupun kalian membelanjakan semua yang ada, dibumi,niscaya kalian tidak dapat mempersatukan hati mereka,tapi Allah mempersatukan hati mereka,”(Al-Anfal:62-63).

Karena sebab inilah,usaha mengadu domba diharamkan karena menyebabkan permusuhan dan kebencian.Di sisi lain,berbohong untuk mendamaikan manusia diperbolehkan dan Allah menganjurkan mendamaikan mereka,

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh memberi sedekah,atau berbuat ma’ruf,atau mengadakan perdamaian di antara manusia;dan barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah,maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”(An-Nisa’:114).

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang Mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya.”(Al-Hujurat:9).

“Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesama kalian.”(Al-Anfal:1).

Imam Ahmad,Abu Daud,dan At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Maukah kalian aku jelaskan sesuatu yang lebih baik daripada derajat shalat,puasa,dan sedekah?”Para sahabat berkata,”Mau,wahai Rasulullah“.Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Mendamaikan hubungan,karena kerusakan hubungan adalah pemotong(agama).”

Imam Ahmad dan yang lainnya meriwayatkan hadits dari Asma’ binti Yazid Radhiyallahu Anha dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Maukah kalian aku jelaskan siapa yang terjelek diantara kalian?”Para sahabat berkata,”Mau,wahai Rasulullah.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Orang-orang yang berusaha mengadu domba,orang-orang yang memisahkan orang-orang yang mencintai,dan orang-orang dzalim sembari memecah belah manusia dan menimbulkan kesusahan.”

Adapun benci karena Allah Ta’ala,maka termasuk tali iman yang paling kuat dan tidak termasuk benci yang dilarang.Jika seseorang melihat keburukan pada salah seorang saudaranya kemudian ia membenci saudaranya karena keburukan tersebut dan pada saat yang sama alasannya diterima,ia diberi pahala,kendati saudaranya mengajukan alasan,seperti dikatakan Umar bin Khaththab,

”Dulu kami mengenali kalian karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada ditengah-tengah kita,wahyu turun,dan Allah menjelaskan kepada kita tentang perihal kalian.Ketahuilah,sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah wafat dan wahyu terputus . Ketahuilah,kita mengenali kalian sesuai dengan pengetahuan kita tentang kalian.Ketahuilah,barangsiapa di antara kalian memperlihatkan kebaikan kepada kita,maka kita menduganya baik dan mencintainya karenanya.Dan barangsiapa di antara kalian memperlihatkan keburukan, kami menduganya buruk dengannya,membencinya karenanya,dan rahasia kalian ada di antara kalian sendiri dan Tuhan kalian Azza wa Jalla.

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Jangan saling membelakangi” Abu Ubaid berkata,”Tadabur(saling membelakangi) ialah saling memutuskan dan saling mendiamkan.”Tadabur(saling membelakangi) diambil dari kata orang menampakkan duburnya kepada orang lain dan berpaling darinya dengan wajah.Inilah ‘taqathu’(saling memutus hubungan).

Di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Abu Ayyub Al-Anshari Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang  bersabda,

“Orang Muslim tidak halal mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari; keduanya bertemu,namun orang ini berpaling dari satunya dan orang satunya juga berpaling darinya.Orang yang paling baik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam.”

Abu Daud meriwayatkan hadits dari Abu Khirasy Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa mendiamkan saudaranya selama setahun,ia seperti  menumpahkan darahnya(membunuhnya).”

Itu semua taqathu’(saling memutuskan hubungan) dalam urusan dunia.  Sedang taqathu’ dalam urusan agama maka boleh lebih dari tiga hari.

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Sebagian dari kalian jangan menjual barang dagangan sebagian yang lain.”Di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi waSallam,

“Seseorang tidak boleh menjual dagangan saudaranya dan tidak boleh melamar lamaran saudaranya.”Diriwayat Muslim,”Orang Muslim tidak boleh menawar tawaran saudaranya dan tidak boleh melamar lamaran saudaranya.”

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara.”Itu disebutkan Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam sebagai argumentasi terhadap yang beliau sabdakan sebelumnya dan di dalamnya terdapat isyarat bahwa jika kaum Muslimin meninggalkan sikap sikap saling dengki,saling najasy,saling benci,saling membelakangi dan sebagian dari mereka menjual barang dagangan sebagian lainnya,maka mereka menjadi bersaudara.

Di sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut juga terdapat perintah untuk mencari formula apa saja yang menyebabkan kaum Muslimin menjadi bersaudara secara mutlak,misalnya menunaikan hak-hak Muslim atas Muslim lainnya,seperti menjawab ucapan salam,mendoakan orang yang bersin, mengunjungi orang sakit,mengantarkan jenazah,memenuhi undangan, memulai ucapan salam ketika bertemu dan menasehati.

Di At-Tirmidzi disebutkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah,karena hadiah menghilangkan kedengkian dada.”

Hadits tersebut juga diriwayatkan selain At-Tirmidzi dengan teks,

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah,niscaya kalian saling mencintai.”

Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz yang berkata-ia mengatakan bahwa hadits berikut dari Nabi Shallallahu Alaihi wa sallam-,”Hendaknya kalian saling berjabat tangan,karena jabat tangan menhilangkan permusuhan dan hendaklah kalian saling memberi hadiah.”

Al-Hasan berkata,”Jabat tangan itu menambah rasa cinta.”

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Orang Muslim adalah saudara orang Muslim;ia tidak mendzaliminya,tidak menelantarkannya,tidak mendustakannya,dan tidak menghinanya.”Sabda Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam tersebut dipetik dari fiman Allah Ta’ala,

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara,karena itu damaikan antara kedua saudara kalian.”(Al-Hujurat:10).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tolonglah saudaramu yang dzalim atau didzalimi”Ditanyakan,”Wahai Rasulullah,aku menolongnya jika ia dizalimi.Bagaimana aku menolongnya,jika ia mndzalimi?”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,Engkau cegah dia dari berbuat dzalim.Itulah pertolonganmu ternadapnya.”

Abu Daud meriwayatkan hadits dari Abu Thalhah Al-Anshar dan Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Tidaklah orang Muslim menelantarkan orang Muslim lainnya di tempat yang kehormatannya dilanggar dan harga dirinya dikurangi,melainkan Allah menelantarkannya di tempat ia suka ditolong di dalamnya.Tidaklah orang Muslim menolong orang Muslim lainnya ditempat harga dirinya dikurangi dan kehormatannya dilanggar,melainkan Allah menolongnya ditempat di mana ia suka ditolong di dalamnya.”

Al Bazzar meriwayatkan  hadits dari Imran bin Hushain Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa menolong saudaranya tanpa sepengetahuannya dan ia mampu menolongnya,maka Allah menolongnya di dunia dan akhirat.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Kesombongan ialah menolak kebenaran dan menghina manusia” (Diriwayatkan Muslim dari Ibnu Mas’ud).

Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena)boleh jadi mereka(yang diolok-olok) lebih baik dari mereka(yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lainnya (karena) boleh jadi wanita-wanita(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita(yang mengolok-olok),”(Al-Hujurat:11)

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Takwa itu di sini-beliau sambil memberi isyarat ke dada beliau hingga tiga kali-“.Di sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut terdapat sinyal bahwa kemuliaan manusia di sisi Allah itu dengan takwa.Bisa jadi orang dihina manusia karena kelemahan dan kemiskinannya,namun ia lebih bernilai di sisi Allah daripada orang yang mempunyai kehormatan di dunia,karena manusia berbeda karena ketakwaannya,seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Sesun gguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian,”(Al-Hujurat:13).

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang muslim,”maksudnya cukuplah sebagai keburukan jika orang Muslim menghina saudaranya yang Muslim, sebab ia menghina saudaranya yang Muslim karena kesombongannya dan sombong termasuk keburukan yang paling besar.Disebutkan di Shahih Muslim hadits dari Nabi Shallallhu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Tidak masuk surga orang yang dihatinya terdapat kesombongan,kendati cuma sebesar biji sawi.”

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Setiap orang Muslim atas orang Muslim lainnya haram darah,harta,dan kehormatannya.”Sabda ini termasuk yang sering disebutkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam di khutbah-khutbahnya.Buktinya,Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyampaikannya di haji Wada’,hari Qurban,hari Arafah dan hari kedua dari hari-hari Tasyriq.Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya darah,harta dan kehormatan kalian haram atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini di bulan kalian ini di negeri kalian ini.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dari Ibnu Abbas).

Imam Ahmad,Abu Daud dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari As-Saib bin Yazid Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Salah seorang dari kalian jangan mengambil tongkat saudaranya karena bermain-main dan serius.Barangsiapa mengambil tongkat saudaranya, hendaklah ia mengembalikan tongkat tersebut kepada saudaranya.”

Ath-Thabrani meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas Radhjyallahu Anhuma dari Nabi Shallallhu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Dua orang jangan saling berbisik tanpa orang ketiga,karena hal itu menyakiti orang Mukmin dan Allah membenci sikap menyakiti orang Mukmin.”

Imam Ahmad meriwayatkan hadits Tsauban Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Kalian jangan mengganggu hamba-hamba Allah,jangan mencela mereka, dan jangan mencari cari aurat mereka,karena barangsiapa mencari aurat saudaranya yang muslim,maka Allah mencari auratnya kemudian menjelek-jelekkannya dirumahnya sendiri.”

Allah Ta’ala menjadikan kaum Mukminin bersaudara agar mereka saling menyayangi dan mengasihi.Di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Aqlaihi wa Sallam yang bersabda,

“Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta,kasih sayang dan simpati  mereka seperti satu jasad.Jika salah satu organ darinya sakit,maka seluruh organ tubuh mengeluh sakit panas dan tidak bisa tidur.”

Di Shahih Al-Bukhari dan shahih Muslim juga disebutkan hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Orang Mukmin terhadap orang Mukmin lainnya seperti satu bangunan, yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya.”

Abu Daud meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari N abi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Orang Mukmin adalah cermin orang Mukmin lainnya dan orang Mukmin adalah saudara orang Mukmin lainnya;ia mengumpulkan assetnya(sawah ladang) dan melindungi dari belakangnya.”

Seseorang berkata kepada Umar bin Abdul Aziz,”Jadikan orang tua dari kaum Muslimin sebagai ayahmu,anak kecil mereka sebagai anakmu,dan orang pertengahan mereka sebagai saudaramu;siapakah di antara mereka yang engkau ingin berbuat jahat kepadanya?

Di antara perkataan Yahya bin Muadz Ar-Razi,”Hendaklah orang Mukmin mempunyai tiga hal padamu;Jika engkau tidak bisa memberi manfaat kepadanya maka engkau jangan menimbulkan madzarat kepadanya,jika engkau tidak dapat menyenangkannya maka engkau jangan menyedihkannya, jika engkau tidak sanggup memujinya maka engkau jangan mencelanya.

Di Shahih Muslim disebutkan Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang menggunjing kemudian beliau bersabda,

“Menggunjing ialah engkau menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.”Abu Hurairah berkata,”Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan memang ada padanya?”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda,”Jika apa yang engkau katakan ada padanya,engkau telah menggunjingnya.Jika apa yang engkau katakan tidak ada padanya,engkau telah mengatakan sesuatu yang tidak ada padanya.”

HADITS KETIGA PULUH ENAM

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barangsiapa meringankan orang Mukmin dari salah satu kesempitan  dunia maka Allah meringankannya dari salah satu kesempitan Hari Kiamat,barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allah memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat,dan barangsiapa menutupi orang Muslim maka Allah menutupnya di dunia dan akhirat.Allah menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu di dalamnya maka Allah memudahkannya di jalan ke surga.Tidaklah satu kaum duduk di salah satu rumah Allah;mereka membaca Kitabullah dan mengkajinya sesama mereka,melainkan ketenangan turun pada mereka, rahmat meliputi m3ereka,para malaikat mengelilingi mereka,dan Allah imgat mereka pada makhluk yang ada di samping-Nya.Barangsiapa amalnya lamban,maka ia tidak bisa dipercepat oleh nasabnya.”  (Diriwayatkan Muslim).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Barangsiapa meringankan orang Mukmin dari salah satu kesempitan dunia maka Allah meringankannya dari salah satu kesempitan Hari Kiamat,”karena balasan itu sesuai dengan jenis perbuatan.Hadits –hadits tentang makna ini banyak sekali,misalnya sabda Nabi Shallallahu Allaihi wa Sallam,

“Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hambanya yang penyayang.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dari Usamah bin Zaid).

“Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di dunia.”(Diriwayatkan Muslim dari Hisyam bin Hakim bin Hizam).

 

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allah memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat.”Ini menunjukkan bahwa kesulitan bisa terjadi di akhirat,karena Allah menjelaskan bahwa Hari Kiamat adalah hari yang sulit dan tidak mudah bagi orang yang kafir.Ini menunjukkan bahwa Hari Kiamat itu mudah bagi selain mereka.Allah Ta’ala berfirman,

“Dan adalah (hari itu) satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.”(Al-Furqan:26).

Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Qatadah Radhiyallhu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Siapa yang ingin diselamatkan Allah dari salah satu kesempitan Hari Kiamat,hendaklah ia meringankan orang yang berada dalam kondisi kesulitan atau hapuslah hutang darinya.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Dan barangsiapa menutupi(aib) orang Muslim maka Allah menutupnya di dunia dan akhirat.”Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Barang siapa menutupi aurat saudaranya yang Muslim maka Allah menutup auratnya pada Hari Kiamat dan barangsiapa membuka aurat saudaranya yang Muslim maka Allah membuka auratnya hingga Dia menjelek-jelekkannya dengan auratnya tersebut di rumahnya.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.”Ath-Thabrani meriwayatkan hadits dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Perbuatan terbaik ialah memasukkan kebahagian kepada orang Mukmin;engkau menutup auratnya,atau mengenyangkan kelaparannya,,atau memenuhi kebutuhannya.”

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu,maka Allah memudahkannya jalan ke surga.”Termasuk menempuh jalan untuk mencari ilmu ialah menempuh jalan hakiki,yaitu berjalan kaki ke majlis-majlis ulama dan menempuh jalan-jalan abstrak yang menyebabkan seseorang mendapatkan ilmu seperti menghapalnya, “Maka mempelajarinya,mendiskusikannya,menulisnya,memahaminya,dan jalan-jalan abstrak lainnya yang menyebabkan seseorang mendapatkan ilmu.

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,”Maka Allah memudahkannya jalan ke surga.”Bisa jadi maksudnya bahwa Allah memudahkannya kepada ilmu yang ia cari,menempuh jalannya,dan memberi kemudahan kepadanya,karena ilmu adalah jalan ke surga.Ini seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Dan sungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”(Al-Qamar:17).

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk”(Maryam:76).

Al-Hasan berkata,”Ilmi ada dua;Pertama ilmu di lidah.Itulah hujjah Allah pada manusia.Kedua,ilmu di hati.Itulah ilmu yang bermanfaat.”

  1. Ilmu yang buahnya ada di hati manusia.Ilmu tersebut adalah ilmu tentang Allah Ta’ala,Nama-nama-Nya,Sifat-sifat-Nya,dan Perbuatan-perbuatan-Nya yang membuat orang takut kepada Allah,segan kepada-Nya,mengagungkan-Nya,tunduk kepada-Nya,mencintai-Nya,berharap kepada-Nya,berdoa kepada-Nya,bertawakkal kepada-Nya,dan lain sebagai-Nya.Itulah ilmu yang bermanfaat seperti dikatakan Ibnu Masud, “Banyak orang membaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an tidak melewati tulang selangka mereka.Tapi jika Al-Qur’an mengenai hati kemudian bersemayam di dalamnya,itulah yang bermanfaat.
  2. Ilmu di lidah.Itulah hujjah Allah seperti dikatakan di hadits,”Al-Qur’an adalah hujjah bagimu atau atasmu.”Jadi ilmu yang pertama kali dicabut. Ialah ilmu yang bermanfaat,yaitu ilmu batin yang menyatu dengan hati dan memperbaikinya.Sedang yang tersisa ialah ilmu di lidah manusia; para pengembannya atau selain mereka,menyia-nyiakannya dan tidak mengamalkannya.Kemudian ilmu hilang dengan kematian para pengembannya,akibatnya,Al-Qur’an hanya ada di mushaf tanpa ada orang yang mengerti makna-maknanya,batasan-batasannya,dan hukum-hukumnya.Hal tersebut berkembang terus hingga akhir zaman kemudian tidak ada yang tersisa di mushaf dan hati.Setelah itu,Kiamat terjadi, seperti disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Hari Kiamat tidak terjadi kecuali pada manusia yang jahat.”  (Diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)

“Kiamat tidak terjadi pada saat di bumi ada orang yang berkata, ’Allah,Allah’.(Diriwayatkan Muslim dari Anas bin Malik).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Tidaklah satu kaum duduk di salah satu rumah Allah;mereka membaca Kitabullah dan mengkajinya sesama mereka,melainkan ketenangan turun pada mereka,rahmat meliputi mereka, para malaikat mengelilingi mereka,dan Allah menyebut mereka di makhluk yang ada disamping-Nya.”Sabda tersebut menjadi dalil tentang disunnahkannya duduk di masjid-masjid untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an.

 

HADITS KETIGA PULUH TUJUH

 

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Tuhan beliau Tabaraka. wa Ta’ala,Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya.Barangsiapa menginginkan kebaikan namun tidak mengerjakannya,Allah menulisnya sebagai kebaikan yang sepurna di sisi-Nya.Jika ia menginginkan kebaikan kemudian mengerjakannya,Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga banyak sekali kelipatan.Barangsiapa menginginkan kesalahan namun tidak mengerjakannya,Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai kebaikan yang sempurna.Dan barangsiapa menginginkan kesalahan kemudian mengerjakannya,Allah menulisnya sebagai satu kesalahan.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

  1. Jika keinginan untuk mengerjakan kemaksiatan hanya merupakan lintasan yang muncul tanpa digubris pelakunya dan ia tidak memasukkannya ke dalam hatinya,namun membencinya dan lari daipadanya ,maka keinginan tersebut dimaafkan dan keinginan tersebut seperti was-was jelek yang pernah ditanyakan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,kemudian beliau besabda,”Itulah hakikat iman.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah).
  2. Tekad kuat yang terjadi di jiwa,terus berlangsung,dan disenangi pelakunya.Ini juga terbagi ke dalam dua bagian;

Pertama,sesuatu yang secara independent merupakan perbuatan-perbuatan hati,misalnya ragu-ragu tentang keesaan Allah,atau kenabian,atau Hari Kebangkitan,kekafiran,kemunafikan,atau meyakini ketidakbenaran keesaan Allah,dan lain sebagainya.Seorang hamba disiksa pada ini semua,ia menjadi kafir dan munafik karenanya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menafsirkan firman Allah Ta’ala berikut seperti itu,

“Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya,niscaya Allah membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan kalian itu maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya.”(Al-Baqarah:284).

Termasuk dalamcakupan point ini adalah seluruh kemaksiatan yang biasanya dikerjakan hati,misalnya mencintai apa-apa yang dibenci Allah, membenci apa saja yang dicintai Allah,sombong,ujub,dengki,dan buruk sangka kepada orang muslim tanpa alasan yang benar.

Kedua,hal-hal yang bukan termasuk perbuatan hati,namun merupakan perbuatan-perbuatan organ tubuh,misalnya zina,mencuri,minum minuman keras,membunuh,menuduh orang baik-baik melakukan zina,dan lain sebagainya jika seseorang terus-menerus menginginkan perbuatan-perbuatan tersebut,bertekad mengerjakannya,dan pengaruhnya tidak terlihat di permukaan.Tentang disiksanya hal ini ada dua pendapat di kalangan ulama;

1)Orang disiksa karenanya.Mereka berhujjah dengan firman Allah Ta’ala,

“Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati kalian,maka takutlah kepada-Nya.”(Al-Baqarah:235).

2)Orang tersebut tidak disiksa hanya karena niatnya secara mutlak.Pendapat ini dialamatkan kepada pendapat Imam Syafi’i.

3)Orang tersebut tidak disiksa karena keinginannya kepada maksiat,kecuali jika ia ingin mengerjakannya di tanah haram(Makkah).

Imam Ahmad,Abu Daud,An-Nasai,dan At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhuma yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Allaihi wa Sallam bersabda,

“Dua sifat di mana orang Muslim tidak bersifat dengan keduanya,  melainkan ia masuk surga.Kedua sifat tersebut mudah dan orang yang mengerjakan keduanya sedikit.Engkau bertasbih kepada Allah sepuluh kali usai setiap shalat,memuji-Nya sepuluh kali,dan bertakbir kepada-Nya sepuluh kali.Itu seratus lima puluh dengan lisan dan seribu lima  ratus di timbangan.Jika engkau berada di ranjangmu (hendak tidur) engkau bertasbih kepada Allah,bertakbir kepada-Nya dan memuji-Nya seratus kali.Itu seratus dengan lisan dan seribu di timbangan.Siapa di antara kalian yang mengerjakannya di siang hari dan malam sebanyak dua ribu lima ratus kesalahan”

 

HADITS KETIGA PULUH DELAPAN

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman,’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya.Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya.Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.Jika aku telah mencintainya,Aku menjadi telinganya yang ia gunakan untuk mendengar,menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat,menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat,dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.Jika ia meminta kepada-Ku,Aku pasti memberinya.Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku,Aku pasti melindunginya’.”(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Firman Allah Azza wa Jalla,”Barangsiapa memusuhi wali-Ku,sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya,”maksudnya ,sungguh Aku mengumumkan kepadanya bahwa Aku memeranginya,karena ia memerangi-Ku dengan memusuhi wali-wali-Ku.Jadi,wali-wali Allah wajib ditemani dan haram dimusuhi,sebagimana musuh-musuh Allah wajib dimusuhi dan haram ditemani.Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengambil musuh-Ku. dan musuh-musuh kalian menjadi teman-teman setia.”(Al-Mumtahanah:1)

“Sesungguhnya wali kalian hanyalah Allah,Rasul-Nya,dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,seraya mereka tunduk(kepada Allah).Dan barangsiapa mengambil Allah,Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi walinya,maka ssungguhnya pengikut Allah itulah yang pasti menang.”(Al-Maidah:55-56).

Firman Allah Ta’ala,”Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku. dengan Ibadah–ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.”Allah membagi wali-wali-Nya yang dekat ke dalam dua kelompok;

  1. Hamba yang mendekat kepada-Nya dengan menunaikan ibadah-ibadah wajib,termasuk di dalamnya pengamalan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan,karena itu semua termasuk amalan-amalan yang diwajibkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
  2. Hamba yang mendekatkan diri kepada Allah setelah ibadah-ibadah wajib dengan menunaikan ibadah-ibadah sunnah.Jadi,barangsiapa mengaku mendapatkan kewalian Allah,dekat dengan-Nya,dan cinta kepada-Nya, namun tidak dengan jalan tersebut,jelaslah bahwa ia bohong dalam pengakuannya,seperti yang terjadi pada orang-orang musyrikin yang mendekatkan kepada Allah dengan cara menyembah tuhan-tuhan selain Allahyang mereka sembah,seperti dikisahkan Allah tentang mereka bahwa mereka berkata,

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”(Az-Zumar:3).

Atau seperti yang dikisahkan Allah tentang orang-orang Yahudi dan Kristen bahwa mereka berkata,

“Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.”(Al-Maidah:18).

Padahal mereka terus-menerus mendustakan Rasul-rasul-Nya,mengerjakan larangan-larangan-Nya,dan meninggalkan kewajiban-kewajiban-Nya.

Ibadah wajib oleh badan untuk mendekatkan seorang hamba kepada Allah yang paling baik ialah shalat,seperti difirmankan Allah,

“Dan sujudlah dan dekatkanlah(dirimu kepada Tuhan).”(Al-Alaq:19)

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Saat hamba terdekat dengan Allah ialah ketika ia sujud.”(Diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah).

“Sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya untuk wajah hamba-Nya di shalatnya selagi ia tidak menoleh.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi).

“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian ditanya tentang  kepemimpinannya.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dari ibnu Umar).

“Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat duduknya dengan-Nya ialah pemimpin yang adil.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu).

Jadi barangsiapa dicintai Allah,maka Allah menganugerahkan cintaNya,taat kepada-Nya,sibuk berdzikir kepada-Nya,dan melayani-Nya.Itu semua menyebabkannya dekat dengan Allah dan terhormat di sisi-Nya.

Ibadah-ibadah sunnah yang paling mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala ialah banyak membaca al-Qur’an,mendengarnya dengan merenungkan, dan berusaha memahaminya.Khabbab bin Al-Arat berkata kepada seseorang ,”Mendekatlah kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu.Ketahuilah bahwa engkau tidak dapat mendekat kepada-Nya dengan sesuatu yang lebih Dia cintai daripada firman-Nya.”(Diriwayatkan Al-Hakim).

 

HADITS KETIGA PULUH SEMBILAN

 

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya untukku Allah memaafkan umatku dari keliru,lupa dan  apa saja yang dipaksakan kepada mereka.”(Hadits hasan diriwayatkan Ibnu Majah,A-Baihaqi,dan lain-lain).

Ad-Daruquthni meriwayatkan hadits dari riwayat Ibnu Juraij dari Atha’ dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku dari apa saja yang dibicarakan (diinginkan)jiwanya dan apa yang dipaksakan kepada mereka,kecuali jika mereka mengatakannya atau mengerjakannya.”

Pasal Pertama :Hukum Keliru dan Lupa

Keliru ialah seseorang bermaksud mengerjakan sesuatu kemudian pengerjaan sesuatu tersebut tidak sesuai dengan yang ia maksudkan.

Lupa ialah seseorang ingat sesuatu kemudian lupa kepadanya pada saat mengerjakannya.Keliru dan lupa dimaafkan dari orang tersebut,dalam arti ia tidak berdosa karena keduanya,namun penghapusan dosa tidak berarti tidak ada implikasi hukum karena ia lupa,misalnya seseorang lupa berwudhu’ kemudian shalat karena menduga dirinya sudah dalam keadaan bersuci.Ia tidak berdosa karenanya.Kemudian jika terbukti ia shalat dalam keadaan tidak bersuci(hadats),ia wajib mengulang shalatnya.

Yang paling benar,wallahu a’lam bahwa orang lupa dan keliru itu dimaafkan dalam arti dosa diangkat darinya karena keduanya,karena dosa terjadi sebab adanya maksud dan niat,sedang orang keliru dan lupa tidak mempunyai maksud,jadi keduanya tidak berdosa.Sedang penghapusan hukum dari orang yang keliru dan lupa,tidak dimaksudkan dalam nash-nash tadi,namun ada tidaknya hukum bagi keduanya itu membutuhkan dalil lain.

Pasal Kedua:Hukum Pemaksaan

Pertama,orang tidak memiliki pilihan atas pemaksaan tersebut secara total dan tidak kuasa menolaknya.Dalam kasus tersebut,pelaku tidak berdosa

Kedua,orang yangdipaksa memukul orang lain dan lain sebagainya hingga ia mengerjakannya.Pengerjaan pemaksaan tersebut sangat terkait dengan taklif.Jika ia sanggup tidak mengerjakan yang dipaksakan kepadanya,ia bebas mengerjakannya,namun tujuannya bukan pengerjaan perbuatan yang dipaksakan tersebut,namun menghilangkan madzarat darinya.Jadi,ia bebas dari satu sisi dan tidak bebas dari sisi yang lain.Oleh karena itu,para ulama berbeda pendapat;apakah ia mukallaf atau tida

 

HADITS KEEMPAT PULUH

 

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma yang berkata,

“RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam memegang bahuku kemudian  bersabda,’Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pelintas jalan.’ Ibnu Umar berkata,’Jika engkau berada di sore hari,engkau jangan menunggu pagi hari.Jika engkau berada di pagi hari,engkau jangan menunggu sore hari.Gunakan kesehatanmu untuk sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu’.”(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Hadits bab ini merupakan landasan tentang pendeknya angan-angan di dunia dan orang Mukmin tidak pantas menjadikan dunia sebagai tempat domisili yang ia tentram di dalamnya,namun seyogyanya ia menganggap hidup di dunia ini seperti orang yang sedang bersiap-siap untuk bepergian.Ya,ia menyiapkan perbekalannya untuk bepergian.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Apa urusanku dengan dunia?Sesungguhnya perumpamaanku dngan dunia ialah seperti pengembara  yang tidur siang di naungan pohon;ia istirahat kemudian meninggalkannya.”(Diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Masud).

HADITS KEEMPAT PULUH SATU

 

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhuma yang berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Salah seorang dari kalian tidak beriman hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”(Diriwayatkan di buku Al-Hujjah).

Allah Ta’ala berfirman,

“Maka demi Tuhanmu,mereka(pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(An-Nisa’:65).

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu ,karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”(Shaad:26).

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”(An-Nazi’at:40-41)

 

HADITS KEEMPAT PULUH DUA

 

Dari Anas bin MalikRadhiyallahu Anhu yang berkata,aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Allah Ta’ala berfirman,’Hai anak keturunan Adam,sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku,Aku mengampunimu atas apa saja(dosa) darimu dan Aku tidak perduli.Hai anak keturunan Adam,jika dosa-dosamu mencapai awan langit kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku,niscaya Aku mengampunimu.Hai anak keturunan Adam,jika engkau datang kepada-Ku dengan kesalahan-kesalahan seberat bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun,Aku datang kepadamu dengan ampunan seberat bumi.”(Diriwayatkan At-Tirmidzi).

Hadits Anas bin Malik di bab di atas menyebutkan tiga hal untuk mendapatkan ampunan;

1.Berdoa disertai harapan,karena doa diperintahkan dan dijanjikan untuk dikabulkan,seperti difirmankan Allah Ta’ala,

“Dan Tuhan kalian berfirman,’Berdoalah kepada-Ku,niscaya Aku kabulkan(doa)kalian’,”(Ghafir:60).

Di antara syarat terkabulnya doa ialah kehadiran hati dan mengharap pengabulannya kepada Allah Ta’ala,seperti disebutkan di hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan yakin dengan pengabulannya,karena Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai dan lupa.”

Di Al-Musnad dan Shahih Al-Hakim disebutkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,
“Tidaklah seorang Muslim berdoa dengan doa yang di dalamnya tidak terdapat dosa atau memutus kekerabatan,melainkan dengannya Allah memberi salah satu dari tiga hal;Allah menyegerakan pengabulan doanya baginya,menyimpan doa tesebut baginya di akhirat,dan menghilangkan keburukan seperti doa tersebut darinya.”Para sahabat berkata,”Kalau begitu,kita memperbanyak (doa)?”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Allah lebih banyak lagi.”

 

 

HADITS KEEMPAT PULUH TIGA

 

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata,Rasulullah Alaihi wa Sallam bersabda,

“Berikan bagian-bagian (warisan) kepada para pemiliknya.Jika bagian-bagian(warisan) tersisa,maka untuk orang laki-laki yang paling dekat.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

HADITS KEEMPAT PULUH EMPAT

 

Dari Aisyah Radhiyallahu Anha dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Susuan mengharamkan apa yang diharamkan kelahiran.” (Diriwayatkan.Al-Bukhari dan Muslim).

Kelahiran dan nasab terkadang mempengaruhi pengharaman nikah dan hal ini.terbagi ke dalam dua bentuk;

Pertama:Pengharaman nikah untuk selama-lamanya kendati orang-orang-orang yang haram dinikahi tidak disatukan dengan pihak lainnya di satu pernikahan.Bagian ini terbagi ke dalam dua bagian;

  1. Orang-orang yang haram dinikahi hanya karena nasab.Jadi,orang-orang berikut diharamkan kepada seseorang;

1.Akar-akar keturunannya ke atas.

2.Cabang-cabang keturunannya kebawah.

3.Cabang-cabang keturunannya yang paling dekat ke bawah.

4.Cabang-cabang keturunannya yang paling jauh tanpa mencakup cabang-cabang dari cabang-cabang keturunan yang paling jauh tersebut.

Termasuk dalam cakupan akar-akar keturunan seseorang ialah ibu-ibunya ke atas dari jalur ayah-ibunya.Termasuk dalam cakupan cabang –cabangan keturunan seseorang ialah anak-anak perempuannya dan anak-anak perempuan dari anak-anaknya(cucu-cucu perempuan)ke bawah.Yang termasuk dalam cakupan cabang-cabang keturunan seseorang yang paling dekat adalah ialah saudara-saudara perempuannya sekandung,atau saudara saudara perempuannya seayah,atau saudara-saudara perempuannya seibu,atau anak-anak perempuan dari saudara-saudara perempuan,atau anak-anak perempuan dari saudara-saudara laki-laki,atau anak-anak perempuan dari anak-anak saudara laki-laki ke bawah.Yang termasuk dalam cakupan cababg-cabang keturunan seseorang yang paling jauh ialah bibi-bibi dari jalur ayah,bibi-bibi dari jalur ibu,bibi-bibi ayah-ibu dari jalur ayah,bibi-bibi ayah-ibu dari jakur ibu ke atas.Jadi,dari sanak kerabat yang halal bagi seseorang hanyalah cabang-cabang keturunannya yang paling jauh,yaitu anak-anak perempuan dari paman dari jalur ayah,anak-anak perempuan dari bibi-bibi dari jalur ayah,anak-anak perempuan pamandari jalur ibu,dan anak-anak perempuan dari bibi-bibi dari jalur ibu.

b.Orang orang yang haram dinikahi karena nasab dan sebab lain,yaitu mushaharah(kekeluargaan melalui pernikahan).Jadi,seseorang haram menikahi istri ayahnya(ibu tiri),istri anaknya(menantu),ibu istrinya(ibu mertua),dan anak perempuan istrinya yang telah digaulinya(anak perempuan tiri).Seseorang juga haram menikahi ibu istrinya(ibu mertua) dan ibu dari ibu istrinya(nenek istri) dari jalur ibu dan ayah keatas.Seseorang juga haram menikahi anak perempuan istrinya yang tidak lain adalah anak perempuan tirinya dan anak perempuan dari anak perempuan istrinya ke bawah.Seseorang juga haram menikahi anak perempuan dari anak laki-laki istrinya yang tidak lain adalah anak perempuan dari anak perempuan tirinya.Ini dikatakan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad tanpa ada perbedaan pendapat di dalamnya.

Jadi jika orang-orang saja yang haram dinikahi karena alasan nasab telah diketahui,maka orang-orang dinikahi juga haram dinikahi karena alasan susuan.Karena itu,seorang laki-laki haram menikah dengan ibu susuannya beserta jalurnya ke atas,anak perempuannyadari susuan beserta jalurnya ke bawah saudara perempuannya dari susuan,anak perempuannya saudara perempuan susuan,bibi susuan dari jalur ayah,bibi susuan dari jalur ibu beserta jalurnya ke atas,kecuali anak-anak perempuan bibi susuan dari jalur ayah dan bibi susuan dari jalur ibu maka diperbolehka.

 

HADITS KEEMPAT PULUH LIMA

 

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma yang mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda di Penaklukkan Makkah.Ketika di Makkah beliau berrsabda.

“Sesungguhnya Allah mengharamkan penjualan minuman keras(khamr), bangkai,babi,dan patung.”Ditanyakan,”Wahai Rasulullah,tahukah engkau lemak bangkai,karena lemak bangkai tersebut digunakan untuk mengecat perahu,meminyaki kulit,dan digunakan manusia untuk menyalakan lampu?”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Tidak tahu,namun itu haram.”Ketika itulah,Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,”Semoga Allah membunuh orang-orang Yahudi,sesungguhnya Allah mengharamkan lemak pada mereka,namun mereka mencairkannya kemudian menjualnya dan memakan hasil penjualannya.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda,

“Dan sesungguhnya jika Allah mengharamkan memakan sesuatu,Dia mengharamkan hasil penjualannya atas mereka.”(Diriwayatkan Abu Daud dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma).

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ini kalimat global dan komprehensif yang berlaku semua jenis barang yang tujuan penggunaannya adalah haram.Barang-barang tersebut terbagi ke dalam dua bagian;

Pertama: Barang-barang yang tetap bisa digunakan tanpa menghilangkan eksistensinya,misalnya patung.Tujuan penggunaan patung adalah syirik kepada Allah yang merupakan kemaksiatan terbesar secara mutlak.Termasuk dalam cakupan point ini adalah barang-barang yang pemanfaatannya diharamkan,misalnya buku-buku tentang syirik, sihir ,bid’ah, dan kesesatan.Begitu juga gambar-gambar haram,alat-alat hiburan yang haram seperti gitar,dan membeli budak wanita untuk disuruh menyanyi.

Di Al-Musnad disebutkan hadits dari Abu Umamah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai rahmat dan petunjuk bagi seluruh alam semesta.Allah menyuruhku melenyapkan serulung-seruling,,rebana-rebana,mi’zaf(jenis alat musik yang bersenar banyak), dan patung-patung yang disembah pada masa jahiliyah.Tuhanku Azza wa.Jalla bersumpah bahwa tidaklah salah satu dari hamba-Ku minum seteguk minuman keras(khamr) melainkan sebagai gantinya Aku(Allah) memberinya air minum dari air panas Jahannam;;ia disiksa atau diampuni.Dan tidaklah ia memberi minum anak kecil dengannya melainkan sebagai gantinya Aku(Allah) memberinya air minum dari air panas Jahannam;ia disiksa atau diampuni.Tidaklah salah seorang hamba-Ku meninggalkan minuman keras(khamr) karena takut kepada-Ku melainkan Aku(Allah) mmberinya minuman di surga.(Alat-alat musik tersebut) tidak halal diperjual-belikan,diajarkan,dibisniskan,dan hasil penjualannya adalah haram “

Kedua: Barang-barang yang bisa digunakan namun substansinya mengalami kerusakan.Jika tujuan terbesar penggunaan barang-barang tersebut diharamkan,barang-barang tersebut haram dijualbelikan, misalnya keharaman penjualan babi,minuman keras(khmar),dan bangkai,padahal di sebagian barang-barang tersebut terdapat manfaat yang tidak diharamkan,misalnya makan bangkai bagi orang yang dalam keadaan darurat,atau mendorong sumbatan di kerongkongan dengan minuman keras(khmar),atau melubangi sesuatu dengan bulu babi menurut salah satu kaum.

 

 

 

 

HADITS KEEMPAT PULUH ENAM

 

Dari Abu Burdah dari ayahnya,Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam mengirimnya ke Yaman kemudian ia bertanya kepada beliau tentang minuman yang dibuat di sana.Nabi Shallallau Alaihi wa Sallam bersabda,’Minuman apa itu?’Abu Musa Al-Asy’ari berkata,’Al-Bit’u dan Al-Mizru’Dikatakan kepada Abu Musa Al-Asy’ari,’Apa Al-bit’u itu?’Abu Musa Al-Asy’ari menjawab,Al-Bit’u ialah minuman keras dari madu dan Al-Mizru ialah minumn keras dari sya’ir(sejenis gandum).’Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Semua yang memabukkan itu haram’.”(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Apa saja yang menghalangi manusia dari mengetahui Allah,dzikir kepada-Nya,dan bermunajat kepada-Nya adalah haram dan memabukkan.Ini berbeda dengan tidur,karena Allah Ta’ala menciptakan manusia dengan watak tidur,membuat merka membutuhkannya,dan badan mereka tidak sehat tanpa dengannya,karena tidur adalah istirahat dari kerja dan kelelahan.Tidur juga termasuk salah satu nikmat Allah terbesar kepada hmba-hamba-Nya.Jadi,jika orang Mukmin tidur sesuai dengan kebutuhan kemudian bangun untuk dzikir kepada Allah,bermunajat,dan berdoa kepada-Nya,maka tidurnya membantunya untuk shalat dan dzikir.Oleh karena itulah,salah seorang sahabat berkata,”Aku mengharapkan pahala dari tidurku sebagaimana aku mengharapkan pahala dari tidak tidurku.”

Ketahuilah bahwa sesuatu yang memabukkan dan menghilangkan akal itu ada dua jenis

1 Sesuatu yang di dalamnya terdapat kelezatan dan kegembiraan.Itulah khmar(minuman keras) yang haram diminum.

2.Sesuatu yang menghilangkan akal dan memabukkan tanpa ada kelezatan dan kegembiraan di dalamnya,seperti tanaman banju(sejenis ganja) dan lain sebagainya.Sahabat-sahabat kami berkata,”Jika sesuatu pada point ini diminum untk kepentingan pengobatan dan kemungkinan besar mendatangkan ksembuhan ,maka diperbolehkan.”(Diriwayatkan Imam Ahmad

HADITS KEEMPAT PULUH TUJUH

 

Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarb yang berkata bahwa aku mendengar  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Manusia tidak mengisi sesuatu yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah seseorang dengan beberapa makan yang menegakkan tulang punggungnya.Jika tidak mungkin ,maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya,dan sepertiga untuk nafasnya.(Diriwayatkan Imam Ahmad,At-Tirmidzi,An-Nasai,dan Ibnu Majah.).

Hadits bab ini adalah landasan integral tentang seluruh prinsip kedokteran.Al-Harits bin Kaladah,salah seorang dokter Arab,berkata,”Diet adalah pangkal obat dan kegemukan adalah pangkal penyakit.”Al-Harits bin Kaladah juga berkata,”Yang mematikan manusia dan membinasakan binatang buas di daratan ialah memasukkan makanan di atas makanan yang belum dicerna.”

Imam Syafi’i berkata,”Aku tidak kenyang sejak enam belas tahun kecuali sekali kenyang yang kemudian aku buang,karena kenyang memberatkan badan menghilangkan kecerdasan,membawa tidur,dan melemahkan pelakunya dari ibadah.”(dIriwayatkan Al-Baihaqi di Adaabusy-Syafi’i hal.106).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Orang Mukmin makan di satu usus sedang orang kafir makan di tujuh usus.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

“Makan satu orang cukup untuk dua orang.Makanan dua orang cukup untuk tiga orang.Dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dari Abu Hurirah).

Di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata,”Keluarga Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sejak beliau tiba di Madinah tidak pernah kenyang dari roti gandum selama tiga malam berturut-turut hingga beliau wafat.”

 

HADITS KEEMPAT PULUH DELAPAN

 

Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Empat hal barangsiapa keempatnya ada padanya,ia menjadi orang  munafik dan jika salah satu sifat daripadanya ada padanya maka salah satu sifat kemunafikan ada pada dirinya hingga ia meninggalkannya; barangsiapa jika bicara,ia dusta.Jika ia berjanji,ia mengingkari.Jika ia bersengketa,ia melewati batas.Dan jika ia membuat perjanjian,ia berkhianat.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)

Menurut syar’i,nifak(kemunafikan) terbagi ke dalam dua bagian;

1.Nifak (kemunafikan) besar,yaitu seseorang memperlihatkan diri beriman kepada Allah,para malaikat-Nya,Kitab-kitab-Nya,para-Rasul-Nya,dan Hari Akhir,namun menyembunyikan sesuatu yang membatalkan itu semua atau sebagiannya.Inilah nifak(Kemunafikan) yang terjadi pada masa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Al-Qur’an mengecam para pelakunya,mengkafirkan mereka,dan menjelaskan  bahwa mereka berada di lapisan terbawah neraka.

2 Nifak(kemunafikan) kecil,yaitu nifak(kemunafikan) dalam amal, maksudnya seseorang memperlihatkan amal salih secara terang-terangan dan menyembunyikan amal kebalikannya.

Di Musnad Al-Bazzar disebutkan hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Para sahabat berkata,’Wahai Rasulullah,kami disampingmu berada dalam satu kondisi.Tapi,jika kami berpisah sdenganmu,kami berada dalam kondisi yang lain?’Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Bagaimana kalian dan Tuhan kalian?’Para sahabat berkata, ’Allah Tuhan kami di saat sendirian dan saat ramai.’Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Itu bukan kemunfikan’.”

Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Ibnu Mas’ud dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

‘Barangsiapa menipu kami,ia bukan termasuk golongan kami.Makar dan penipuan itu di neraka.”

 

HADITS KEEMPAT PULUH SEMBILAN

 

Dari Umar bin Khaththab  Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda,

“Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang hakiki,Dia pasti memberi rezki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezki kepada burung-burung;burung-burung tersebut keluar pagi hari dalam keadaan lapar,kemudian pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (Diriwayatkan Imam Ahmad,At-Tirmidzi,An-Nasai,Ibnu Majah,Ibnu Hibban di Shahih-nya,dan Al-Hakim).

Hadits bab ini adalah landasan tawakkal dan tawakkal merupakan sebab terbesar yang mendatangkan rezki.Allah Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar.Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah mencukupkan (keperluan)nya.”(Ath-Thalaq:2-3).

Hakikat tawakkal ialah ketergantungan hati dengan jujur kepada Allah Azza wa Jalla dalam mendatangkan kemaslahatan dan menolak madzarat dari seluruh urusan dunia dan akhirat.Tawakkal juga berarti menyerahkan seluruh persoalan kepada Allah.Tawakkal juga berarti realisasi iman bahwa tidak ada yang bisa memberi,menahan pemberian,membuat madzarat,dan mendatangkan kemaslahatan kecuali Allah.

Disebutkan di hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu  Alaihi wa Sallamyang bersabda,

“Barangsiapa ingin menjadi manusia yang kuat,hendaklah ia bertawakkal kepada Allah.”

 

HADITS KELIMA PULUH

 

Dari Abdullah bin Busr Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian berkata,”Wahai Rasulullah,sesungguhnya syariat-syariat Islam banyak pada kami.Pintu apakah yang lengkap di mana kami bisa berpegang teguh kepadanya? Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’ ‘Hendaklah lidahmu selalu basah oleh dzikir kepada Allah Azza wa Jalla.”(Diriwayatkan Imam Ahmad).

Allah Ta’ala memerintahkan kaum Mukminin berdzikir kepada-Nya dengan dzikir yang banyak dan memuji orang-orang yang berdzikir seperti itu.Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman,berzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”(Al-Ahzab:41-42).

“Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung.”(Al-Jumuah:10).

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)Allah,Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”(Al-Ahzab:35-36).

Dzikir di Siang dan Malam

Allah Azza wa Jalla mewajibkan kaum Muslimin berdzikir kepada-Nya setiap siang dan malam sebanyak lima kali dengan cara mendirikan shalat lima waktu pada waktu-waktunya yang telah ditentukan.Selain kelima shalat tersebut, Allah mensyariatkan mereka dzikir kepada-Nya dengan dzikir yang merupakan sunnah bagi mereka.Sunnah maksudnya tambahan.

Dzikir paling baik yang dikerjakan di kedua waktu tersebut ialah usai shalat Shubuh dan usai shalat Ashar yang merupakan shalat yang utama.Barangsiapa menjaga kedua shalat tersebut,ia masuk surga.Waktu lainnya setelah kedua waktu tersebut ialah malam hari.

PENYUCIAN JIWA

PENYUCIAN JIWA

METODE TABI’IN

(Karya : ABDUL HAMID Al-BILALI)

MUKADIMAH

Jiwa manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala dengan dibekali kekuatan dan kemampuan untuk mengerjakan kebaikan atau keburukan,bahkan ia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan manhaj hidupnya sendiri,sebagaimana firman-Nya

“Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya),maka Allah  mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.”(Asy-Syams: 7-8).

Namun perlu di ingat dibalik kebebasan itu akan ada balasan (pahala dan siksa) di hari pembalasan.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”(Asy-Syams:9-10).

“Adapun orang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya.nerakalah tempat tinggalnya.”(An-Nazi’at:37-39).

Khalid bin Ma’dan sorang tabi’in yang agung pernah berkata,

“Setiap hamba itu dikaruniai empat mata,yaitu dua mata kepalanya yang digunakan untuk melihat perkara dunia dan dua mata hati untuk melihat perkara akhirat.Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada sorang hamba, Dia akan membuka dua mata hatinya sehingga si hamba senantiasa melihat perkara akhirat.Namun jika Allah tidak menghendaki hal itu(kebaikan),Dia akan membiarkannya (tidak membuka kedua mata hatinya).”Kemudian tabi’in Khalid bin Ma’dan membaca ayat,

“ Apakah pada hati mereka ada penutupnya?”

Sejenak kita perhatikan apa yang diriwayatkan oleh Rahman bin Hatim Ar-Razi ketika dia mengadakan perjalanan ke Damaskus tentang apa yang dia saksikan di sebagian madrasah para tabi’in,dia berkata,”Ketika saya memasuki kota Damaskus saya menjumpai sekelompok orang yang sedang mengadakan halaqah ilmu yang dipimpin oleh Qasim Al-Ju’i.Disitu saya mendengar Qasim Al-Ju’i sedang menasehati orang yang berkumpul mengelilinginya,seraya berkata,

‘Amalkanlah lima perkara pada masa kalian ini

1.Jika kalian hadir di tengah kerumunan manusia,mereka tidak mengenalmu.

2.Jika kalian absen,mereka tidak merasa kehilangan dirimu.

3.Jika kalian bergabung dengan kelompoknya,mereka tidak menganggap keberadaanmu

4.Jika kalian mengatakan sesuatu mereka tidak mengindahkan perkataanmu.

5.Dan jika kalian mengerjakan sesuatu,mereka akanmeremehkanpekerjaanmu.

Dan aku wasiatkan kepada kalian lima perkara:”Jika kalian di zhalimi janganlah membalasnya,jika kalian dipuji janganlah merasa bangga,jika kalian dicela janganlah bersedih hati,serta jika kalian didustakan janganlah marah”

Keberhasilan generasi awal dalam mentarbiyah jiwanya ke arah jalan Ilahi itu,karena didorong oleh besarnya takut mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Takut kepada muraqabatullah yang tidak akan pernah lepas darinya meskipun hanya sesaat.Takut kepada hari terlepasnya ruh dengan raga,apakah berakhir dengan husnul khatimah atau su’ul katimah?Takut tidak diterimanya amal di sisi Allah.Takut kepada tidak bersihnya hati dari sifat riya’dan ujub ketika beramal.Dan takut kepada apa yang bakal terjadi di alam barzakh,serta takut kepada hari perhitungan(hisab) kelak di hari kiamat,

‘Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,surgalah tempat tinggalnya.”(AnNaziat: 40-41).

SIFAT-SIFAT JIWA

An-Nafs(jiwa yang dimiliki manusia mempunyai beberapa sifat dan kecendrungan yang senantiasa berubah sesuai dengan usaha sang empunya jiwa dalam mendidik dan mengendalikannya).Oleh karena itu wajib atas Sseorang muslim agar senantiasa mendidik,mentarbiyah dan mengendalikan jiwanya kepada sifat-sifat mulia.Hal ini dikarenakan dalam satu jiwa ada beberapa sifat dan kecendrungan yang berbeda-beda(baik dan buruk)

Pertama,Al-Amru bis-Su’(menyuruh kepada kejahatan).

Berkenaan dengan sifat jiwa yang satu ini,Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mensinyalir perkataan perempuan Al-Aziz yang berbunyi,

“Dan aku tidak membebaskan diriku(dari kesalahan), karena sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada kejahatan kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Rabb-ku.Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf:53)

Kedua,Al-Laum(menyesali diri sendiri).

Allah berfirman,

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”(Al-Qiyamah:2).

Seorang mukmin adalah orang yang selalu mensucikan jiwanya dari noda perbuatan dan ucapan yang memperlambat,bahkan menghambat jalan ke surga.Jiwa seorang mukmin ialah jiwa yang selalu menyesali dan mencela dirinya sendiri atas sesuatu yang telah lewat darinya.Apabila berbuat kebaikan,ia menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak,apabila kalau ia berbuat kejahatan ia lebih menyesali dirinya sendiri kenapa ia lakukan hal itu.

Demikianlah,apabila jiwa seorang mukmin selalu dihiasi dengan sifat yang kedua ini yaitu A-Lawwamah(selalu menyesali dirinya sendiri),maka lambat laun jiwa itu akan menjadi jiwa yang tenang,An-Nafs Al-Muthma’innah.

Ketiga,Al-Muthma’innah(jiwa yang tenang).

Allah Subhanahu wa Ta’la berfirman,

‘Hai jiwa yang tenang,kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya,maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”(Al-Fajr:27-30)

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya memberikan definisi tentang An-Nafs Al-Muthma’innah,ia berkata,”Yang dimaksud dengan yang tenang adalah jiwa yang merasa tentram dengan keyakinan bahwa Allah adalah Rabb-nya,dan karena keyakinan itu ia senantiasa meluluhlantakkan dirinya dengan ketundukkan kepada Allah.Itulah seorang mukmin yang benar,yang apabila Allah mengambil ruhnya(meninggal) jiwanya merasa tenang dan tentram  menghadap Allah,demikian pula sebaliknya Allah merasa senang ketika berjumpa dengannya.”

Jiwa manusia tidak akan bisa memiliki sifat ketenangan seperti itu,kecuali dengan muhasabah(mengintrospeksi diri) dengan berkesinambungan,karena sesungguhnya introspeksi diri dan rasa penyesalan terhadap apa yang dilakukannya menjadikan jiwa manusia akan tetap berada pada jalan yang lurus.Besarnya gelombang fitnah dunia dan godaan syetan akan mudah dihempaskan dengan keimanannya kepada Allah.Betapa pun besarnya derita dan cobaan yang dialaminya tidak akan mampu melemahkan dan mempengaruhi ketenangannya,karena ia yakin bahwa semua itu berjalan atas kehendak dan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.Ia akan tetap merasa tenang meskipun manusia disekitarnya diliputi oleh kekhawatiran;ia akan tetap meniti jalan yang lurus,meskipun manusia disekitarnya tenggelam dalam lubang kemaksiatan;selamanya ia akan tetap teguh dan kokoh dengan kebenaran yang diyakininya,laksana sebuah gunung yang tidak bisa digoyahkan oleh apapun.

Keempat,Al-Izhiwajiyah(dua kecendrungan)

Sifat dua kecenderungan yang dimiliki oleh jiwa manusia menjadikannya mampu dan berpeluang untuk berbuat baik atau buruk sesuai dengan kadar kemujahadahannya manusia itu sendiri dalam membina dan mengendalikan jiwanya.Apabila jiwa tersebut cenderung kepada kebaikan berarti ia telah melakukan tazkiyah(mmbersihkan jiwa),tetapi sebaliknya jika jiwa tersebut justru cenderung kepada keburukan,berarti ia telah melakukan tadsiyah(menodai diri sendiri),karena ia tidak memilih kebenaran,padahal ia mampu,maka apabila keburukan dan bencana menimpa dirinya,itu karena hasil usahanya sendiri.Firman Allah Ta’ala,

“Dan apa saja yang menimpamu,maka dari kesalahan dirimu sendiri.”(An-Nisa’:79).

“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya(ciptaannya),maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan.Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya.Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.”(Asy-Syams:7-10).

Kelima,Al-Qudrah(mampu menanggung beban)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga membekali jiwa tersebut dengan satu kekuatan untuk mengerjakan kebaikan yang telah dibebankan kepadanya,agar manusia mampu dan tenang dalam mengerjakan kebaikan tersebut.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Allah tidak mmbebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya(kesanggupannya).”(AL-Baqarah:286).

Keenam Ath-Thatwi’(menganggap enteng setiap perkara).

Di antara sifat jelek jiwa manusia adalah menganggap enteng suatu perkara.Ia selalu mendorong manusia untuk berbuat kejahatan dan menutup mata hatinya sehingga ia menganggap bahwa perbuatan jahat adalah perkara yang mudah,tidak berakibat fatal bagi diri dan kehidupan seseorang.Dan karena terjebak dalam perangkap sifat seperti inilah yang membuat Qabil merasa tenang ketika hendak mmbunuh saudaranya sendiri.Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Maka nafsu(jiwa) Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya,sebab itu dibunuhnyalah,maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.”(Al-Maidah:30).

Ketujuh,Was-was

Was-was adalah bisikan yang sangat tersembunyi yang tidak bisa didengar oleh orang lain.Bisikan ini termasuk salah satu dari sifat-sifat jiwa manusia,dikarenakan ia selalu membisiki manusia dengan keinginan berbuat baik atau buruk.

 

Kedelapan, At-Taswil(menggoda).

Apabila ada seseorang,yang selalu berbuat kesalahan dan keburukan berarti dia telah terperangkap oleh bujukan dan rayuan jiwanya.Sebab jiwa manusia itu selalu membujuk pemiliknya untuk berbuat kesalahan dan keburukan.Ia membungkus perbuatan jahat itu dengan kain pembungkus yang indah.Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mensinyalir perkataan Ya’kub Alaihis Salam,

“Ya’kub berkata,’Sebenarnya dirimu sendirilah(jiwamu) yang memandang baik perbuatan yang buruk itu,maka hanya kesabaranlah jalan yang terbaik.”(Yusuf:18).

AKIBAT MENGABAIKAN TARBIYAH AN-NAFS

Apabila seseorang tidak memperhatikan tentang pendidikan jiwanya bahkan membiarkannya berkelana bersama sifat-sifat yang buruk,maka akan berakibat fatal,jauh dari ketenangan dan keselamatan yang sangat diharapkannya.

1.Al-Khaibah(kerugian).

Sebagaimana yang telah diberitakan oleh Allah dengan firmannya,

“Sesungguhnya merugilah orang yang mengotori(mengabaikan) jiwanya.”(Asy­yams:10).

Indikasi kerugian di dunia diderita oleh orang-orang yang mengabaikan tentang pendidikan jiwanya adalah sebagai berikut:

a.Dia merasa lemah disebabkan oleh lemahnya iradah.Orang seperti ini tidak mampu lagi mengendalikan iradah-nya,karena sudah bertekuk lutut di bawah kesombongan nafsunya yang selalu menyuruh kepada.kejahatan(ammaratun bis-su’).

b.Dia senantiasa diliputi dengan keraguan;setiap kali dia akan berbuat kebaikan,hawa nafsunya akan mendorong dan melemparkannya kepada perbuatan jahat.

c.Dia merasa hina karena telah menjadi hamba bagi jiwanya yang menyuruh kepada kejahatan.Selamanya ia akan selalu mematuhi seluruh perintah tuannya yaitu syahwat dan hawa nafsunya,meskipun manusia di sekitarnya mentertawakannya dan mereka kehilangan kehormatannya karena perbuatannya.

d.Menjadi seorang pengecut.Maka jadilah ia seorang hamba yang sama sekali tidak mau mengerjakan ssetiap perkara yang dianggap menyusahkan nafsunya,padahal perkara itu menjanjikan keselamatan dan ketenangan hidupnya.

e.Hilangnya rasa malu,dikarenakan dia selalu menuruti hawa nafsunya dan tenggelam dalam kubangan syahwat dan amal-amal yang diharamkan oleh syariat.

f.Kelak di hari pembalasan dia akan mengelak dari pertanggungjawaban atas amal yang dikerjakan karena ingin membela diri.Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

“Ingatlah suatu hari ketika tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan(balasan) apa yang telah dikerjakannya,sedang mereka tidak dianiaya(dirugikan).”(An-Nahl:111).

2.Tuntutan jiwa dan hisabnya.

Disamping akan menemui kerugian yang besar,orang-orang yang mengabaikan pendidikan jiwanya,kelak di hari kiamat ia akan dituntut dan dihisab oleh jiwanya sendiri.Dengan demikian,kelak di hari kiamat orang tersebut akan mengalami dua siksaan:

Pertama,siksa penyesalan dan kerugian yang besar setelah dibacakan catatan amalnya,yang mana amalnya akan menghantarkan ke neraka yang telah menunggu

Kedua,Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kesempatan pada jiwa untuk memberikan kesaksian atas pengabaian dan kelalaiannya dalam mentarbiyah jiwanya,dimana kesaksian jiwa tersebut akan menambah kepedihan dan penyesalan serta kerugiannya.Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala dalam kitab-Nya,

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya sebagaimana tetapnya kalung pada lehernya.Dan Kami keluarkan baginya pada hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.’Bacalah kitabmu,cukuplah jiwsamu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.”(Al-Isra’:13-14).

SYARAT-SYARAT TARBIYAH

Agar tarbiyah jiwa ini bisa membuahkan hasil yaitu menjadikan jiwa sebagai nafsu al-muthma’innah(jiwa yang tenang).Hendaklah diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

1.Waspada akan bahaya nafsu

Sesungguhnya nafsu(jiwa) manusia selalu menyuruh kepada keburukan dan melanggar syariat yang akan mendatangkan kemarahan Allah kecuali jiwa yang telah dirahmati Rabb-nya.Oleh karena itu sebagai syarat pertama bagi keberhasilan tarbiyah nafs adalah hendaknya seseorang itu waspada akan bahaya yang ditimbulkan oleh nafsunya.Dia harus menjaganya,tidak boleh lengah sedikit pun

2.Mengembalikan fungsi akal

Yang membedakan bani Adam dengan makhluk Allah lainnya adalah karunia akal yang telah diberikan Allah kepadanya.Dengan akal tersebut manusia dapat membedakan antara yang bermanfaat bagi dirinya dengan yang membahayakannya.Jika seseorang sudah tidak bisa membedakan antara keduanya berarti fungsi akalnya telah menguap dari dirinya.Dan sebagai akibatnya dia akan menjadi santapan makhluk-makhluk Allah yang selalu berbuat jahat.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata,”Kalau akalmu sudah terbebas dari belenggu hawa nafsumu,maka akan muncul daulah dalam dirimu.”

3.Memfilter hati.

Peran hati bagi kelurusan kehendak jiwa seseorang sangat dominan,sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi ,wa Sallam

“Apabila segumpal darah itu bagus(lurus),maka luruslah seluruh jasad seseorang,tapi apabila segumpal darah itu rusak,maka rusaklah seluruh jasad.Ingatlah bahwa segumpal darah yang dimaksud itu adalah hati.”(Riwayat Muslim).

Dengan demikian jelaslah bahwa bersihnya hati merupakan asas keberhasilan seseorang dalam mentarbiyah jiwanya.

4.Filterisasi yang sempurna

Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,

“Seandainya rongga hati seseorang dipenuhi dengan nanah yang menjijikkan,itu lebih baik daripada dipenuhi dengan syair(nyanyian).”(Riwayat Bukhari dalam kitab Adab,10/453).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengomentari hadits ini dengan berkata,”Apabila syair,kesyubhatan,angan-angan kosong,perkiraan-perkiraan semu,ilmu yang tidak bermanfaat,senda-gurau,cerita-cerita fiksi yang jauh dari kenyataan dan kebenaran dan lainnya sudah memenuhi seluruh ruangan hati seorang hamba,maka tiada tempat lagi di dalamnya untuk ayat-ayat Al-Qur’an dan ilmu yang bermanfaat jika datang kepadanya kendatipun ia menjamin keselamatannya,dan sudah pasti hati tersebut akan menolak mentah-mentah ayat-ayat dan ilmu tersebut.Kemudian ayat-ayat tersebut hanya sekedar lewat tak satu pun yang singgah di hatinya kemudian beralih ke hati orang lain.Seperti itulah hati yang telah dipenuhi dengan kemaksiatan,maka tak satu pun ruangan kosong untuk menampung peringatan dan nasihat yang baik.Nasihat dan peringatan yang datang kepadanya hanya sekedar mampir,tak satu pun yang singgah di dalamnya”(Al-Fawa’id,hal.44).

Oleh sebab itu hendaklah seseorang itu senantiasa membersihkan hatinya dari noda-noda penyimpangan terhadap aturan syariat agar usahanya dalam mentarbiyah jiwanya membuahkan hasil.

Dari sini perlu diketahui bahwa usaha filterisasi hati adalah amal yang berat,membutuhkan waktu yang panjang sepanjang umur manusia.Karena pada dasarnya filterisasi hati adalah mujahadah dan tazkiyatun nafs itu sendiri yang jika diusahakan dengan maksimal akan membuahkan keselamatan dan keberuntungan.

 

5.Istiqamah dan teguh pendirian.

Usaha filterisasi hati hendaklah dilakukan dengan terus-menerus dan berkesinambungan;jangan dihentikan sebelum hati benar-benar bersih dari syubhat dan syahwat

Sesungguhnya Allah sangat mencintai dan memuji orang-orang yang selalu istiqamah di jalan-Nya,

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,’Tuhan kami adalah Allah’,kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,maka malaikat akan turun kepada mereka(dengan mengatakan),’Janganlah kamu merasa takut dan merasa sedih,dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah djanjikan Allah kepadamu.”(Fushshilat:30).

Di samping itu pula Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh nabi-Nya agar senantiasa istiqamah dan teguh pendirian supaya usaha filterisasi hatinya dapat membuahkan hasil,sebagaimana dalam firman-Nya,

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Hud:112.

6.Mengingat Mati

Mengingat masa berakhirnya kehidupan di dunia adalah salah satu kunci keberhasilan tarbiyah-nufus apalagi ingat akan su’ul khatimah(akhir kehidupan yangjelek).Dengan mengingat kematian yang selalu menunggu manusia,menjadikan seseorang lebih menyiapkan diri untuk sebuah perjalanan panjang tiada henti.

METODE TARBIYAH

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

  • “Ketahuilah,sesungguhnya di dalam tubuh(badan) itu ada segumpal daging,apabila segumpal daging itu sehat,maka sehatlah.seluruh badan,tetapi apabila ia sakit,maka sakitlah seluruh badan;ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.”(Riwayat Bukhari).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan,”Hati itu bisa menjadi sakit sebagaimana badan dan obat penyakit hati adalah taubat.Hati akan bisa kotor sebagaimana kotornya cermin dan bahan pembersihnya adalah dzikir kepada Allah.Hati akan.bisa telanjang sebagaimana telanjangnya badan dan pakaian perhiasannya adalah takwa.Hati juga akan merasakan lapar dan haus sebagaimana yang dirasakan badan dan bahan makanannya serta minumannya.adalah ma’rifatullah,mahabatullah,tawakkal,dan berbakti kepada Allah.”(Al-Fawa’id,129).

Tapi perlu di ingat bahwa hanya di atas kemujahadanlah semua bentuk tarbiyah dibangun dan akan membuahkan hasil yang diharapkan,Allah Ta’ala berfirman,

“Dan orang-orang yang berjihad(bersungguh-sungguh) untuk mencari keridhaan Kami,benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”(Al-Ankabut:69).

Metode Tabi’in Dalam Mentarbiyah Dirinya;

1.Mengekang jiwa dan menanamkan rasa takut kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”(An-Nazi’at:40-41).

Di bawah payung perasaan takut kepada Allah inilah yang disertai dengan mengharap pada ampunan dan rahmat-Nya,para tabi’in dan para pengikutnya mentarbiyah jiwanya,yaitu dengan mempelajari dan mendalami ilmu tentang akhirat,adanya alam kubur dan siksanya,ilmu tentang surga dan neraka hingga adab dan tata cara masuk rumah,semuanya mereka pelajari dengan terperinci dalam rangka menanamkan rasa takut kepada Allah ke dalam jiwa.

 

2.Menanamkan Sifat Sabar

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan sore hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (Al-Kahfi:28).

Ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah kepada Nabi-Nya agar selalu bersabar dan tidak menuruti bisikan atau kehendak jiwa yang timbul karena dorongan hawa nafsu.Sebab kalau semua bisikan jiwa itu senantiasa dituruti,maka ia akan terlena dan bebas mengelana bersama sifat jeleknya yaitu selalu menyuruh kepada perbuatan buruk.

Sedangkan mengekang jiwa dan menanamkan kesabaran di dalamnya adalah metode tarbiyah-nafs-yng paling sukses dan cepat membuahkan hasil,kerena mengekang jiwa dari keinginan selalu menuruti kehendak hawa nafsu dan menyia-nyiakan waktu adalah obat yang paling manjur untuk mengikat kesehatannya,selanjutnya ia akan mudah di bina untuk mencapai derajat jiwa al-lawwamah(menyesali diri sendiri) bahkan pada derajat jiwa yang tenang  (muthma’innah).

3.Mukabadatun Nafs(Melatih jiwa menahan derita).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,

“Surga itu ditutupi(diselimuti) dengan sesuatu yang menyakitkan(menyusahkan) dan neraka itu diselimuti dengan dengan sesuatu yang menyenangkan.”(Riwayat Bukhari).

Maka kita harus selalu memaksa jiwa agar senantiasa mau meniti jalan kebaikan dan mau mengenyahkan noda-noda kejelekan mekipun umur kita habis karenanya.Karena hanya jalan itulah yang selalu ditempuh oleh pedahulu kita yang shalih dalam mentarbiyah jiwanya.

4.Membuang Sifat Kikir.

(Dalam jiwa manusia itu ada sifat jelek yang selalu merintangi usaha pentazkiyaannya(pembersihannya) yaitu sifat kikir,sebagaimana yang telah difirmankan Allah,

“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran jiwanya(dirinya) mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(Al-Hasyr:9).

Kikir adalah sifat jiwa yang paling menonjol,ia selalu menghalangi sang empunya jiwa dari hal-hal yang mendekatkan hamba kepada Allah dan menghantarkan kepada surga-Nya,sebaliknya ia akan merasa senang kalau sang empunya jiwa(seseorang) itu selalu menuruti kemauannya dalam melakukan hal-hal yang menjauhkan dari Allah dan mendekatkan kepada neraka-Nya.

Jika sifat kikir tersebut telah sirna dari jiwa seseorang,maka orang tersebut telah terpelihara jiwanya,dengan begitu ia akan dengan mudah memb ina dan mentarbiyah jiwanya swesuai dengan garis-garis tarbiyah yang telah dicontohkan oleh dua generasi pertama sahabat Rasulullah dan tabi’in.

5.Memupuk Jiwa dengan Tawakal kepada Allah.

Seseorang meskipun telah berhasil menghapus kekikiran jiwanya,tetap saja dia tidak mampu mentarbiyah jiwanya kalau dia tidak memiliki tawakal kepada Allah yaitu menyerahkan segala urusannya kepada Allah Azza wa Jalla.

Hatim Al-Asham membangun tawakalnya kepada Allah di atas empat perkara(sifat):

Pertama,karena aku tahu bahwa rezkiku tidak mungkin akan dimakan oleh selainku,maka dari itu jiwaku selalu tentram.

Kedua,karena aku tahu pekerjaanku(kewajibanku) tidak mungkin akan dikerjakan oleh orang lain,oleh karena itu aku selalu sibuk mengerjakannya sendiri.

Ketiga,karena aku tahu bahwa kematian akan datang kepadaku dengan tiba-tiba(tanpa sepengetahuanku),oleh karena itu aku selalu bersiap dirinya menjemputnya.

Keempat, karena aku tahu bhawa aku tidak mungkin lepas dari penglihatan di mana saja aku berada,sebab itu aku selalu merasa malu kepada-Nya.

6.Muhasabah(Introspeksi diri).

Kandungan tawakal kepada Allah seperti di atas akan mampu dimaknai dan ditanamkan dalam jiwa seseorang kalau ia mau introspeksi diri dalam setiap detik kehidupannya dan gerak jiwanya.Selalu mengoreksi diri dan tidak ingin menyimpang dari jalan yang lurus serta menjadikan jiwa tersebut selalu berada dalam kendali tarbiyah.

Begitulah metode muhasabah yang dengannya amal kebaikan akan terus terlaksana dan tetap berkesinambungan.Dengannya pula jiwa akan terjaga dari tindak penyimpangan dan pembelotan dari jalan yang lurus.

7.Memperbanyak Taqarrub kepada Allah.

Barangsiapa yang mampu agar dirinya tidak selalu berada dalam kerugian maka berlomba-lombalah dalam meningkatkan kebaikan.Dan memang seperti itulah mereka selalu meningkatkan amal kebaikan;meningkat dalam hal membaca Al-Qur’an,dalam shalat sunnah,dalam bersedekah,dalam beramar ma’ruf dan nahi mungkar serta lainnya dari bentuk amal kebajikan dan setiap sesuatu yang akan mendekatkan diri seorang hamba kepada Rabb-nya serta mendekatkan seseorang kepada surga dan menjauhkan dari neraka.

8.Melatih Jiwa dengan Tadabur.

Ghaflah(lalai) adalah penghalang pertama yang menghalangi seseorang dari mengingat tujuan penciptaannya.Ia juga yang melalaikan manusia dari keberadaan musuhnya yang selalu menunggu kesempatan untuk merintangi setiap mukmin yang mau meniti jalan kebenaran.

Dan perlu diketahui.bahwa kunci pembuka seseorang untuk ingat kepada Allah dan ingat tujuan penciptaannya serta keberadaan musuh yang selalu menhalanginya adalah pada mentadaburi ayat-ayat Allah yang diturunkan guna membersihkan jiwa manusia.

Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur’an adalah narasumber utama dan pertama bagi materi tarbiyatun nufus(tazkiyatun nufus);maka sejauh mana seseorang mentadaburi ayat-ayatnya maka sejauh itu pula ia telah melakukan tazkiyatun nufus.Dan hanya dengan mentadaburi ayat-ayat Al-Qur’an inilah generasi tabi’in mentarbiyah jiwanya.

9.Menjaga Anggota Badan.

Para ulama salaf mendefinisikan.kata iman sebagai membenarkan(meyakini dengan hati,mengucapkan dengan lisan dan mengejawantahkan dengan rukun-rukun {anggota badan}).

Dan keimanan seseorang tidak akan sempurna kalau ia tidak diejawantahkan dalam kehidupan,dan tidak ada sesuatu yang berperan utama dalam pengejawantahan iman kecuali anggota badan terutama anggota yang berada di daerah kepala seperti telinga,mata dan lisan.Dan sehatnya hati tergantung pada sehatnya anggota badan tersebut yaitu ketika ia dijaga dan dirawat.Dan sakitnya hati tergantung pada sakitnya anggota tersebut,yaitu jika ia disia siakan tanpa penjagaan sama sekali.

10.Menghubungkan Dunia dengan Akhirat.

Satu hal yang mewujudkan kesuksesan generasi tabi’in dalam tarbiyah nufus adalah karena mereka selalu menghubungkan sesuatu yang mereka alami di alam mayapada dengan keadaan di akhirat.

Apabila mereka melihat kegelapan mereka langsung ingat kegelapan di alam kubur dan kegelapan pada saat menyeberangi ash-shirat(jembatan menuju keselamatan).Apabila mereka terpesona dengan kecantikan wanita,mereka langsung membandingkan dengan kecantikan para bidadari surga yang dijanjikan Allah akan diberikan kepada mereka,sehingga dengan begitu laqngsung pudarlah rasa keterpesonaan mereka terhadap kecantikan para wanita tersebut.Apabila mereka menyaksilkan keindahan panorama alam,hamparan sawah dan ladang yang menghijau dengan diselingi gemercik air yang telah diciptakan Allah di alam mayapada,mereka langsung ingat tentang keindahan surga dan apa yang ada di dalamnya yang terdiri dari pepohonan,sungai-sungai yang mengalirkan air yang jernih dan kicau burung-burung yang beterbangan,dengan begitu menjadi kecillah pemandangan dunia di depan mata mereka.Apabila mereka mencium wewangian minyak di dunia mereka langsung teringat bahwa tanah surga terbuat dari minyak kesturi dan debunya dari kapur barus yang wangi sedang kerikilnya dari mutiara yang berkemilauan.Begitulah,sekali-kali mereka tidak melihat sesuatu di dunia kecuali dihubungkan dengan apa yang ada di akhirat.

11.Merajuk Jiwa.

Ketahuilah bahwa jiwa manusia itu selalu mengalami pasang dan surut laksana air di lautan,terkadang dengan mudah dan senang hati ia mau diajak untuk mengerjakan amal-amal yang berhubungan dengan negeri akhirat,seperti membaca Al-Qur’an,shalat malam,berdzikir,menelaah ilmu atau menulis,ziarah dan silaturahmi serta bentuk-bentuk amal kebaikan yang lain.Tetapi terkadang pula ia mengalami kefuturan(surut) dan stagnasi,enggan bahkan susah untuk diajak berbuat kebaikan kendatipun sangat mudah untuk dikerjakan.

Maka jihad yang benar dalam hal mengontrol jiwa,adalah seperti orang yang  sakit dalam mengurus penyakitnya,yang mana dia harus merajuk jiwa tersebut agar tahan menelan pil pahit yang dibencinya demi kesembuhannya dan kesehatan jiwanya(badannya).

12.Menyulam Benang Persaudaraan

Mempererat tali persaudaraan antarsaudara adalah metode tarbiyah-nufus dalam dalam lembaga pendidikan generasi tabi’in dan generasi sesudahnya.Mereka ciptakan metode tersebut karena berdasarkan firman Allah dan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam.Seperti firman-Nya,

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.”(Al-Kahfi:28).

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman(Anshar) sebelum kedatangan mereka(Muhajirin),mereka mencintai orang-orang yang hijrah kepada mereka.”(Al-Hasyr:9).

Dan sabda Rasulullah,

“Kalian tidak akan masuk surga,sehingga kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai;maukah kalian aku tunjukkan pada sesuatu yang jika kalian kerjakan,maka kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.”(Diriwayatkan Muslim).

13.Berdo’a.

Berdo’a kepada Allah adalah salah satu cara untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat kotor yang akan menodainya.Bahkan Rasulullah menganggapnya sebagai bentuk peribadatan,sebagaimana dalam sabdanya,”Berdo’a itu adalah ibadah.”(Diriwayatkan Ahmad).

Do’a adalah ibarat alat pengisi yang selalu mengisi hati dengan kekuatan dan sifat kelembutan,ia termasuk bagian dari dzikir. Dengan do’a manusia merasa bahwa dirinya lemah tidak mampu menghadapi musuh-musuhnya yang selalu menghadangnya terutama musuh yang mendekam dalam dirinya yaitu nafsu yang selalu  menyuruhnya berbuat kemaksiatan.

Karena do’a adalah kunci pembuka segala kebaikan dan kunci pembuka taufiq Allah,maka generasi tabi’in menjadikannya sebagai asas(dasar) pengobat jiwa dan pembersihnya.Di samping mereka(para tabi’in) ini selalu berdo’a kepada Allah mereka juga berusaha dengan harapan yang penuh agar do’a tersebut dikabulkan oleh-Nya.Oleh karena itu mereka sangat memperhatikan dan mencari sebab-sebab dikabulkannya sebuah do’a.

Adapun sebab-sebab dikabulkannya sebuah do’a di antaranya adalah sebagai berikut:penempatan waktu yang sesuai seperti setelah shalat fardhu,di waktu shalat tahajud,antara dua khutbah di hari Jum’at dan lainnya,dan do’a tersebut harus didahului dengan pujian kepada Allah,juga hendaknya tidak berdo’a untuk memutuskan hubungan kekerabatan dan yang lebih utama harus dengan memperhatikan adab-adabnya.Namun yang menjadi pertanyaan adalah;mengapa do’a mereka (generasi tabi’in) selalu mendapat respon/dikabulkan oleh Allah sementara do’a kita kadang menemui kesulitan untuk sampai kepada Allah?Adakah rahasianya dibalik semua itu yang hanya diketahui oleh mereka saja?

Rahasia penyebab dikabulkannya sebuah do’a adalah ada pada hasyyah(rasa takut kepada Allah);maka barangsiapa yang takut kepada Allah dengan sebenar-benarnya,sungguh do’anya akan segera dikabulkan-Nya.

 

14.Bentuk Metode Tarbiyah Yang Lain

.Ketiga belas bentuk metode tarbiyah nufus yang telah disebutkan dalam pembahasan yang lalu,kalau benar-benar diejawantahkan dalam kehidupan seseorang niscaya-dengan rahmat Allah- jiwa orang tersebut akan benar-benar bersih dan menjadi jiwa yang dipenuhi dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Perlu diketahui bahwa metode tarbiyah-nufus yang diciptakan oleh generasi tabi’in tidak hanya sebatas pada tiga belas metode diatas.Di sana masih banyak metode-metode yang lain yang manfaatnya tidak kalah pentingnya dengan metode-metode yang sudah disebutkan.Metode-metode yang belum dituturkan itu dengan jelas telah dituturkan oleh Imam Abu Sulaiman Ad-Darani dalam sebuah pernyataannya,”Ketahuilah bahwa kelembutan hati itu bisa didapat melalui berteman dengan orang-orang yang shalih yang banyak takutnya kepada Allah.Dan cahaya hati itu bisa didapat dengan memperbanyak bersedih di depan Allah.Sedang pintu kesedihan bisa dibuka dengan memperbanyak berpikir.Dan kebersihan berpikir itu bisa dicari dengan memperbanyak halwat(munajat kepada Allah di waktu sepi).Ketahuilah bahwa seseorang akan terjaga dari gangguan iblis jika dia menuruti kehendak hawa nafsunya.dan jika dia mau menghiasi diri dengan keikhlasan dan kejujuran dalam setiap amalnya.

Dan ketahuilah bahwa ampunan Allah itu bisa diraih dengan memperbanyak malu dari-Nya dan merasa akan adanya muraqabatullah(pengawasan Allah).Dan ketahuilah bhawa rezki itu akan bisa bertambah jika disyukuri,sebaliknya dia akan musnah jika terlalu dikhawatiri(ditakuti) akan kehilangannya.”

 

CONTOH TELADAN ALUMNI LEMBAGA PENDIDIKAN

‘’TARBIYATUN NUFUS’’

1.Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah

Sebelum memegang kendali kekhalifahan bani Umayyah,Umar bin Abdul Aziz adalah seorang yang terkenal dengan kekayaannya dan kemewahannya bahkan sampai tertanam dalam dirinya sedikit sifat kesombongan

Kehidupan Umar bin Abdul Aziz tetap seperti itu sampai dia memegang tampuk kekhalifahan.Maka tatkala dia memegang tampuk kekhalifahan bani Umayyah dibuanglah model kehidupan yang pernah dijalaninya dengan sejauh-jauhnya.Kehidupannya berubah total dari model kehidupan sebelumnya dengan sekarang dia menjadi seorang yang sangat zuhud terhadap dunia.

Kehidupan itu dimulai tepatnya ketika ibunya menyaksikan perkembangan anaknya yang sedikit sudah terpengaruh oleh model kehidupan istana dimana ibunya menjadi prihatin.Lalu dikirimlah ia ketempat pamannya agar terjauhkan dari model kehidupan istana yang dirasa akan merusak sifat dan karakternya yang baik dan sejak itu Umar bin Abdul Aziz hidup dalam suasana yang baru penuh dengan ilmu dan kezuhudan;yang keduanya merupakan warisan dari kehidupan para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Kondisi kota Madinah yang penuh dengan orang-orang shalih lagi teladan sangat membantu perkembangan jiwanya dan juga membantu pamannya dalam menanamkan nilai-nilai tazkiyatun-nafs dalam jiwa keponakannya itu.Di antara pengaruh lingkungan Madinah yang membekas dalam diri Umar bin Abdul Aziz dan hasil pendidikan pamannya adalah tingginya semangat dalam mempelajari berbagai ilmu baik sebelum maupun sesudah memegang tampuk kekhalifahan.

Kezuhudan Umar bin Abdul Aziz yang telah didapatnya dari belajar di Madinah dan dari pamannya menjadikan dia tahu bahwa syarat utama diterimanya sebuah amal adalah keikhlasan ketika menjalankan.Oleh sebab itu tidak henti-hentinya dia mengintrpspeksi diri atas setiap sesuatu yang keluar dari dirinya baik ucapan maupun perbuatan.Semuanya selalu ditimbang-timbang;apakah yang dia amalkan atau yang dia ucapkan untuk Allah atau untuk selain-Nya? Sehingga pada suatu waktu dia pernah berkata tentang dirinya,”Sesungguhnya saya berusaha untuk meminimalkan pembicaraan karena khawatir akan jatuh pada kesombongan.”

Dia selalu menempatkan dirinya pada pengawasan Allah(muraqabatullah) dalam setiap perkara dan urusan yang dihadapinya.Oleh karenanya dia selalu terlihat dalam keadaan takut dan khawatir kepada Allah.

Begitulah hanya karena takut akan penghisaban Allah mengenai hak-hak orang lain yang tidak bisa ditunaikannya dengan sempurna,dia rela hidup dengan sangat sederhana bahkan lebih sederhana dari kehidupan rakyat-rakyatnya.Sehingga dia hanya mempunyai satu macam pakaian dinas yang dikenakannya untuk m3en3mui rakyat dan bawahannya.Sehingga apabila pakaian tersebut kotor dia langsung mencucinya sendiri kemudian dipakainya lagi.Dia hanya menyalakan lampu kalau sedang membahas urusan-urusan kaum muslimin selainnya dia lebih memilih dalam keadaan gelap;yang demikian itu karena dia takut kelak di hari kiamat Allah akan menghisabnya atas setetes minyak yang termanfaatkan bukan untuk kpentingan kaum muslimin.

Sisi lain dari kehidupan Umar bin Abdul Aziz adalah bahwa dia selalu banyak mengingat kematian Gambaran kematian selalu ditempatkan di depan kedua matanya.

Sifat lain yang menonjol dalam diri Umar bin Abdul Aziz adalah kerendahan hatinya.Dia selalu menampakkan sifat tawadhu’ tidak menyombongkan diri kendatipun dia seorang khalifah.Sementara dia sudah tahu bahwa Rasulullah telah bersabda,”Tidak akan masuk surga orang yang di hatinya masih tertanam kesombongan meskipun meskipun seberat biji sawi.”(Diriwayatkan Muslim).

Itulah karakter sejati seorang pemimpin dan da’i kepada Allah,yang sangat kontradiksi dengan sifat dan kebiasaan para da’i dan ulama masa sekarang.Di mana apabila mereka sudah menjadi orang yang terkenal dan banyak manusia yang mengambil fatwanya,mereka menginginkan bahkan merasa senang kalau manusia-manusia itu senantiasa melayani kebutuhannya kendatipun sebenarnya mereka mampu mengerjakannya sendiri.

2.Uwais Al-Qarni Rahimahullah

Dia masuk Islam ketika Rasulullah masih hidup,namun dia tidak pernah melihat Rasulullah,demikian juga dengan beliau,belum pernah melihatnya.Kendatipun begitu Rasulullah pernah bersabda mengenai dirinya,            “Sesungguhnya sebaik-baik generasi tabi’in adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais.”(Diriwayatkan Muslim)

“Sesungguhnya kelak akan datang kepada kalian seorang laki-laki dari Yaman yang bernama Uwais,dia tidak meninggalkan sesuatu di sana kecuali ibunya.Orang itu di tubuhnya belang-balang putih,namun setelah berdo’a kepada Allah lalu Allah menghilangkannya kecuali hanya tertinggal sedikit saja kira-kira sebesar dinar atau dirham.Maka barangsiapa yang menjumpainya hendaklah ia memohon kepadanya agar memintakan ampun kepada Allah untuknya.(Diriwayatkan Muslim).

Karena mendengar sabda Rasulullah ini Umar bin Al-Khaththab selalu menunggu kedatangannya dan mencarinya maka ketika datang sekelompok utusan dari Yaman beliau bersegera mencarinya dan tatkala beliau menjumpainya beliau segera memohon kepadanya agar mendo’akan untuknya semoga Allah mengampuninya.Uwais pun memenuhi permintaannya,namun setelah itu Uwais tidak mau lagi menampakkan dirinya karena takut terkenal.Juga dia tidak nampak di tengah manusia karena dia sangat miskin tidak memiliki pakaian yang menutupi tubuhnya sampai ada yang memberinya pakaian.

Tanggung Jawabnya atas Kondisi Kaum Muslimin

Uwais Al-Qarni adalah orang yang sangat sensitif perasaannya,sangat peka terhadap keadaan saudaranya.Hal itu bisa dilihat dari do’anya yang selalu dipanjatkan setiap pagi,

“Ya Allah,jika ada orang yang meninggal dunia karena sebab kelaparan maka janganlah Engkau hisab aku karenanya.Dan jika ada orang yang meninggal dalam keadaan telanjang(tiada kain untuk mengkafaninya) maka janganlah Engkau hisab aku karenanya.”

Maka dalam hal ini Uwais Al-Qarni adalah contoh teladan yang harus diteladani oleh setiap muslim dalam hidup dan dalam mu’amalah mereka di muka bumi ini,yang mana antara satu dengan lainnya mereka adalah saudara yang harus saling membantu dan menolong laksana bangunan yang kokoh.

 

“Rasulullah telah menjelaskan dalam hal ini dengan sabdanya,

“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah laksana bangunan yang saling menguatkan sebagian dengan sebagian lainnya.(Diriwayatkan Bukhari dan Muslim).

“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kasih sayang dan kelembutan mereka itu laksana satu tubuh,apabila satu anggota tubuh ada yang sakit maka seluruh tubuh akan merasakan  panas dan rela menahan tidur.”(Diriwayatkan Bukhari dan Muslim).

Mengikuti Jiwa Dengan Akhirat

Yaitu mendidik jiwanya agar selalu dekat dengan urusan-urusan akhirat dan mendidiknya dengan mahabatullah serta berpilir tentang nikmat-nikmat Allah.Yaitu mahabatullah(kecintaan kepada Allah)yang akan menumbuhkan sifat rela berkorban dengan sesuatu yang dimiliki baik berupa harta,anak,kedudukan hingga jiwa sekalipun.Seperti itulah kondisi kehidupan Uwais Al-Qarni yang merupakan satu bentuk keberhasilannya dalam mendidik jiwanya agar selalu dekat dengan urusan-urusan akhirat yang mana dia telah berhasil menempatkan sang penghancur segala nikmat yaitu kematian di depan matanya.

3.Ar-Rabi’ bin Hutsaim

Dia adalah murid Abdullah bin Mas’ud Radhjyallahu Anhu yang paling banyak wara’nya,sehingga Ibnu Mas’ud pernah berkata kepadanya,”Wahai Abu Yazid,kalau seandainya Rasulullah itu sempat melihatmu sungguh beliau akan mencintaimu,dan sekali-kali aku tidak melihatmu kecuali aku teringat orang-orang yang selalu tunduk patuh.”Sehingga dengan begitu setiap kali dia melihat Ibnu Mas’ud dia selalu berkata,”Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh.”

Penjagaannya Terhadap Anggota Badannya

Karena anggota badan adalah utusan hati maka generasi tabi’in sangat besar penjagaannya terhadap anggota badannya,bahkan mereka menjadikan pendidikan jiwanya seimbang dengan usahanya dalam menjaga anggota badan tersebut.

Kesibukannya dalam Mentazkiyah Jiwanya.

Rabi’ bin Hutsaim adalah seorang tabi’in yang selalu sibuk mentazkiyah jiwanya,dia selalu mengekang jiwanya agar tidak sibuk mencari-cari cacat/aib orang lain.Dia juga selalu meletakkan ungkapan,Kalau manusia itu tahu tentang aibnya sendiri niscaya tidak orang yang mau mencela diri orang lain tepat di depan matanya.”

Pada suatu hari ia ditanya oleh salah seorang sahabatnya,”Wahai Abu Yazid,mengapa Anda tidak pernah mencela orang lain?”Dia menjawab,”Demi Allah,jiwaku saja belum tentu diridhai Allah lalu untuk apa aku mencela orang lain?Sesungguhnya banyak manusia yang takut kepada Allah karena melihat dosa-dosa orang lain tetapi dengan dosa-dosanya sendiri mereka tidak pernah merasa tahu.

Mentarbiyah Jiwa Agar Tidak Menjadi Jiwa Yang Pendendam

Dasar pendidikan jiwa bagi generasi tabi’in adalah menhapus sifat dendam dari hati(jiwa);mereka adalah generasi yang tidak pernah marah kecuali kemarahan itu karena Allah.semata.Mereka benar-benar telah berhasilmentazkiyah jiwanya.Setiap sesuatu yang bukan karena Allah,mereka telah membuangnya sejauh-jauhnya.Maka jiwa yang seperti itu tidak akan marah meskipun dia dihina,dan seperti itulah jiwa yang dimiliki oleh Rabi’ bin Hutsaim Rahimahullah.Lihatlah apa yang dikatakan olehRabi’ bin Hutsaim ketika menjawab orang yang bertanya kepadanya,”Bagaimana keadaanmu hari ini?”Dia menjawab,”Kami dalam keadaan lemah lagi berbuat dosa,kami selalu menikmati rezki yang diperuntukkan kepada kami Dan kami sedang menunggu ajal kami.”

4.Salamah bin Dinar Rahimahullah

Dia adalah Abu Hazim Salamah bin Dinar,seorang tabi’in yang agung dan seorang imam teladan,pernah berguru kepada Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma dan darinya dia mengambil saripati akhlak para sahabat Radhiyallahu Anhum khususnya dalam masalah kezuhudan dan keberanian mereka dalm mengatakan hal yang benar.Tokoh kita ini sangat membenci dan menentang keras setiap ulama yang berdekat-dekatan dengan penguasa.Ia berkata,’Sesungguhnya sebaik-baik penguasa adalah mereka yang mencintai ulama dan sejelek-jelek ulama adalah mereka yang mencintai umara’(pengiusa).

Manhaj dalam Menyikapi Dunia

Pertama,Mencintai dunia dengan sewajarnya.

Salamah berkata,”Ketahuilah sesungguhnya aku tidak mencela jiwaku apabila ia mencintai sesuatu yang telah dianugerahkan Allah kepadaku.Bukankah Allah telah menjadikan dunia itu untuk dicintai.Oleh sebab itu janganlah terlalu mencela jiwa dalam hal ini,asal dengan catatan;jangan sampai cinta kita terhadap dunia itu membuat kita mencintai sesuatu yang dibenci Allah Subhanahu wa  Ta’ala.Kalau sudah kita terapkan kaidah ini dalam jiwa kita maka cinta kitqa terhadap dunia tidak akan membahayakan jiwa kita.”

Kedua,Menimbang Nilai Dunia

Sibuk dengan sesuatu yang dihalalkan Allah dari perkara-perkara dunia tidaklah dilarang oleh Allah,tetapi kalau terlalu sibuk dengan perkara-perkara duniawi tersebut sehingga menyita seluruh waktu yang dimiliki akan menjadikan manusia rugi kelak di hari kiamat.

Ketiga,Memandang Yang Bermanfaat

Yang perlu diperhatikan dalam bersikap dengan dunia(bermua’malah) adalah hendaknya seseorang hanya melihat dari isi dunia yang bermanfaat saja,janganlah ia terlalu dibuat pusing oleh ulah kebanyakan manusia di sekitarnya.Dan tiada cara untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat kecuali dengan memberikan sesuatu yang berharga dan bermanfaat kepada jiwa yaitu dengan mentazkiyah dan mentarbiyahnya dengan manhaj-manhaj ilahi.Lihatlah apa yang dikatakan oleh Salamah bin Dinar Rahimahullah,”Lihatlah sesuatu dari dunia yang hanya bermanfaat bagi jiwanya saja dan janganlah kamu perdulikan manusia disekitarmu.Kalau sesuatu yang bermanfaat bagi jiwamu itu telah kamu temukan maka kerjakanlah meski manusia disekitarmu menganggapnya jelek.Dan perhatikan sesuatu yang bisa merusak jiwamu lalu tinggalkanlah kendatipun manusia di sekitarmu menganggapnya baik.”

 

Keempat,Menampakkan Nikmat

Seorang yang sukses di dunia bukan berarti menunjukkan bahwa Allah mencintainya.Begitu juga sebaliknya miskin di dunia bukan berarti Allah membencinya.Tetapi sukses(kaya) dan miskin itu merupakan fitnah/ujian yang Allah ujikan atas hamba-hamba-Nya.

Seorang yang dekat dengan Allah selalu ridha dengan keputusan-keputusan-Nya(qadha dan qadar-Nya) yang telah diberikan kepadanya.Dan dia selalu yakin bahwa dibalik semua yang menimpa dirinya  ada kebaikannya.

5.Muhammad bin Wasi’Rahimahullah

Dia adalah seorang tabi’in yang agung,murid Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu,dan dia adalah sahabat dekat Malik bin Dinar.Hasan Al-Bashri memberi julukan kepadanya dengan sebutan “zainul qur’an”.

Ciri keunikan tokoh kita ini adalah dia tidak memahami tentang keberhasilan seseorang dalam tarbiyatun-nufus hanya sebatas pada jika orang tersebut sudah rajin mendirikan shalat,puasa dan mau mendirikan qiyamul lail.Tetapi keberhasilan tarbiyatun-nufus menurutnya adalah harus dibuktikan dengan kerelaan dirinya dalam mendermakan jiwa untuk Allah yaitu dengan ikut keluar memanggul senjata ke medan jihad untuk memerangi musuh-musuh Allah.

Dengan memperbanyak ibadah kepada Allah,Muhammad bin Wasi’ menundukkan hawa nafsunya yang selalu menyuruhnya untuk berbuat keburukan.Dia akan tetap menundukkan nafsu tersebut sebelum ia benar-benar tunduk dan menjadi jiwa yang lurus.

Keistimewaan generasi tabi’in adalah mereka sangat mengharap agar setiap amal yang mereka kerjakan diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.Oleh karena itu mereka senantiasa merahasiakan amal mereka dari pandangan manusia lainnya agar amal tersebut tidak terkotori oleh sifat ujub dan riya’ bukan karena Allah.

6.Abu Muslim Al-Haulani Rahimahullah

Dia adalah tuan para tabi’in,ahli zuhud di masanya.Dia telah masuk Islam di masa masih hidupnya Rasulullah Shallallahu alahi wa Sallam Kemudian menetap di Madinah pada masa kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq Radhiyallahu Anhu.Dialah orang yang terkenal dengan kemjustajaban do’anya karena banyaknya ibadah yang dikerjakannya.

Setiap kali dia menyaksikan kejadian di dunia selalu dihubungkan dengan sesuatu yang ada di akhirat.Diceritakan pada suatu hari dia pernah.menjumpai sebuah bangunan yang hancur karena roboh,lalu berkata,”Wahai bangunan yang hancur dimanakah penghunimu sekarang? Sesungguhnya mereka telah pergi dan tinggal amal-amal mereka,sungguh telah terputus dari mereka kesenangan(syahwat) dan hanya tinggal kesalahan yang mereka perbuat.Sesungguhnya anak Adam (manusia) dalam meninggalkan kesalahan itu lebih mudah bagi mereka ketimbang meminta taubah.

7.Muththarrif bin Syihir Rahimahullah

Dia adalah seorang Imam teladan yang banyak ilmunya,putra Abdullah bin Syihir salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi sallam,maka tidak heran kalau dia memiliki tingkat keimanan yang tinggi,karena latar belakang kehidupannya yang selalu dipenuhi dengan atsar-atsar keimanan dari para sahabat.

Mengingat ukhuwah(persaudaraan) adalah satu metode untuk menjaga dan mentarbiyah jiwa,maka orang-orang shalih sebelum kita senantiasa berusaha untuk menjaga dan mengingat tali persaudaraan karena Allah,mereka senantiasa mencintai saudara-saudaranya yang telah membantunya dalammentarbiyqah jiwanya dan mereka selalu menjaga penuh hak-hak saudaranya karena khawatir kalau tali pengikat ukhuwah yang mereka bina lepas dari tengah mereka padahal mereka selalu membutuhkannya menuntun jalannya menuju surga.Dia berkata,”Berteman dengan orang yang shalih itu lebih baik dari sendirian,namun hidup sendiran akan lebih baik ketimbang dengan orang yang jelek perangainya.”

Mendidik Jiwa dengan Berdo’a

Berdo’a kepada Allah menurut Muththarif bukan hanya sekedar sebagai metode tarbiyatun-nufus tetapi lebih dari itu yaitu merupakan pangkal seluruh kebaikan yang ada.Kamu tidak akan bisa mendapatkan sesuatu yang sudah berada ditangan Allah kecuali dengan meminta(berdo’a) kepada-Nya.Berarti pangkalan kebaikan itu pada do’a kepada Allah.Menurut Rasulullah lebih tinggi dari yang dikatakan oleh Muththarrif di mana beliau bersabda,”Do’a itu adalah ibadah.”(Diriwayatkan Ahmad).

Melanggengkan Amal

Amal yang selalu berkesinambungan(terus-menerus) adalah cara paling utama untuk mendidik mentazkiyah jiwa,ialah cara tazkiyatun nufus yang telah ditemukan oleh generasi tabi’in.Amal adalah pendamping dan simbol dari keimanan seseorang,karena iman tempatnya di hati sedangkan amal adalah bukti wujudnya iman tersebut.Jika amal itu hilang(tidak ada) maka hilanglah keimanan itu.

9.Zainal Abidin Rahimahullah

Nama lengkapnya adalah Zainal Abidin Ali bin Abu Thalib Rahimahullah Anhum,seorang tabi’in yang mulia,ahli zuhud yang terkenal.Dialah orang yang telah diselamatkan Allah dari peritiwa pembantaianPadang Karbala karena waktu itu dia sedang sakit.

Dia memiliki terapi sendiri.dalam mengobati sifat ujub yaitu dengan memperbesarvolume kewatadhuan

Sama sekali Zainal Abidin tidak pernah marah kecuali karena Allah,karena hal itu sudah merupakan janji yang telah dibuatnya antara dirinya dengan Allah.Dalam hatinya sama sekali tidak terdapat noda-noda dendam kecuali karena Allah,dan dia tidak pernah mendendam selama yang membuat sakit hatinya itu tidak sampai melebihi batas.

Begitulah keadaan setiap kali selesai wudhu dan setiap kali hendak shalat,wajahnya senantiasa terlihat pucat karena saking takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Sungguh Al-Hauf(takut) seperti ini tidak lain adalah buah dari tafakur yang dalam tentang negeri akhirat dan kematian yang pasti akan datang tanpa pemberitahuan.

10.Masruq bin Al-Alda’ Rahimahullah

Dia adalah seorang imam yang alim(banyak ilmunya),contoh teladan bagi kaumnya,terkenal dengan banyak ibadahnya kepada Allah.Dia telah masuk Islam di masa masih hidupnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.Dengan begitu dia dianggap termasuk dari generasi tabi’in tua.

Diriwayatkan oleh Anas bin Sirin dari istri Masruq bin Al-Alda’ ia berkata,”Masruq bin Alda’selalu mendirikan shalat hingga kedua kakinya membengkak.Karena tak tega melihat keadaannya itu aku selalu menangis di sisinya.

Bentuk ibadah yang paling dicintai dan sering dilakukan oleh Masruq adalah bersujud kepada Allah Sehingga tidur pun dia dalam keadaan sujud,

BUAH TARBIYAH NUFUS

1.Memperoleh Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Kebahagiaan dunia bukan hanya terletak pada kepemilikan harta,wanita,kedudukan,kendaraan,pangkat,tempat tinggal dan segala bentuk kesenangan dari gemerlapnya dunia.Dan sungguh kebahagiaan batin itu hanya akan didapat jika kegundahan hati telah berhasil dihilangkan.”Bagaimana membuang kegundahan hati?”.Ternyata tidak di temukan jalan kecuali hanya pada satu cara yaitu dengan kembali kepada Allah melalui amal untuk negeri akhirat.

Adapun tentang kebahagiaan akhirat maka tidak diragukan lagi bahwa  tak ada lagi pro dan kontra di antara manusia bahwa kebahagiaan itu adalah terletak pada “taman surga yang luasnya seluas langit dan bumi” yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.

Bahkan kalau menurut Abu Azim Salamah bin Dinar lebih jelas lagi yaitu,”Ada dua perkara jika engkau kerjakan niscaya akan engkau dapatkan kebahagiaan dunia akhirat.Dia bertanya,”Apakah dua perkara itu wahai tuan?” Dia menjawab,”Berani menanggung derita atas sesuatu yang engkau benci tetapi disenangi Allah dan kamu meninggalkan sesuatu yang engkau senangi tetapi dibenci Allah.’”

2.Mendapat Anugerah Mahabbatullah dan Maiyatullah

Apabila seorang hamba selalu menjalankan kewajiban-kewajibannya kemudian menambahnya dengan amal-amal nafilah(sunnah) sebagai wasilah pendekatan diri kepada Allah serta selalu berusaha melawan dan memerangi hawa nafsunya demi tarbiyah jiwanya,sungguh dia akan mendapatkan derajat yang tinggi yaitu dengan mendapatkan mahabbatullah(kecintaan Allah) yang maiyyatullah(kebersamaan Allah).Dengan anugerah tersebut dia tetap dalam penjagaan Allah yang akan melindunginya dan menuntunnya sehingga tidak tergelincir kepada tindak penyimpangan  yang akan menghantar pada kerugian diri.

Duhai betapa agungnya kemuliaan itu apabila sudah didapatkan mahabbatullah dan betapa mulianya kebersamaan itu apabila sudah diraih maiyyatullah dimana seluruh anggota badan akan selalu dijaga-Nya.

3.Memperoleh Bisyarah(tanda-tanda baik) Menjelang Kematian

Seorang mukmin yang selalu menjalankan kewajiban-kewajibannya yang merupakan perintah Allah atasnya,kemudian lebih disempurnakan lagi dengan menjalankan ibadah-ibadah sunnah dan ia tetap istiqamah di atas manhaj tersebut,maka Allah akan memberinya bisyarah(tanda-tanda baik simbol keridhaan-Nya atasnya) saat ia menghadapi kematian.

4.Keberadaannya akan diterima di sisi Allah

Imam An-Nawawy mengomentari sabda Rasulullah yang berbunyi,”Kemudian kecintaan itu ditebar di pelataran bumi”,dengan berkata,”Maksudnya adalah bahwa Allah menganugerahkan cinta di hati penduduk bumi untuk orang yang telah dicintai-Nya.Dan menanamkan sebuah kharisma dalam diri orang tersebut yang dengan hati-hati manusia lainnya akan mencintainya dan semua jiwa akan menyenanginya.Kecintaan yang tumbuh di hati manusia kepada hamba tersebut bukan atas kekerabatan atau karena suatu pemberian(belas kasihan yang hanya merupakan cinta balas jasa) apabila cinta yang dibuat-buat.Tetapi ia adalah rahmat Allah yang ditumbuhkan dan dkhususkan untuk para wali-Nya sebagai karomah khusus bagi mereka,sebagaimana Allah telah melemparkan ke hati para musuh-musuhnya ketakutan untuk mengagungkan mereka dan menghormati kedudukannya.

Maka lihatlah apa yang dikatakan oleh seorang tabi’in yang agung Muhammad bin Wasi’ Rahimahullah,”Apabila seorang hamba telah menyerahkan hatinya kepada Allah niscaya Allah akan menghadapkan kepadanya hati-hati hamba yang lain.”

5.Selamat Dari Adzab Allah

Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyelamatkan hamba-Nya yang selalu mentarbiyah jiwanya dari adzab dunia yaitu berupa terhapusnya kegundahan dan kegoncangan jiwa darinya, dan diselamatkan dari adzab/siksa kubur,juga akan diselamatkan dari adzab di akhirat.

6.Menang Dalam Melawan Hawa Nafsu dan Meningkatkan Ibadah

Seorang hamba tidak akan pernah melalukan satu kebaikan jika dalam jiwanya tidak terdapat kebaikan sedikitpun,yang mana kebaikan itu adalah yang mendorongnya untuk berbuat baik.Sesungguhnya kebaikan itu akan melahirkan kebaikan yang lain sebagaimana juga bahwa keburukan itu akan melahirkan keburukan yang lain;demikian pula dengan amal ketaatan.Ketika seseorang melakukan ketaatan seharusnya ketaatan itu melahirkan ketaatan yang lainnya.

7.Terbebas Dari Kurungan Adat Kebiasaan(Yang Jelek)

Adat kebiasaan yang jelek adalah salah satu perangkap yang memborgol seseorang dari bebas bergerak untuk meniti jalan keimanan dan dalam mentazkiyah jiwa.Oleh sebab itu apabila seseorang telah memiliki azam yang kuat apalagi telah menempuh jalan tazkiyah,berarti dia telah terbebas dan terlepas dari ikatan-ikatan adat kebiasaan yang selalu menghadangnya untuk maju ke arah yang lebih baik.

Selanjutnya apabila seseorang telah berhasil membebaskan jiwanya dari kekangan adat kebiasaannya yang jelek,ia akan menjadi jiwa yang benar-benar bersih dari segala aib,baik aib jiwa itu sendiri maupun aib lainnya (luar jiwa) yang mana hal itu adalah buah kesungguhannya dalam melawan mentarbiyah jiwanya dengan keikhlasan penuh hanya karena Allah semata.